Beautiful of Lokcan

Renjana Kanya

Lelaki di depanku menyimak dengan serius penjelasan Bu Sekar tentang salah satu motif batik yang berkembang di daerahku dan dimiliki hampir seluruh daerah di negeri ini. Sebut saja Lasem, Madura, hingga Cirebon. Karena memang asal motif batik ini pun sama. Dibawa oleh para pedagang Cina pada masa kerajaan di nusantara. Ya, setua itulah umur warisan kemanusiaan untuk benda lisan dan non benda yang sudah diakui UNESCO.

Setelah menyampaikan salah satu motif yang berkembang di daerah Margomulyo, Bu Sekar mengajak kami berpindah tempat. Kali ini beliau menunjukkan koleksi batik tenun gedog yang tersimpan di lemari khusus. Berbagai macam motif dan warna tersimpan rapi. Meski kebanyakan motif lokcan dengan warna biru indigo maupun coklat mahoni ataupun sogan, tetap dapat dijumpai motif-motif lain serupa gringsing, kijing miring, parang maupun sidomukti yang lebih dulu dikenal orang awam.

Beliau juga bercerita jika motif-motif kain itu, terutama lokcan, dianggap sakral bagi penduduk setempat karena pada masanya digunakan untuk menghadiri upacara adat, kematian, ataupun kelahiran. Sementara Aldo sibuk mencatat di buku sakunya jika menjumpai sesuatu yang dianggap penting.

Senyumku mengembang. Entah mengapa, melihatnya begitu serius mengumpulkan data membuat Aldo tampak seksi di mataku. Eh? Tidak, tidak, sebelum aku semakin gila mengagumi ketampanan Aldo, aku memutuskan untuk melihat-lihat koleksi batik yang dipajang. Berbagai warna, motif dan jenis kain membuatku betah berlama-lama.

"Coba lihat yang ini, Mas. Lebih jelas motif lokcannya." Suara Bu Sekar mengalihkan perhatianku. Mereka sudah kembali duduk di kursi yang tersedia di tengah ruangan.

Aldo sedang memperhatikan motif menyerupai burung phoenix di kain batik berwarna biru indigo yang diulurkan oleh Bu Sekar. Lelaki itu meraba permukaan kainnya yang kasar. Lantas menoleh ke arahku yang sejak tadi memperhatikan keseriusannya berbincang dengan sang pemilik butik.

Ia mendekat ke arahku dan berbisik pelan. "Kalau lihat jangan terlalu serius. Nanti bisa jatuh cinta loh."

"Kayaknya memang udah jatuh cinta, Mas. Sama kain yang kamu pegang," kataku membuat senyum Aldo mengembang. Matanya yang sipit ikut terpejam ketika ia tersenyum. 

"Mas sama Kanya ini pacaran toh? Atau udah ada rencana mau menikah? Saya ada loh kain yang pas buat sarimbit manten. Mau modern atau pakaian adat, lebih bagus kalau pakai jarit. Manten-nya pasti terlihat lebih gagah, berwibawa, luwes, cantik dan ganteng," komentar Bu Sekar membuat wajahku terasa panas. Bagaimana bisa setiap orang yang bertemu denganku dan Aldo menganggap kami pasangan kekasih? Padahal gestur kami tak sedikit pun menunjukkan jika pacaran.

Tawa Aldo berderai. "Kalau setiap kain punya kekuatan magisnya sendiri, ada yang bisa buat cepet dapat jodoh nggak Bu? Siapa tahu perempuan yang saya suka mau menerima jadi calon suaminya."

"Oh ada, Mas. Ya yang saya sebut tadi. Motifnya Sidomukti, artinya biar pasangan itu menjadi sejahtera. Tercapai segala pengharapannya. Loh Mas Aldo ndak pacaran sama Kanya toh?" tanya Bu Sekar semakin penasaran dengan pengakuan Aldo. Sementara aku hanya bisa tertawa kikuk berada di situasi yang tidak nyaman ini.

"Masih jadi rencananya saya, Bu. Belum jadi pengharapan kami," jawab Aldo ditanggapi anggukan oleh Bu Sekar.

"Oh ya, katanya mau lihat proses pembuatan sampai jadi kain? Mau sekarang atau masih nanti?" tawar Bu Sekar saat terjadi jeda pembicaraan cukup lama di antara kami.

"Sekarang aja, Bu," jawabku cepat. Aku ingin segera pergi dari suasana canggung yang tiba-tiba menyelimuti kami.

