Peristiwa Pagi Hari

Renjana Kanya

Pagi ini aku memilih mengasingkan diri setelah sarapan bersama Almira, Damar dan Aldo. Mereka masih asyik bercerita ketika aku menyelinap ke teras samping rumah Almira. Aku ingin sejenak melepas sesak. Sebab tak mudah merasa nyaman, jika sejak awal memang tak ingin tinggal.

Hufftt...

Aku menghembuskan napas panjang untuk ke sekian kali. Bayang-bayang masa silam mengganggu pikiran sejak semalam. Belum lagi pesan yang menumpuk di ruang obrolanku dengan orang yang pernah kupanggil mama yang menanyakan kapan aku pulang.

Heh, pulang.

Bagiku kini tak ada yang bisa mewakilkan definisi kata pulang. Sebab pulang bukan lagi perkara melabuhkan penat ketika lelah usai perjalanan. Tak ada lagi istilah pulang yang bisa membuatku tetap tinggal dengan nyaman.

"Nak, awal tahun ini kamu pulang ya. Mama kangen sama kamu."

Pesan terakhir yang dikirim mama sejak tiga hari lalu, hanya kubaca melalui jendela notifikasi tanpa berniat membalasnya. Dia yang memaksaku pergi dari rumah dua tahun lalu sejak setahun kepergian ayah. Dia yang mendorongku pergi atas keputusan yang tak pernah sanggup kuterima dengan lapang dada. Lantas mengapa sekarang memintaku pulang jika hanya menambah luka yang tak pernah bisa kering. Bahkan luka itu sengaja disiram air jeruk nipis setiap kali aku pulang. Bagaimana aku bisa sanggup menerima sayatan baru di atas luka yang lama.

"Hei, pagi-pagi udah ngelamun. Gimana rencana kita hari ini?"

Pertanyaan Aldo membuyarkan lamunanku saat sedang menikmati gemericik air kolam ikan. Sebenarnya aku malas menanggapi pertanyaan lelaki itu. Tapi aku sudah menyanggupi permintaan Mas Hanung untuk mengantar temannya meliput batik tenun khas daerahku. Meski hari ini aku hanya ingin tidur seharian tanpa memedulikan urusan apa pun. Obrolan dengan Almira tadi malam membuat perasaanku semakin kacau setelah terpaksa pulang ke kota ini.

"Aku dulu sempat wawancara dengan beliau. Bagaimana kalau aku bikin janji dulu, Mas? Takutnya beliau sedang keluar kota karena ini momennya pas tahun baru," dalihku menghindari ajakan Aldo.

Aku tak ingin perasaanku semakin berantakan jika memaksakan pergi dengan lelaki itu. Meski begitu aku tetap mengirim pesan kepada seorang kenalan pemilik sekaligus pengrajin tenun batik tulis khas daerahku. Dalam hati aku berharap, wanita itu sedang keluar kota dan memintaku untuk bertemu besok atau lusa.

"Boleh. Oh ya, Nya. Aku beneran nggak apa-apa nih tinggal di rumah temen kamu?"

"Santai aja Mas, rumah segede ini muat kok kalau buat nampung satu orang aja. Lagian di sini lebih nyaman dibanding rumahku."

Lagi-lagi aku berdalih di depan Aldo. Padahal sebenarnya aku hanya tidak ingin lelaki itu tahu kondisi yang terjadi pada rumah yang tak bisa lagi kuanggap sebagai rumah.

"Kenapa, takut aku dikira pacar kamu ya?"

"Nggak gitu juga, Mas. Rumahku terlalu kecil, khawatir Mas Aldo nggak nyaman," bohongku.

Memang rumah peninggalan ayah tak sebesar rumah orang tua Almira, tapi jika untuk menampung satu orang tamu saja bukanlah hal yang sulit. Masih ada dua kamar kosong di lantai dasar yang tidak terpakai. Hanya saja seperti yang kubilang, aku tak ingin Aldo mengetahui apa yang terjadi di tempat yang tak bisa kuanggap sebagai rumah.

"Aku sih nggak masalah tinggal di mana aja. Sekali pun nggak di rumah kamu, aku juga bisa tinggal di hotel."

