Teman Seperjalanan

Renjana Kanya

Stasiun Pasar Senen, akhir tahun 2019

Kereta api Dharmawangsa hampir berangkat sepuluh menit lagi, tapi teman yang dimaksud Mas Hanung belum juga sampai. Kemarin dia sudah mengirim chat. Katanya dia akan sampai di stasiun pukul 08.00 WIB. Kurasa 25 menit sebelum kereta berangkat cukup digunakan untuk mengobrol dan mengenalkan diri satu sama lain. Kenyataannya hingga kereta api hampir berangkat sosok itu belum juga terlihat.

Aku memutuskan memasuki gerbong saat terdengar pengumuman yang meminta para penumpang segera naik ke kereta. Saat itulah mataku menangkap sosok lelaki yang kemarin digambarkan oleh Mas Hanung. Lelaki bertubuh kurus dengan tinggi sekitar 182 centimeter itu melambai ke arahku. Napasnya terengah ketika mengulurkan tangan. Membantuku membawakan koper menuju tempat duduk kami.

"Sori, aku bangun kesiangan. Alarmku ternyata mati. Biasalah bujang, nggak ada yang bangunin kalau bukan alarm," katanya saat ia menemukan tempat duduk kami dan menyimpan koper di kabin kereta. "Eh, aku sampai lupa ngenalin nama. Aku Aldo, sori ya kalau beberapa hari ke depan bakal ngerepotin kamu."

Lelaki itu tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang berbaris rapi. Bahkan lesung di kedua belah pipinya ikut pamer ketika ia tersenyum. Sedangkan matanya menyipit mengikuti garis lengkung bibirnya. Gayanya terkesan cuek dengan celana jeans robek di bagian lutut dipadu kaus putih dan kemeja kotak-kotak lengan panjang. Meski begitu tidak melunturkan kharismanya sebagai lelaki dewasa awal 30 tahunan. Terpaut lima tahun tua dariku.

Sudut bibirku terangkat kikuk. Aku hanya mengangguk sambil menyebutkan nama. Mas Hanung memang sudah bercerita jika teman yang dimaksud adalah seorang cowok. Tapi dia tidak bilang jika lelaki itu cukup memesona dan sukses membuat jantungku seperti genderang perang. Bahkan sejak tadi aku tak bisa mengalihkan pandangan dari rahang tegas, hidung mancung dan bibirnya yang sensual.

"Sebenarnya aku udah tahu nama kamu Kanya. Aku pernah tanya Hanung waktu main ke kantornya. Kita ketemu di lift waktu itu. Kamu ingat?"

"Eh?"

"Kok eh?"

Lagi-lagi aku tertawa kikuk karena tak tahu harus bersikap bagaimana. Tak biasanya aku seperti ini. Aku tipikal orang yang mudah bergaul, tapi dengannya aku tahu harus bagaimana bersikap. Apa lagi dia beraku-kamu seakan teman yang sudah lama akrab. Membuatku semakin kikuk. Sebab selama tinggal di Jakarta sejak lulus SMA baru kali ini aku diajak ngobrol dengan sebutan aku-kamu dengan orang yang baru kenal.

"Wah kayaknya kamu beneran lupa kalau kita udah pernah ketemu ya?"

"Hehe... sori Mas, gue... eh, aku nggak mudah ngenalin wajah orang kalau baru sekali dua kali ketemu."

Aldo tertawa menanggapi pernyataanku. Ia menggeser duduknya hingga kami berhadapan dan menunjuk wajahnya dengan jari telunjuk. "Kalau gitu ingat baik-baik. Siapa tahu kita terpisah dan kamu nggak bisa menemukanku."

Wajah itu tersenyum. Meninggalkan lesung pipi yang entah mengapa membuatku gemas dan ingin mencubitnya.

"Oh ya, satu lagi. Kamu nggak perlu ikutin gaya bicaraku. Santai aja kayak kamu ngomong biasanya."

"Iya Mas. Gue... eh aku, bakal coba."

Meski dia memintaku untuk bersikap santai tetap saja aku tak bisa. Mungkin di luar kantor aku bisa berbicara santai dengan Mas Hanung sekali pun seumuran Aldo. Itu karena Mas Hanung juga bersikap santai. Bahkan ketika di kantor sekali pun. Tapi dengan Aldo aku tak bisa seenaknya manggil gue-elo karena dia bersikap sopan kepadaku.