***

Aku dan Aldo berjalan bersisihan di sepanjang jalan Desa Margomulyo. Bu Sekar memang memiliki joglo yang khusus difungsikan sebagai tempat menenun maupun membatik oleh warga sekitar, tapi kebetulan hari ini para pengrajinnya libur. Jadi kami memutuskan jalan-jalan di sekitar rumah Bu Sekar yang menjadi sentra pembuatan kain tenun gedog maupun batik.

Tak jauh kami berjalan, dari sebuah rumah sederhana berdinding kayu dan beralas tanah terdengar suara dog...dog...dog... yang cukup keras. Itu mengapa tenun khas daerahku disebut gedog, sebab pada proses pembuatannya menimbulkan bunyi dog.

Aku mengajak Aldo berbelok ke rumah itu. Awalnya lelaki itu bingung. Saat melihat sorang wanita hampir menjelang 3/4 abad sedang menenun menggunakan alat tradisional di samping rumahnya, Aldo memahami tujuanku.

"Sugeng siang, Mbah. Nuwun sewu, kula angsal ningali?" (Selamat siang, Mbah. Permisi, saya boleh lihat.) Aku menyapa ramah wanita bertubuh kurus itu.

Wanita itu menghentikan aktivitasnya. Beliau mengamati kami yang mungkin tampak asing. Meski begitu beliau tetap tersenyum ramah dan mempersilakan kami duduk di bangku kayu panjang.

"Oh, mangga Ngger, pinarak mriki. Niki saking pundi?" (Oh, silakan Nak, duduk sini. Ini dari mana?)

"Jakarta, Mbah. Pengen ngertos proses ndamel tenun gedog. Nuwun sewu, asmanipun panjenengan sinten, Mbah?" (Ingin tahu proses pembuatan tenun gedog. Permisi, namanya siapa Mbah?)

"Lah kok adoh sampek tekan kene, Ngger? Pariyem, Ngger." (Kok jauh sampai di sini, Nak?)

"Nggih, Mbah. Amargi ketepangan kalian Bu Sekar. Kala wau saking mrika," (Iya Mbah. Soalnya kenal sama Bu Sekar. Saya tadi dari sana.) jelasku membuat Mbah Pariyem mengangguk paham.

"Oh... Mbahe tak nyambi karo nenun yo. Wis dienteni wonge. Sesok arep dikirim ning Bali." (Mbah sambil menenun ya. Sudah ditunggu orangnya. Besok mau dikirim ke Bali.)

"Nggih Mbah, mangga. Ngoteniku pesenan toh Mbah?" (Iya Mbah, silakan. Apakah semua pesanan, Mbah?)

"Iya Ngger, ya Bu Sekar kuwi pengepule." (Iya Nak, Bu Sekar pengepulnya.)

"Direginipun pinten Mbah menawi setunggal kain?" (Dihargai berapa per lembar kain?) Kali ini Aldo ikut bertanya setelah meminta izin untuk mengambil foto wanita itu.

"Satus seket ewu, Ngger. Kadang yo sampek rong atus ewu.Tapi nek akeh yo beda rego." (Seratus lima puluh ribu, Nak. Kadang juga sampai dua ratus lima puluh ribu. Tapi kalau banyak ya beda harga.)

"Setunggal kain ngantos pirang dinten, Mbah?" (Satu kain sampai berapa hari pengerjaan, Mbah?)

"Gak mesti, Ngger. Kadang ya limang dina, kadang yo pitung dina. Nek sepi ya sepuluh dina." (Tidak pasti, Nak. Kadang lima hari, kadang ya tujuh hari. Kalau sepi ya sepuluh hari.)

Aldo mengangguk paham. Ia berbisik padaku bagaimana teganya kaum kapitalis memeras keringat para pekerja kasar hanya demi meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Itu mengapa wajahnya tak lagi antusias saat mendengar cerita Mbah Pariyem. Sementara beliau masih melanjutkan aktivitasnya sambil bercerita pada kami tentang proses penenunan kain. Suara lembut dog...dog...dog... dari alat yang saling beradu menjadi musik pengiring obrolan kami. Tangannya yang sudah keriput dengan cekatan menggerakkan alat-alat tenun.