"Almira sama Damar orangnya santai, Mas. Mumpung orang tua Almira lagi ngurus tambangnya di Kalimantan. Jadi sekalian ngeramein rumah ini biar nggak sepi."

Aldo tersenyum menanggapi pernyataanku. Ia menggeser duduknya ke tepi kolam sambil mengeluarkan kotak rokok dari saku kemeja.

"Sori, aku boleh ngerokok?" izin Aldo sebelum menyulut ujung rokoknya dengan korek api.

Aku hanya mengangguk mengiyakan permohonan Aldo. Kuperhatikan lelaki yang duduk di bebatuan tepi kolam ikan itu. Hari ini ia mengenakan celana jeans dipadu kaus polo warna putih. Melekat serasi di tubuhnya yang kurus dan jangkung. Rambutnya yang hitam lurus melebihi kerah kaus dengan potongan sedikit berponi dibiarkan berantakan. Membuatnya terkesan segar.

Jika diperhatikan ia seperti pemeran utama laki-laki film Korea yang menjadi kontroversi di negara ginseng tahun lalu. Kim Ji-Yeong Born in 1982. Sebenarnya aku sudah membaca novel karya Cho Nam-Joo itu, tapi demi kepentingan halaman review film yang biasanya ditangani Deni - dan kebetulan dia tumbang, jadi akulah yang menggantikannya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah hidupku, aku melihat film Korea. Jika aku tak salah ingat, Gong Yoo atau siapalah itu namanya.

Harusnya dengan penampilannya ditunjang sikap sopan dan perhatian, tak susah membuat perempuan mana pun jatuh cinta pada Aldo. Bahkan kuakui, aku terkesan dengan ketampanan dan sikapnya saat pertama kali bertemu. Namun, obrolan Almira tadi malam kembali mengusik pikiranku.

Apa kamu nggak mau mencoba dengan Aldo? Sepertinya dia tertarik sama kamu.

Tanpa sadar aku tersenyum kecut menertawakan bagaimana mudahnya Almira menilai ketertarikan Aldo kepadaku. Atau mungkin juga sebaliknya. Tanya itu mengetuk tempurung otakku. Apa aku bisa jatuh cinta pada Aldo sementara jauh dalam lubuk hatiku masih ada nama seseorang yang terukir permanen?

Tak kutemukan jawabannya. Nyatanya aku tak bisa semudah itu jatuh cinta. Bukan hanya pada Aldo, melainkan juga pada orang lain yang datang dan pergi silih berganti. Aku sudah mencoba dan aku belum bisa mengizinkan siapa pun mengetuk relung hatiku. Sebab perkara jatuh cinta bukanlah seperti memilih menu makanan yang bisa ditentukan dengan mudah. Bukankah semua ini juga masih terlalu awal? Aku bahkan baru mengenalnya satu hari.

"Hei, ngelamun mulu, Neng. Jangan keseringan, nanti ada yang gantiin jiwa kamu loh. Kan susah, aku belum sempat liputan eh kamunya udah kesurupan."

Lagi-lagi suara Aldo menginterupsi lamunanku. Setidaknya kali ini dia berhasil membuatku tertawa. Tak lagi terpaksa.

"Penunggu rumah Almira udah temenan sama aku sejak kecil, Mas. Jadi udah hafal sama baunya. Mereka nggak mungkin mau ngerasukin aku. Wong aku ndak pernah mandi kalo di sini. Jadi ya nggak jauh bedalah baunya sama mereka," kataku membuat mata sipit Aldo semakin menyipit ketika tertawa.

"Pantes aku bau nggak enak dari tadi. Ternyata kamu belum mandi toh."

"Eh? Nggak gitu juga kali Mas. Sekarang mah beda. Tiap pagi udah rajin mandi."

"Tetap cantik kok," balas Aldo sambil tersenyum. Matanya yang sipit menatapku serius. Sedang aku hanya tertawa menanggapi gombalannya.

"Sori Mas, aku nggak punya uang receh."

"Lah, buat apa uang receh?"

"Tuh buat bayar gombalannya yang udah mainstream," kataku membuat tawa Aldo semakin lebar.

"Bayar pakai senyum juga aku nggak nolak, Neng. Daripada ngeliat wajah sepet kamu pagi-pagi gini."