Selama perjalanan Aldo bercerita tentang banyak hal. Mulai pengalamannya bekerja di surat kabar harian hingga kini menggarap rubrik seni budaya di salah satu majalah yang cukup terkenal di Indonesia.

Siapa yang tak mengenal La Fammes. Majalah itu menjadi trend perempuan metropolitan hingga ke pelosok daerah. Bahasannya yang segar dan selalu up to date membuat LF -sebutan beken La Fammes- selalu menjadi idola. Meskipun zaman serba digital, menenteng LF dengan cover model terkenal tidak akan membuatmu terlihat kudet alias kurang update.

"Kamu nggak pengen suatu saat gabung sama LF?" tanya Aldo saat ia selesai menceritakan perjalanan kariernya.

"Belum kepikiran pindah haluan Mas. Ngejar peristiwa bagiku punya kepuasan tersendiri. Apa lagi kalau urusan politik udah memanas. Serasa memicu adrenalin."

"Nggak nyangka masih ada perempuan yang setangguh kamu, Nya. Padahal nggak sedikit perempuan yang pengen kerja di LF loh."

"Kalau semua perempuan sibuk ngurusin trend fashion, trus siapa yang ngurusin negara, Mas? Mbak Nana 'kan juga perlu regenerasi," kataku menyebut nama salah satu presenter TV terkenal yang dimiliki negeri ini.

"Iya juga ya. Berarti ada keinginan pindah ke saluran elektronik nih?"

"Nggak juga sih Mas, TV sekarang udah kalah sama yang dapat monetisasi dolar. Mungkin bikin channel sendiri kali ya. Kamu mau join nggak, Mas? Lumayan loh itu bayarannya dolar."

Aldo tertawa. Membicarakan pekerjaan membuatku mulai nyaman ngobrol dengannya. Aku bahkan tak lagi kikuk beraku-kamu dengan Aldo.

"Bener kata Hanung kamu anaknya asyik diajak ngobrol. Untung kamu nggak nolak waktu Hanung minta kamu ngantar aku ke kampung. Kalau berangkat sendiri aku nggak bisa bayangkan gimana bosannya selama perjalanan."

Senyum lenyap dari wajahku saat menyadari kalimat Aldo. Kami bukan dalam perjalanan ke suatu tempat untuk liburan. Tapi menuju kota tempat aku dilahirkan.

Napasku mendadak sesak. Sekali pun aku menghindari kata pulang, nyatanya itulah yang kulakukan sekarang.

***

Hujan menyambut kami saat sampai stasiun tujuan. Stasiun kecil yang terletak di kabupaten tetangga dari kota kelahiranku itu tampak tak begitu ramai seperti biasa. Sebagaimana fungsinya menjadi pemberhentian sementara. Hanya ada beberapa penumpang yang turun dari kereta. Selebihnya penumpang yang akan naik kereta lainnya dengan tujuan berbeda-beda.

Damar -suami Almira- sudah menunggu di depan pintu keluar. Awalnya aku menolak ketika Almira menawarkan agar Damar menjemput mereka. Tapi mengingat aku tidak sendirian, akhirnya aku menyetujui ide Almira dengan tambahan aku dan Aldo diizinkan menginap beberapa hari di rumahnya. Aku masih belum siap patah hati berkali-kali jika memutuskan pulang ke rumah.

"Hei Mar, apa kabar lo? Almira sehat 'kan," kataku sambil melakukan tos yang sering kami lakukan sejak SMA. Lelaki yang sebentar lagi menjadi seorang ayah itu hanya cengar-cengir memperhatikan aku dan Aldo yang berjalan bersisihan. Fokusnya tertuju pada Aldo dan siap mencecarku dengan berbagai pertanyaan tak bermutu. "Nggak usah mikir yang aneh-aneh lo. Dia temen gue. Mau liputan buat bahan tulisan dia."

"Lebih dari teman juga nggak apa-apa loh, Nya."

"Nggak usah bikin isu deh lo."

"Lah, gue 'kan cuma bilang lebih dari teman juga nggak apa-apa, Nya. Salah lagi gue."

"Berisik ah, udah yuk. Capek gue."

"Masa belum move on sih dari yang itu. Udah cerita lama juga," komentar Damar sukses membuatku kesal. Aku melotot ke arahnya dan meninggalkan koperku begitu saja. "Elah, gitu aja udah ngambek tuh anak. Sori ya Mas, temen gue satu itu emang suka uring-uringan. Kenalin, nama gue Damar. Temen Kanya sejak SMA sampai mau punya anak satu."