Sesekali Mbah Pariyem memanggil nama seseorang. Tak lama, seorang perempuan yang lebih muda keluar dari dapur. Dari aroma tubuhnya menguar bumbu rempah. Mungkin dia sedang memasak saat wanita tua itu memanggilnya. Aku tersenyum saat tatapan kami bertemu.

"Ana wong tekan Jakarta, tamune Bu Sekar. Gawekno teh kono," (Ada tamu dari Jakarta, tamunya Bu Sekar. Buatkan teh.) perintah Mbah Pariyem langsung kutolak halus.

"Ndak usah repot, Bu. Kami cuma sebentar kok. Habis ini mau lihat proses pembuatan benang," kataku tak ada maksud melukai perasaan pemilik rumah. Hanya saja aku merasa sungkan diperlakukan sebagai tamu penting.

"Ndak apa-apa, Mbak. Wong cuma air teh saja kok."

"Sungguh ndak usah repot-repot Bu. Nanti kami malah tanek lama-lama di sini," kata Aldo menambahi.

Wanita yang belum genap setengah baya itu memperhatikan kami. "Beneran ini ndak usah?"

"Beneran Bu, sebentar lagi kami juga mau pamit kok."

Setelah keperluan Aldo terpenuhi, kami kembali berkeliling desa. Mencari rumah warga yang sedang membuat benang. Kenyataan miris yang diketahui Aldo bahwa satu ukel - istilah yang dipakai untuk satu gulung benang - dihargai 20 sampai 30 ribu rupiah tergantung susah tidaknya bahan baku, membuat lelaki itu ingin marah. Sedangkan setiap kain berukuran 90×250 centimeter membutuhkan lima sampai enam ukel. Upah satu kain yang terjual hanya cukup untuk membeli benang. Bahkan terkadang masih kurang.

Belum lagi harga kain batik di pengrajin berbeda jauh ketika masuk butik. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Perusahaan hanya peduli ia menulis tentang pesona batik, bukan perjalanan penuh perjuangan di belakang pembuatan batik hingga menjadi produk layak jual.

"Heh, lucu ya," komentar Aldo saat menyetir ketika perjalanan menuju rumah Almira. "Aku mengutuk kapitalis, tapi sendirinya jadi budak. Kayaknya aku perlu investigasi masalah ini deh. Hanung mau terima aku jadi karyawannya nggak ya?"

"Kok malah jadi karyawan Mas Hanung? Kenapa nggak bikin media sendiri aja, Mas. Biar lebih leluasa menentukan arah."

"That's right. Bener juga kamu, Nya. Kayaknya memang udah waktunya aku bikin media sendiri. Kenapa sebelumnya nggak kepikiran ya?"

Aku hanya mengendikkan bahu menjawab pertanyaan Aldo. Selama perjalanan kami membahas bagaimana cantiknya motif lokcan, tanpa luput mendebatkan nasib pekerja-pekerja perempuan mulai memanen kapas, memintal, hingga menggambar baris dan titik. Sesekali Aldo melempar tawaran seandainya ia membuat medianya sendiri, apakah aku mau mendukungnya. Kujawab lihat saja nanti, sebab kita tak pernah tahu peristiwa apa yang sudah menunggu.