Giliran aku kini yang tertawa. Mungkin lemparan jokes Aldo sedikit norak, tapi itu berhasil membuat otot-otot bibir dan pipiku mengembang.

"Eh Mas, dapat balasan nih. Katanya beliau masih pameran di Surabaya. Tulat baru bisa ketemu."

"Tulat? Berarti tiga hari lagi dong. Ya udah kalau gitu, kita jalan-jalan aja yuk. Mumpung liburan 'kan. Tunjukin tempat yang baguslah. Kudengar kota ini juga dapat julukan seribu goa. Nggak pengen nunjukin aku?"

"Ya udah deh, yuk. Kasihan juga nanti kalau sampai Mas Aldo ditumbuhi jamur," ucapku setelah berpikir apa salahnya menyenangkan tamu yang datang berkunjung. Lelaki itu tersenyum lebar. Ia mematikan rokoknya yang masih separuh di atas asbak.

"Alhamdulillah, nggak jadi makan tongseng jamur malam ini." Aku tertawa lepas saat menyadari jika Aldo memahami jokes yang kulemparkan kepadanya. "Gih, siap-siap. Tadi Damar udah kasih kunci kalau misal kita butuh pergi ke mana-mana."

"Lah, mereka emang pada ke mana?" tanyaku mendadak linglung menanggapi kalimat Aldo.

"Damar nggak dapat jatah cuti tahun baru. Almira udah berangkat ke butiknya. Kamu tadi nggak ada respon waktu mereka pamit."

"Eh?"

"Kamu nggak sadar ya udah berapa lama ngelamun di tepi kolam gini?"

Aku menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Aldo. Lelaki itu bukannya menjawab justru berjalan ke arahku dan mengacak-acak rambutku.

"Besok lagi kalau ngelamun pakai timer ya, biar tahu berapa lama waktu yang kamu perlukan buat bengong," kata Aldo masih tak menyembunyikan senyum di wajahnya. Ia berjalan ke arah kamar tamu tanpa peduli jika aku benar-benar bingung dengan perlakuannya barusan. "Udah jam 10 sekarang, Nya. Kamu ngelamun tadi hampir dua jam."

Teriakan Aldo membuatku tercengang. Apa mungkin selama itu? Rasanya baru lima menit aku memikirkan tentang pulang. Heh, bahkan memikirkannya pun membutuhkan banyak waktu yang terbuang.

Terpopuler

Comments

💕febhy ajah💕

💕febhy ajah💕

apa mngkin bpak sambung kanya bapaknya orng yg disukai kanya atau pacar kanya 🤔🤔🤔jdi kanya memilih mundur krna ingin mamanya bahagia. aduhhhh penasaran deh gue tp dari part sebelumnya kanya terluka bnget dgn keadaan pada saat itu