"Panggil aja gue Aldo. Nggak usah pakai sebutan Mas lah. Belum setua itu gue."

Tubuhku menegang saat mendengar obrolan Aldo dengan Damar. Dengan Damar, lelaki itu ngobrol santai selayaknya orang Jakarta pada umumnya, tapi kenapa denganku harus beraku-kamu kayak udah lama saling kenal atau ada hubungan spesial? Menyebalkan. Aku bahkan harus menyesuaikan gaya bicaraku dengannya.

"Sampai tempat kamu butuh waktu berapa lama, Nya?" Pertanyaan Aldo membuatku terkejut. Kami sedang duduk berdua di bangku belakang. Sedang Damar menata barang bawaan di bagasi.

"Sekitar 45 menit, Mas. Paling lama sejam lah."

"Wah lumayan jauh juga ya."

Aku tak menanggapi komentar Aldo. Sikap lelaki itu ditambah obrolan tak penting Damar membuat mood-ku berantakan. Kalau saja aku boleh memilih, aku ingin keluar dari mobil dan mencegat bus yang lewat. Tapi di hari hujan seperti ini, naik bus bukanlah pilihan tepat.

Selama perjalanan aku memilih diam dan mendengarkan musik melalui airpods. Sedangkan Aldo dan Damar saling bertukar cerita tentang keadaan ibu kota. Sejak lulus kuliah dari Tri Sakti, Damar memang memilih berkarier di kota kelahiran kami. Ia bekerja di salah satu perusahaan BUMN yang ada di kotaku. Mengikuti kemauan Almira yang tak diizinkan jauh dari orang tuanya sejak ia lulus kuliah. Sedang aku memilih menetap di Jakarta karena beberapa hal. Salah satunya...

"Jadi siapa yang dimaksud Damar dengan dia yang belum bisa membuatmu move on?" tanya Aldo tiba-tiba. Ia melepas airpods dan berbisik di telingaku.

Aku menatapnya tak suka. Kalau saja tidak di dalam mobil bersama Damar, aku pasti akan berteriak di depan Aldo jika itu bukan urusannya. Dia bahkan belum mengenalku genap satu hari, tapi sudah menanyakan hal yang bersifat pribadi.

"Sori, aku nggak seharusnya bertanya seperti itu. Kamu berhak untuk tidak menjawab pertanyaanku," kata Aldo saat menyadari aku tak nyaman dengan pertanyaannya.

Lelaki itu memilih diam dan memandang bulir-bulir air yang jatuh di kaca mobil. Kami tak saling bicara hingga mobil yang dikemudikan Damar sampai di rumah keluarga Almira. Perempuan dengan wajah secerah mentari pagi itu sudah menunggu di depan pintu.