Terpopuler

Comments

Queen Mehrunnisa

Queen Mehrunnisa

very interesting story'..nice and educated, valuable..👍👍👍

2023-01-02

0

Ayyu

Ayyu

nambah wawasan ttg macem2 batik nih 😊

2021-08-28

0

Erni Fitriana

Erni Fitriana

ilmuuu ini....👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾

2021-08-21

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Sebuah Masalah
2 Teman Seperjalanan
3 Luka
4 Peristiwa Pagi Hari
5 Niat Terselubung
6 Skenario Almira
7 Reuni
8 Curhatan Tengah Malam
9 LDR
10 Kami Terlalu Naif Menganggap Masa Depan dalam Genggaman
11 Semesta Lebih Tahu Bagaimana Caranya Bekerja
12 Rencana-rencana Aldo
13 Beautiful of Lokcan
14 Siapa Kamu?
15 Pandangan Pertama
16 Hei, Kanya
17 Dia dan Keributan dalam Kepala serta Hatinya
18 Apakah Dia Dunia dalam Kepalamu?
19 Me? Salam Kenal Aku Alcatraz
20 Jika itu Bukan Kamu
21 Awal Keretakan (I)
22 Awal Keretakan (II)
23 Give Me a Chance
24 Rindu Jakarta
25 Halo, Ayah
26 Masalah Akan Selalu Datang dan Pergi Selama Kita Bernapas
27 Cemburu
28 Makan Malam
29 Menemukan Kehangatan
30 Keisengan Hanung
31 Berbagi Canda
32 Apa yang Harus Kulakukan Agar Dia Memaafkanku?
33 Cerita Setiap Kenangan
34 Kesepakatan
35 Sepotong Sandwich
36 Tatapan Kecewa
37 Tentang Araz
38 Putri Hujan dan Ksatria
39 Have a Nice Dream, Kanya
40 Good Morning, Kanya
41 He's Come Back
42 Nada Sumbang
43 Gelisah
44 Amarah
45 Dia, di Sini
46 Boleh Aku Merasakan Dekapmu Lebih Lama?
47 Menerka-nerka
48 Mengumpulkan Kepingan Puzzle
49 Jejakmu Pun Terhapus Hujan
50 Ya, Semesta Selalu Tahu Kapan Harus Bekerja
51 Waktu Paling Tepat Melupakan Kenangan
52 Mengejar Bayangan
53 Sebuah Nama, Sebuah Rasa
54 Jika Memang Cinta Lantas Mau Apa?
55 Halusinasi
56 Hanya Perlu Jujur Jika Aku Suka Kamu
57 Mengungkapkan yang Terpendam
58 Memungut Kenangan
59 Rahasia
60 Dia Bukan Hanya Penjara, Melainkan Juga Matematika dan Bahasa
61 Harga Sebuah Rasa
62 Terima Kasih untuk Semua Kenangan
63 Selamat Jalan, Kawan
64 Semua Cerita Tentang Arez
65 Semua Cerita Tentang Arez II
66 Keputusan Arez
67 Deal?!
68 Dia, Kanya
69 Setelah Hari Esok
70 Resmi, Pacaran?
71 Apa Jatuh Cinta Semanis ini?
72 Ajakan
73 Berdebar
74 Sisi Lain
75 Panggilan
76 Ikatan yang Rumit
77 Dia Perempuanku
78 Yang Ada dalam Benakku
79 Dia yang Menggemaskan Ketika Sedang Cemburu
80 Hal yang Membuatku Marah
81 Perempuan yang Pernah Membuatnya Jatuh Cinta
82 Dia Berhak Lebih Bahagia
83 Yang Terbaik untuk Kamu
84 Ternyata Dia Juga Bisa Cemburu
85 Obrolan di Beranda
86 Keputusan Sepihak
87 Pulanglah Dia Si Anak Hilang*
88 Perempuan dari Luka
89 Sebagian Cerita Tentang Luka
90 Tempat Bersandar
91 Dia yang Sesungguhnya tidak Setegar Karang
92 Peluk dari Jauh
93 Yang tidak Beraturan
94 Arti Sahabat
95 Penantian
96 Menerima Maaf
97 Ambang Batas
98 Membaca Kanya
99 Bersandarlah, Aku Rumah Bagimu
100 Berbahagialah, Besok Pasti Akan Jadi Lebih Baik
101 Tersenyumlah, Sampai Matahari Iri Melihatmu
102 Yang tak Mudah Merelakan
103 Yang tak Sengaja Bertemu dan Terlupakan
104 Hello, Lil Sis
105 Sekali Saja
106 My Guardian Angel
107 Back the Real World, Kanya
108 Yang tak Terlupakan Bukan Berarti Harus Tetap Tinggal
109 Selamat Jalan, Selamat Bertemu Lagi
110 Yang Pergi untuk Kembali