2022-12-28

0

𝑀𝒶𝓎𝑀𝑜𝓊

𝑀𝒶𝓎𝑀𝑜𝓊

pacitan...🤗🤗🤗🤗🤗

2021-10-07

0

Luscha Wati

Luscha Wati

ya ceritanya bagus koq semangat ya thor💪💪💪

2021-09-03

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Sebuah Masalah
2 Teman Seperjalanan
3 Luka
4 Peristiwa Pagi Hari
5 Niat Terselubung
6 Skenario Almira
7 Reuni
8 Curhatan Tengah Malam
9 LDR
10 Kami Terlalu Naif Menganggap Masa Depan dalam Genggaman
11 Semesta Lebih Tahu Bagaimana Caranya Bekerja
12 Rencana-rencana Aldo
13 Beautiful of Lokcan
14 Siapa Kamu?
15 Pandangan Pertama
16 Hei, Kanya
17 Dia dan Keributan dalam Kepala serta Hatinya
18 Apakah Dia Dunia dalam Kepalamu?
19 Me? Salam Kenal Aku Alcatraz
20 Jika itu Bukan Kamu
21 Awal Keretakan (I)
22 Awal Keretakan (II)
23 Give Me a Chance
24 Rindu Jakarta
25 Halo, Ayah
26 Masalah Akan Selalu Datang dan Pergi Selama Kita Bernapas
27 Cemburu
28 Makan Malam
29 Menemukan Kehangatan
30 Keisengan Hanung
31 Berbagi Canda
32 Apa yang Harus Kulakukan Agar Dia Memaafkanku?
33 Cerita Setiap Kenangan
34 Kesepakatan
35 Sepotong Sandwich
36 Tatapan Kecewa
37 Tentang Araz
38 Putri Hujan dan Ksatria
39 Have a Nice Dream, Kanya
40 Good Morning, Kanya
41 He's Come Back
42 Nada Sumbang
43 Gelisah
44 Amarah
45 Dia, di Sini
46 Boleh Aku Merasakan Dekapmu Lebih Lama?
47 Menerka-nerka
48 Mengumpulkan Kepingan Puzzle
49 Jejakmu Pun Terhapus Hujan
50 Ya, Semesta Selalu Tahu Kapan Harus Bekerja
51 Waktu Paling Tepat Melupakan Kenangan
52 Mengejar Bayangan
53 Sebuah Nama, Sebuah Rasa
54 Jika Memang Cinta Lantas Mau Apa?
55 Halusinasi
56 Hanya Perlu Jujur Jika Aku Suka Kamu
57 Mengungkapkan yang Terpendam
58 Memungut Kenangan
59 Rahasia
60 Dia Bukan Hanya Penjara, Melainkan Juga Matematika dan Bahasa
61 Harga Sebuah Rasa
62 Terima Kasih untuk Semua Kenangan
63 Selamat Jalan, Kawan
64 Semua Cerita Tentang Arez
65 Semua Cerita Tentang Arez II
66 Keputusan Arez
67 Deal?!
68 Dia, Kanya
69 Setelah Hari Esok
70 Resmi, Pacaran?
71 Apa Jatuh Cinta Semanis ini?
72 Ajakan
73 Berdebar
74 Sisi Lain
75 Panggilan
76 Ikatan yang Rumit
77 Dia Perempuanku
78 Yang Ada dalam Benakku
79 Dia yang Menggemaskan Ketika Sedang Cemburu
80 Hal yang Membuatku Marah
81 Perempuan yang Pernah Membuatnya Jatuh Cinta
82 Dia Berhak Lebih Bahagia
83 Yang Terbaik untuk Kamu
84 Ternyata Dia Juga Bisa Cemburu
85 Obrolan di Beranda
86 Keputusan Sepihak
87 Pulanglah Dia Si Anak Hilang*
88 Perempuan dari Luka
89 Sebagian Cerita Tentang Luka
90 Tempat Bersandar
91 Dia yang Sesungguhnya tidak Setegar Karang
92 Peluk dari Jauh
93 Yang tidak Beraturan
94 Arti Sahabat
95 Penantian
96 Menerima Maaf
97 Ambang Batas
98 Membaca Kanya
99 Bersandarlah, Aku Rumah Bagimu
100 Berbahagialah, Besok Pasti Akan Jadi Lebih Baik
101 Tersenyumlah, Sampai Matahari Iri Melihatmu
102 Yang tak Mudah Merelakan
103 Yang tak Sengaja Bertemu dan Terlupakan
104 Hello, Lil Sis
105 Sekali Saja
106 My Guardian Angel
107 Back the Real World, Kanya
108 Yang tak Terlupakan Bukan Berarti Harus Tetap Tinggal
109 Selamat Jalan, Selamat Bertemu Lagi
110 Yang Pergi untuk Kembali
111 Yang tidak Seperti Biasanya
112 Yang Berbagi Keluh
113 Apa Kabar? Aku Rindu
114 Ma, Kanya Kangen
115 I Love You, Mom