Terpopuler

Comments

𝑀𝒶𝓎𝑀𝑜𝓊

𝑀𝒶𝓎𝑀𝑜𝓊

aq mampir kak🤗🤗bahasanya enak ringan...lanjuutt aaaa

2021-10-07

0

Ayyu

Ayyu

enakan ini dibaca,gampang dipahami bahasanya,alurnya kereeen 😍

2021-08-25

0

Nacita

Nacita

wow...keren bacanya enak nih...rapi gmpg bgt d phami 😉

2021-08-05

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Sebuah Masalah
2 Teman Seperjalanan
3 Luka
4 Peristiwa Pagi Hari
5 Niat Terselubung
6 Skenario Almira
7 Reuni
8 Curhatan Tengah Malam
9 LDR
10 Kami Terlalu Naif Menganggap Masa Depan dalam Genggaman
11 Semesta Lebih Tahu Bagaimana Caranya Bekerja
12 Rencana-rencana Aldo
13 Beautiful of Lokcan
14 Siapa Kamu?
15 Pandangan Pertama
16 Hei, Kanya
17 Dia dan Keributan dalam Kepala serta Hatinya
18 Apakah Dia Dunia dalam Kepalamu?
19 Me? Salam Kenal Aku Alcatraz
20 Jika itu Bukan Kamu
21 Awal Keretakan (I)
22 Awal Keretakan (II)
23 Give Me a Chance
24 Rindu Jakarta
25 Halo, Ayah
26 Masalah Akan Selalu Datang dan Pergi Selama Kita Bernapas
27 Cemburu
28 Makan Malam
29 Menemukan Kehangatan
30 Keisengan Hanung
31 Berbagi Canda
32 Apa yang Harus Kulakukan Agar Dia Memaafkanku?
33 Cerita Setiap Kenangan
34 Kesepakatan
35 Sepotong Sandwich
36 Tatapan Kecewa
37 Tentang Araz
38 Putri Hujan dan Ksatria
39 Have a Nice Dream, Kanya
40 Good Morning, Kanya
41 He's Come Back
42 Nada Sumbang
43 Gelisah
44 Amarah
45 Dia, di Sini
46 Boleh Aku Merasakan Dekapmu Lebih Lama?
47 Menerka-nerka
48 Mengumpulkan Kepingan Puzzle
49 Jejakmu Pun Terhapus Hujan
50 Ya, Semesta Selalu Tahu Kapan Harus Bekerja
51 Waktu Paling Tepat Melupakan Kenangan
52 Mengejar Bayangan
53 Sebuah Nama, Sebuah Rasa
54 Jika Memang Cinta Lantas Mau Apa?
55 Halusinasi
56 Hanya Perlu Jujur Jika Aku Suka Kamu
57 Mengungkapkan yang Terpendam
58 Memungut Kenangan
59 Rahasia
60 Dia Bukan Hanya Penjara, Melainkan Juga Matematika dan Bahasa
61 Harga Sebuah Rasa
62 Terima Kasih untuk Semua Kenangan
63 Selamat Jalan, Kawan
64 Semua Cerita Tentang Arez
65 Semua Cerita Tentang Arez II
66 Keputusan Arez
67 Deal?!
68 Dia, Kanya
69 Setelah Hari Esok
70 Resmi, Pacaran?
71 Apa Jatuh Cinta Semanis ini?
72 Ajakan
73 Berdebar
74 Sisi Lain
75 Panggilan
76 Ikatan yang Rumit
77 Dia Perempuanku
78 Yang Ada dalam Benakku
79 Dia yang Menggemaskan Ketika Sedang Cemburu
80 Hal yang Membuatku Marah
81 Perempuan yang Pernah Membuatnya Jatuh Cinta
82 Dia Berhak Lebih Bahagia
83 Yang Terbaik untuk Kamu
84 Ternyata Dia Juga Bisa Cemburu
85 Obrolan di Beranda
86 Keputusan Sepihak
87 Pulanglah Dia Si Anak Hilang*
88 Perempuan dari Luka
89 Sebagian Cerita Tentang Luka
90 Tempat Bersandar
91 Dia yang Sesungguhnya tidak Setegar Karang
92 Peluk dari Jauh
93 Yang tidak Beraturan
94 Arti Sahabat
95 Penantian
96 Menerima Maaf
97 Ambang Batas
98 Membaca Kanya
99 Bersandarlah, Aku Rumah Bagimu
100 Berbahagialah, Besok Pasti Akan Jadi Lebih Baik
101 Tersenyumlah, Sampai Matahari Iri Melihatmu
102 Yang tak Mudah Merelakan
103 Yang tak Sengaja Bertemu dan Terlupakan
104 Hello, Lil Sis
105 Sekali Saja
106 My Guardian Angel
107 Back the Real World, Kanya
108 Yang tak Terlupakan Bukan Berarti Harus Tetap Tinggal
109 Selamat Jalan, Selamat Bertemu Lagi
110 Yang Pergi untuk Kembali