111 Yang tidak Seperti Biasanya
112 Yang Berbagi Keluh
113 Apa Kabar? Aku Rindu
114 Ma, Kanya Kangen
115 I Love You, Mom
116 Mungkinkah ini Hanya Perasaanku?
117 Obrolan Tentang Merelakan
118 Atas Nama Permohonan
119 Keputusan
120 Sahabat Lama
121 Dia yang Bisa Tersipu Malu
122 Cahaya yang Berpendar
123 Untukmu yang Sedang Merindu
124 Yang Aku Butuhkan
125 Selamat Malam Kekasih
126 Hingga Tengah Malam
127 Pulang ke Kotamu
128 Yang Lama tidak Bertemu
129 Bersamamu Kutemukan Duniaku
130 Selamat Datang, Kamu
131 Teman Baru
132 Dia yang Belum Bisa Merelakan
133 Menuntaskan Rindu
134 Cukup Melihatnya Tersenyum
135 Yang Merusak Mood
136 Hanya Perlu Merelakan Bukan?
137 Menyerah
138 Ma, Dia Alcatraz
139 Kenang Sebagai Rindu Saja
140 Sehangat Mentari Pagi
141 Welcome Home
142 Semua yang Terencana
143 Pulanglah Bersamaku
144 Merencanakan Pulang
145 Akhir Perjalanan
146 Pengumuman
147 Extra Part ( Renjana Kanya )
148 Lanjut Season Dua
149 Season 2 #Kembali ke Rutinitas
150 Season 2 #Bagaimana Harimu, Kanya?
151 Season 2 #Suasana Malam
152 Season 2 #Gosip
153 Seasons 2 #Pikiran-pikiran Araz
154 Season 2 #Amarah
155 Season 2 #Yang Ingin Dia Dengarkan
156 Season 2 #Selamat Datang, Bandung
157 Season 2 #Makan Malam
158 Season 2 #Tali Jiwa
159 Season 2 #Menjadi Lebih Akrab
160 Season 2 #Cassandra
161 Season 2 #Obrolan Sang Ratu
162 Season 2 #Percakapan Ayah dan Anak
163 Season 2 #Calon Istri yang Sudah Dipersiapkan
164 Season 2 #Perempuan yang Terpilih
165 Season 2# Apa Kabar, Aksa?
166 Season 2 #Dia yang Menangis dalam Pelukan Perempuannya
167 Season 2 #Adakah Perasaan itu Tersembunyi di Suatu Tempat?
168 Terpaksa Harus Bilang
169 Giveaway Time
170 Giveaway
171 Season 2 #Kotak Pandora
172 Season 2 #Perasaan Aksa yang Tertinggal
173 Season 2 #Merelakan yang Telah Pergi
174 Season 2 #Memeluk Mimpi Aksa
175 Season 2 #Kejutan untuk Araz
176 Season 2 #Buang Sedihmu
177 Season 2 #Candaan Pagi Hari
178 Season 2 #Keributan yang Menggemparkan
179 Season 2 #Apa yang Kau Lakukan di Sini?
180 Season 2 #Pandangan yang Berbeda
181 Season 2 #Oleh-oleh
182 Season 2 #Ajakan Makan Siang
183 Season 2 #Kecurigaan Destia
184 Season 2 #Makan Siang Penuh Drama
185 Season 2 #Makan Siang Penuh Drama II
186 Season 2 #Makan Siang Penuh Drama III
187 Season 2 #Dia yang Tersipu Malu
188 Season 2 #Dering Telepon
189 Season 2 #Panggilan tak Terduga
190 Season 2 #Wajah yang Suram
191 Season 2 #Merasa Lebih Baik
192 Season 2 #Orang-orang yang Cemburu
193 Season 2 #Pelajaran Bagi Para Perusuh
194 Season 2 #Tertunduk Lesu
195 Season 2 #Oleh-oleh Buat Calon Mantu
196 Season 2 #Pesona Sang Kekasih
197 Season 2 #Pesona Sang Kekasih II
198 Season 2 #Suasana Canggung
199 Season 2 #Tak Bisa Menghindar
200 Season 2 #Aksi Balas Dendam
201 Season 2 #Kompak
202 Season 2 #Tamu tak Diundang
203 Season 2 #Tak Sanggup Jika Tanpanmu
204 Season 2 #Ancaman
205 Season 2 #Janji Masa Lalu
206 Season 2 #Jangan Jadikan Alasan
207 Season 2 #Apa Kau Sudah Gila?!
208 Season 2 #Apa Rencanamu Sekarang?
209 Season 2 #Home Sweet Home
210 Season 2 #Ikut Aku Pulang
211 Season 2 #Flight
212 Season 2 #Let's Go
213 Season 2 #Pertemuan tak Diinginkan
214 Season 2 #Jadi Dia Orangnya?
Episodes

Updated 214 Episodes

1
Awal Sebuah Masalah
2
Teman Seperjalanan
3
Luka
4
Peristiwa Pagi Hari
5
Niat Terselubung
6
Skenario Almira
7
Reuni
8
Curhatan Tengah Malam
9
LDR
10
Kami Terlalu Naif Menganggap Masa Depan dalam Genggaman
11
Semesta Lebih Tahu Bagaimana Caranya Bekerja
12
Rencana-rencana Aldo
13
Beautiful of Lokcan
14
Siapa Kamu?
15
Pandangan Pertama
16
Hei, Kanya
17
Dia dan Keributan dalam Kepala serta Hatinya
18
Apakah Dia Dunia dalam Kepalamu?
19
Me? Salam Kenal Aku Alcatraz
20
Jika itu Bukan Kamu
21
Awal Keretakan (I)
22
Awal Keretakan (II)
23
Give Me a Chance
24
Rindu Jakarta
25
Halo, Ayah
26
Masalah Akan Selalu Datang dan Pergi Selama Kita Bernapas
27
Cemburu
28
Makan Malam
29
Menemukan Kehangatan
30
Keisengan Hanung
31
Berbagi Canda
32
Apa yang Harus Kulakukan Agar Dia Memaafkanku?
33
Cerita Setiap Kenangan
34
Kesepakatan
35
Sepotong Sandwich
36
Tatapan Kecewa
37
Tentang Araz
38
Putri Hujan dan Ksatria
39
Have a Nice Dream, Kanya
40
Good Morning, Kanya
41
He's Come Back
42
Nada Sumbang
43
Gelisah
44
Amarah
45
Dia, di Sini
46
Boleh Aku Merasakan Dekapmu Lebih Lama?
47
Menerka-nerka
48
Mengumpulkan Kepingan Puzzle
49
Jejakmu Pun Terhapus Hujan
50
Ya, Semesta Selalu Tahu Kapan Harus Bekerja
51
Waktu Paling Tepat Melupakan Kenangan
52
Mengejar Bayangan
53
Sebuah Nama, Sebuah Rasa
54
Jika Memang Cinta Lantas Mau Apa?
55
Halusinasi
56
Hanya Perlu Jujur Jika Aku Suka Kamu
57
Mengungkapkan yang Terpendam
58
Memungut Kenangan
59
Rahasia
60
Dia Bukan Hanya Penjara, Melainkan Juga Matematika dan Bahasa
61
Harga Sebuah Rasa
62
Terima Kasih untuk Semua Kenangan
63
Selamat Jalan, Kawan
64
Semua Cerita Tentang Arez
65
Semua Cerita Tentang Arez II
66
Keputusan Arez
67
Deal?!
68
Dia, Kanya
69
Setelah Hari Esok
70
Resmi, Pacaran?
71
Apa Jatuh Cinta Semanis ini?
72
Ajakan
73
Berdebar
74
Sisi Lain
75
Panggilan
76
Ikatan yang Rumit
77
Dia Perempuanku
78
Yang Ada dalam Benakku
79
Dia yang Menggemaskan Ketika Sedang Cemburu
80
Hal yang Membuatku Marah
81
Perempuan yang Pernah Membuatnya Jatuh Cinta
82
Dia Berhak Lebih Bahagia
83
Yang Terbaik untuk Kamu
84
Ternyata Dia Juga Bisa Cemburu
85
Obrolan di Beranda
86
Keputusan Sepihak
87
Pulanglah Dia Si Anak Hilang*
88
Perempuan dari Luka
89
Sebagian Cerita Tentang Luka
90
Tempat Bersandar
91
Dia yang Sesungguhnya tidak Setegar Karang
92
Peluk dari Jauh
93
Yang tidak Beraturan
94
Arti Sahabat
95
Penantian
96
Menerima Maaf
97
Ambang Batas
98
Membaca Kanya
99
Bersandarlah, Aku Rumah Bagimu
100
Berbahagialah, Besok Pasti Akan Jadi Lebih Baik
101
Tersenyumlah, Sampai Matahari Iri Melihatmu
102
Yang tak Mudah Merelakan
103
Yang tak Sengaja Bertemu dan Terlupakan
104
Hello, Lil Sis
105
Sekali Saja
106
My Guardian Angel
107
Back the Real World, Kanya
108
Yang tak Terlupakan Bukan Berarti Harus Tetap Tinggal
109
Selamat Jalan, Selamat Bertemu Lagi
110
Yang Pergi untuk Kembali
111
Yang tidak Seperti Biasanya
112
Yang Berbagi Keluh
113
Apa Kabar? Aku Rindu
114
Ma, Kanya Kangen
115
I Love You, Mom
116
Mungkinkah ini Hanya Perasaanku?
117
Obrolan Tentang Merelakan