111 Yang tidak Seperti Biasanya
112 Yang Berbagi Keluh
113 Apa Kabar? Aku Rindu
114 Ma, Kanya Kangen
115 I Love You, Mom
116 Mungkinkah ini Hanya Perasaanku?
117 Obrolan Tentang Merelakan
118 Atas Nama Permohonan
119 Keputusan
120 Sahabat Lama
121 Dia yang Bisa Tersipu Malu
122 Cahaya yang Berpendar
123 Untukmu yang Sedang Merindu
124 Yang Aku Butuhkan
125 Selamat Malam Kekasih
126 Hingga Tengah Malam
127 Pulang ke Kotamu
128 Yang Lama tidak Bertemu
129 Bersamamu Kutemukan Duniaku
130 Selamat Datang, Kamu
131 Teman Baru
132 Dia yang Belum Bisa Merelakan
133 Menuntaskan Rindu
134 Cukup Melihatnya Tersenyum
135 Yang Merusak Mood
136 Hanya Perlu Merelakan Bukan?
137 Menyerah
138 Ma, Dia Alcatraz
139 Kenang Sebagai Rindu Saja
140 Sehangat Mentari Pagi
141 Welcome Home
142 Semua yang Terencana
143 Pulanglah Bersamaku
144 Merencanakan Pulang
145 Akhir Perjalanan
146 Pengumuman
147 Extra Part ( Renjana Kanya )
148 Lanjut Season Dua
149 Season 2 #Kembali ke Rutinitas
150 Season 2 #Bagaimana Harimu, Kanya?
151 Season 2 #Suasana Malam
152 Season 2 #Gosip
153 Seasons 2 #Pikiran-pikiran Araz
154 Season 2 #Amarah
155 Season 2 #Yang Ingin Dia Dengarkan
156 Season 2 #Selamat Datang, Bandung
157 Season 2 #Makan Malam
158 Season 2 #Tali Jiwa
159 Season 2 #Menjadi Lebih Akrab
160 Season 2 #Cassandra
161 Season 2 #Obrolan Sang Ratu
162 Season 2 #Percakapan Ayah dan Anak
163 Season 2 #Calon Istri yang Sudah Dipersiapkan
164 Season 2 #Perempuan yang Terpilih
165 Season 2# Apa Kabar, Aksa?
166 Season 2 #Dia yang Menangis dalam Pelukan Perempuannya
167 Season 2 #Adakah Perasaan itu Tersembunyi di Suatu Tempat?
168 Terpaksa Harus Bilang
169 Giveaway Time
170 Giveaway
171 Season 2 #Kotak Pandora
172 Season 2 #Perasaan Aksa yang Tertinggal
173 Season 2 #Merelakan yang Telah Pergi
174 Season 2 #Memeluk Mimpi Aksa
175 Season 2 #Kejutan untuk Araz
176 Season 2 #Buang Sedihmu
177 Season 2 #Candaan Pagi Hari
178 Season 2 #Keributan yang Menggemparkan
179 Season 2 #Apa yang Kau Lakukan di Sini?
180 Season 2 #Pandangan yang Berbeda
181 Season 2 #Oleh-oleh
182 Season 2 #Ajakan Makan Siang
183 Season 2 #Kecurigaan Destia
184 Season 2 #Makan Siang Penuh Drama
185 Season 2 #Makan Siang Penuh Drama II
186 Season 2 #Makan Siang Penuh Drama III
187 Season 2 #Dia yang Tersipu Malu
188 Season 2 #Dering Telepon
189 Season 2 #Panggilan tak Terduga
190 Season 2 #Wajah yang Suram
191 Season 2 #Merasa Lebih Baik
192 Season 2 #Orang-orang yang Cemburu
193 Season 2 #Pelajaran Bagi Para Perusuh
194 Season 2 #Tertunduk Lesu
195 Season 2 #Oleh-oleh Buat Calon Mantu
196 Season 2 #Pesona Sang Kekasih
197 Season 2 #Pesona Sang Kekasih II
198 Season 2 #Suasana Canggung
199 Season 2 #Tak Bisa Menghindar
200 Season 2 #Aksi Balas Dendam
201 Season 2 #Kompak
202 Season 2 #Tamu tak Diundang
203 Season 2 #Tak Sanggup Jika Tanpanmu
204 Season 2 #Ancaman
205 Season 2 #Janji Masa Lalu
206 Season 2 #Jangan Jadikan Alasan
207 Season 2 #Apa Kau Sudah Gila?!
208 Season 2 #Apa Rencanamu Sekarang?
209 Season 2 #Home Sweet Home
210 Season 2 #Ikut Aku Pulang
211 Season 2 #Flight
212 Season 2 #Let's Go
213 Season 2 #Pertemuan tak Diinginkan
214 Season 2 #Jadi Dia Orangnya?
Episodes