118
Atas Nama Permohonan
119
Keputusan
120
Sahabat Lama
121
Dia yang Bisa Tersipu Malu
122
Cahaya yang Berpendar
123
Untukmu yang Sedang Merindu
124
Yang Aku Butuhkan
125
Selamat Malam Kekasih
126
Hingga Tengah Malam
127
Pulang ke Kotamu
128
Yang Lama tidak Bertemu
129
Bersamamu Kutemukan Duniaku
130
Selamat Datang, Kamu
131
Teman Baru
132
Dia yang Belum Bisa Merelakan
133
Menuntaskan Rindu
134
Cukup Melihatnya Tersenyum
135
Yang Merusak Mood
136
Hanya Perlu Merelakan Bukan?
137
Menyerah
138
Ma, Dia Alcatraz
139
Kenang Sebagai Rindu Saja
140
Sehangat Mentari Pagi
141
Welcome Home
142
Semua yang Terencana
143
Pulanglah Bersamaku
144
Merencanakan Pulang
145
Akhir Perjalanan
146
Pengumuman
147
Extra Part ( Renjana Kanya )
148
Lanjut Season Dua
149
Season 2 #Kembali ke Rutinitas
150
Season 2 #Bagaimana Harimu, Kanya?
151
Season 2 #Suasana Malam
152
Season 2 #Gosip
153
Seasons 2 #Pikiran-pikiran Araz
154
Season 2 #Amarah
155
Season 2 #Yang Ingin Dia Dengarkan
156
Season 2 #Selamat Datang, Bandung
157
Season 2 #Makan Malam
158
Season 2 #Tali Jiwa
159
Season 2 #Menjadi Lebih Akrab
160
Season 2 #Cassandra
161
Season 2 #Obrolan Sang Ratu
162
Season 2 #Percakapan Ayah dan Anak
163
Season 2 #Calon Istri yang Sudah Dipersiapkan
164
Season 2 #Perempuan yang Terpilih
165
Season 2# Apa Kabar, Aksa?
166
Season 2 #Dia yang Menangis dalam Pelukan Perempuannya
167
Season 2 #Adakah Perasaan itu Tersembunyi di Suatu Tempat?
168
Terpaksa Harus Bilang
169
Giveaway Time
170
Giveaway
171
Season 2 #Kotak Pandora
172
Season 2 #Perasaan Aksa yang Tertinggal
173
Season 2 #Merelakan yang Telah Pergi
174
Season 2 #Memeluk Mimpi Aksa
175
Season 2 #Kejutan untuk Araz
176
Season 2 #Buang Sedihmu
177
Season 2 #Candaan Pagi Hari
178
Season 2 #Keributan yang Menggemparkan
179
Season 2 #Apa yang Kau Lakukan di Sini?
180
Season 2 #Pandangan yang Berbeda
181
Season 2 #Oleh-oleh
182
Season 2 #Ajakan Makan Siang
183
Season 2 #Kecurigaan Destia
184
Season 2 #Makan Siang Penuh Drama
185
Season 2 #Makan Siang Penuh Drama II
186
Season 2 #Makan Siang Penuh Drama III
187
Season 2 #Dia yang Tersipu Malu
188
Season 2 #Dering Telepon
189
Season 2 #Panggilan tak Terduga
190
Season 2 #Wajah yang Suram
191
Season 2 #Merasa Lebih Baik
192
Season 2 #Orang-orang yang Cemburu
193
Season 2 #Pelajaran Bagi Para Perusuh
194
Season 2 #Tertunduk Lesu
195
Season 2 #Oleh-oleh Buat Calon Mantu
196
Season 2 #Pesona Sang Kekasih
197
Season 2 #Pesona Sang Kekasih II
198
Season 2 #Suasana Canggung
199
Season 2 #Tak Bisa Menghindar
200
Season 2 #Aksi Balas Dendam
201
Season 2 #Kompak
202
Season 2 #Tamu tak Diundang
203
Season 2 #Tak Sanggup Jika Tanpanmu
204
Season 2 #Ancaman
205
Season 2 #Janji Masa Lalu
206
Season 2 #Jangan Jadikan Alasan
207
Season 2 #Apa Kau Sudah Gila?!
208
Season 2 #Apa Rencanamu Sekarang?
209
Season 2 #Home Sweet Home
210
Season 2 #Ikut Aku Pulang
211
Season 2 #Flight
212
Season 2 #Let's Go
213
Season 2 #Pertemuan tak Diinginkan
214
Season 2 #Jadi Dia Orangnya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!