Updated 214 Episodes

1
Awal Sebuah Masalah
2
Teman Seperjalanan
3
Luka
4
Peristiwa Pagi Hari
5
Niat Terselubung
6
Skenario Almira
7
Reuni
8
Curhatan Tengah Malam
9
LDR
10
Kami Terlalu Naif Menganggap Masa Depan dalam Genggaman
11
Semesta Lebih Tahu Bagaimana Caranya Bekerja
12
Rencana-rencana Aldo
13
Beautiful of Lokcan
14
Siapa Kamu?
15
Pandangan Pertama
16
Hei, Kanya
17
Dia dan Keributan dalam Kepala serta Hatinya
18
Apakah Dia Dunia dalam Kepalamu?
19
Me? Salam Kenal Aku Alcatraz
20
Jika itu Bukan Kamu
21
Awal Keretakan (I)
22
Awal Keretakan (II)
23
Give Me a Chance
24
Rindu Jakarta
25
Halo, Ayah
26
Masalah Akan Selalu Datang dan Pergi Selama Kita Bernapas
27
Cemburu
28
Makan Malam
29
Menemukan Kehangatan
30
Keisengan Hanung
31
Berbagi Canda
32
Apa yang Harus Kulakukan Agar Dia Memaafkanku?
33
Cerita Setiap Kenangan
34
Kesepakatan
35
Sepotong Sandwich
36
Tatapan Kecewa
37
Tentang Araz
38
Putri Hujan dan Ksatria
39
Have a Nice Dream, Kanya
40
Good Morning, Kanya
41
He's Come Back
42
Nada Sumbang
43
Gelisah
44
Amarah
45
Dia, di Sini
46
Boleh Aku Merasakan Dekapmu Lebih Lama?
47
Menerka-nerka
48
Mengumpulkan Kepingan Puzzle
49
Jejakmu Pun Terhapus Hujan
50
Ya, Semesta Selalu Tahu Kapan Harus Bekerja
51
Waktu Paling Tepat Melupakan Kenangan
52
Mengejar Bayangan
53
Sebuah Nama, Sebuah Rasa
54
Jika Memang Cinta Lantas Mau Apa?
55
Halusinasi
56
Hanya Perlu Jujur Jika Aku Suka Kamu
57
Mengungkapkan yang Terpendam
58
Memungut Kenangan
59
Rahasia
60
Dia Bukan Hanya Penjara, Melainkan Juga Matematika dan Bahasa
61
Harga Sebuah Rasa
62
Terima Kasih untuk Semua Kenangan
63
Selamat Jalan, Kawan
64
Semua Cerita Tentang Arez
65
Semua Cerita Tentang Arez II
66
Keputusan Arez
67
Deal?!
68
Dia, Kanya
69
Setelah Hari Esok
70
Resmi, Pacaran?
71
Apa Jatuh Cinta Semanis ini?
72
Ajakan
73
Berdebar
74
Sisi Lain
75
Panggilan
76
Ikatan yang Rumit
77
Dia Perempuanku
78
Yang Ada dalam Benakku
79
Dia yang Menggemaskan Ketika Sedang Cemburu
80
Hal yang Membuatku Marah
81
Perempuan yang Pernah Membuatnya Jatuh Cinta
82
Dia Berhak Lebih Bahagia
83
Yang Terbaik untuk Kamu
84
Ternyata Dia Juga Bisa Cemburu
85
Obrolan di Beranda
86
Keputusan Sepihak
87
Pulanglah Dia Si Anak Hilang*
88
Perempuan dari Luka
89
Sebagian Cerita Tentang Luka
90
Tempat Bersandar
91
Dia yang Sesungguhnya tidak Setegar Karang
92
Peluk dari Jauh
93
Yang tidak Beraturan
94
Arti Sahabat
95
Penantian
96
Menerima Maaf
97
Ambang Batas
98
Membaca Kanya
99
Bersandarlah, Aku Rumah Bagimu
100
Berbahagialah, Besok Pasti Akan Jadi Lebih Baik
101
Tersenyumlah, Sampai Matahari Iri Melihatmu
102
Yang tak Mudah Merelakan
103
Yang tak Sengaja Bertemu dan Terlupakan
104
Hello, Lil Sis
105
Sekali Saja
106
My Guardian Angel
107
Back the Real World, Kanya
108
Yang tak Terlupakan Bukan Berarti Harus Tetap Tinggal
109
Selamat Jalan, Selamat Bertemu Lagi
110
Yang Pergi untuk Kembali
111
Yang tidak Seperti Biasanya
112
Yang Berbagi Keluh
113
Apa Kabar? Aku Rindu
114
Ma, Kanya Kangen
115
I Love You, Mom
116
Mungkinkah ini Hanya Perasaanku?
117
Obrolan Tentang Merelakan
118
Atas Nama Permohonan
119
Keputusan
120
Sahabat Lama
121
Dia yang Bisa Tersipu Malu
122
Cahaya yang Berpendar
123
Untukmu yang Sedang Merindu
124
Yang Aku Butuhkan
125
Selamat Malam Kekasih
126
Hingga Tengah Malam
127
Pulang ke Kotamu
128
Yang Lama tidak Bertemu
129
Bersamamu Kutemukan Duniaku
130
Selamat Datang, Kamu
131
Teman Baru
132
Dia yang Belum Bisa Merelakan
133
Menuntaskan Rindu
134
Cukup Melihatnya Tersenyum
135
Yang Merusak Mood
136
Hanya Perlu Merelakan Bukan?
137
Menyerah
138
Ma, Dia Alcatraz
139
Kenang Sebagai Rindu Saja
140
Sehangat Mentari Pagi
141
Welcome Home
142
Semua yang Terencana
143
Pulanglah Bersamaku
144
Merencanakan Pulang
145
Akhir Perjalanan
146
Pengumuman
147
Extra Part ( Renjana Kanya )
148
Lanjut Season Dua
149
Season 2 #Kembali ke Rutinitas
150
Season 2 #Bagaimana Harimu, Kanya?
151
Season 2 #Suasana Malam
152
Season 2 #Gosip
153
Seasons 2 #Pikiran-pikiran Araz
154
Season 2 #Amarah
155
Season 2 #Yang Ingin Dia Dengarkan
156
Season 2 #Selamat Datang, Bandung
157
Season 2 #Makan Malam
158
Season 2 #Tali Jiwa
159
Season 2 #Menjadi Lebih Akrab
160
Season 2 #Cassandra
161
Season 2 #Obrolan Sang Ratu
162
Season 2 #Percakapan Ayah dan Anak
163
Season 2 #Calon Istri yang Sudah Dipersiapkan
164
Season 2 #Perempuan yang Terpilih
165
Season 2# Apa Kabar, Aksa?
166
Season 2 #Dia yang Menangis dalam Pelukan Perempuannya
167
Season 2 #Adakah Perasaan itu Tersembunyi di Suatu Tempat?
168
Terpaksa Harus Bilang
169
Giveaway Time
170
Giveaway
171
Season 2 #Kotak Pandora
172
Season 2 #Perasaan Aksa yang Tertinggal
173
Season 2 #Merelakan yang Telah Pergi
174
Season 2 #Memeluk Mimpi Aksa
175
Season 2 #Kejutan untuk Araz
176
Season 2 #Buang Sedihmu
177
Season 2 #Candaan Pagi Hari
178
Season 2 #Keributan yang Menggemparkan
179
Season 2 #Apa yang Kau Lakukan di Sini?
180
Season 2 #Pandangan yang Berbeda
181
Season 2 #Oleh-oleh
182
Season 2 #Ajakan Makan Siang
183
Season 2 #Kecurigaan Destia
184
Season 2 #Makan Siang Penuh Drama
185
Season 2 #Makan Siang Penuh Drama II
186
Season 2 #Makan Siang Penuh Drama III
187
Season 2 #Dia yang Tersipu Malu
188
Season 2 #Dering Telepon
189
Season 2 #Panggilan tak Terduga
190
Season 2 #Wajah yang Suram
191
Season 2 #Merasa Lebih Baik
192
Season 2 #Orang-orang yang Cemburu
193
Season 2 #Pelajaran Bagi Para Perusuh
194
Season 2 #Tertunduk Lesu
195
Season 2 #Oleh-oleh Buat Calon Mantu
196
Season 2 #Pesona Sang Kekasih
197
Season 2 #Pesona Sang Kekasih II
198
Season 2 #Suasana Canggung
199
Season 2 #Tak Bisa Menghindar
200
Season 2 #Aksi Balas Dendam
201
Season 2 #Kompak
202
Season 2 #Tamu tak Diundang
203
Season 2 #Tak Sanggup Jika Tanpanmu
204
Season 2 #Ancaman
205
Season 2 #Janji Masa Lalu
206
Season 2 #Jangan Jadikan Alasan
207
Season 2 #Apa Kau Sudah Gila?!
208
Season 2 #Apa Rencanamu Sekarang?
209
Season 2 #Home Sweet Home
210
Season 2 #Ikut Aku Pulang
211
Season 2 #Flight
212
Season 2 #Let's Go
213
Season 2 #Pertemuan tak Diinginkan
214
Season 2 #Jadi Dia Orangnya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!