116 Mungkinkah ini Hanya Perasaanku?
117 Obrolan Tentang Merelakan
118 Atas Nama Permohonan
119 Keputusan
120 Sahabat Lama
121 Dia yang Bisa Tersipu Malu
122 Cahaya yang Berpendar
123 Untukmu yang Sedang Merindu
124 Yang Aku Butuhkan
125 Selamat Malam Kekasih
126 Hingga Tengah Malam
127 Pulang ke Kotamu
128 Yang Lama tidak Bertemu
129 Bersamamu Kutemukan Duniaku
130 Selamat Datang, Kamu
131 Teman Baru
132 Dia yang Belum Bisa Merelakan
133 Menuntaskan Rindu
134 Cukup Melihatnya Tersenyum
135 Yang Merusak Mood
136 Hanya Perlu Merelakan Bukan?
137 Menyerah
138 Ma, Dia Alcatraz
139 Kenang Sebagai Rindu Saja
140 Sehangat Mentari Pagi
141 Welcome Home
142 Semua yang Terencana
143 Pulanglah Bersamaku
144 Merencanakan Pulang
145 Akhir Perjalanan
146 Pengumuman
147 Extra Part ( Renjana Kanya )
148 Lanjut Season Dua
149 Season 2 #Kembali ke Rutinitas
150 Season 2 #Bagaimana Harimu, Kanya?
151 Season 2 #Suasana Malam
152 Season 2 #Gosip
153 Seasons 2 #Pikiran-pikiran Araz
154 Season 2 #Amarah
155 Season 2 #Yang Ingin Dia Dengarkan
156 Season 2 #Selamat Datang, Bandung
157 Season 2 #Makan Malam
158 Season 2 #Tali Jiwa
159 Season 2 #Menjadi Lebih Akrab
160 Season 2 #Cassandra
161 Season 2 #Obrolan Sang Ratu
162 Season 2 #Percakapan Ayah dan Anak
163 Season 2 #Calon Istri yang Sudah Dipersiapkan
164 Season 2 #Perempuan yang Terpilih
165 Season 2# Apa Kabar, Aksa?
166 Season 2 #Dia yang Menangis dalam Pelukan Perempuannya
167 Season 2 #Adakah Perasaan itu Tersembunyi di Suatu Tempat?
168 Terpaksa Harus Bilang
169 Giveaway Time
170 Giveaway
171 Season 2 #Kotak Pandora
172 Season 2 #Perasaan Aksa yang Tertinggal
173 Season 2 #Merelakan yang Telah Pergi
174 Season 2 #Memeluk Mimpi Aksa
175 Season 2 #Kejutan untuk Araz
176 Season 2 #Buang Sedihmu
177 Season 2 #Candaan Pagi Hari
178 Season 2 #Keributan yang Menggemparkan
179 Season 2 #Apa yang Kau Lakukan di Sini?
180 Season 2 #Pandangan yang Berbeda
181 Season 2 #Oleh-oleh
182 Season 2 #Ajakan Makan Siang
183 Season 2 #Kecurigaan Destia
184 Season 2 #Makan Siang Penuh Drama
185 Season 2 #Makan Siang Penuh Drama II
186 Season 2 #Makan Siang Penuh Drama III
187 Season 2 #Dia yang Tersipu Malu
188 Season 2 #Dering Telepon
189 Season 2 #Panggilan tak Terduga
190 Season 2 #Wajah yang Suram
191 Season 2 #Merasa Lebih Baik
192 Season 2 #Orang-orang yang Cemburu
193 Season 2 #Pelajaran Bagi Para Perusuh
194 Season 2 #Tertunduk Lesu
195 Season 2 #Oleh-oleh Buat Calon Mantu
196 Season 2 #Pesona Sang Kekasih
197 Season 2 #Pesona Sang Kekasih II
198 Season 2 #Suasana Canggung
199 Season 2 #Tak Bisa Menghindar
200 Season 2 #Aksi Balas Dendam
201 Season 2 #Kompak
202 Season 2 #Tamu tak Diundang
203 Season 2 #Tak Sanggup Jika Tanpanmu
204 Season 2 #Ancaman
205 Season 2 #Janji Masa Lalu
206 Season 2 #Jangan Jadikan Alasan
207 Season 2 #Apa Kau Sudah Gila?!
208 Season 2 #Apa Rencanamu Sekarang?
209 Season 2 #Home Sweet Home
210 Season 2 #Ikut Aku Pulang
211 Season 2 #Flight
212 Season 2 #Let's Go
213 Season 2 #Pertemuan tak Diinginkan
214 Season 2 #Jadi Dia Orangnya?
Episodes

Updated 214 Episodes

1
Awal Sebuah Masalah
2
Teman Seperjalanan
3
Luka
4
Peristiwa Pagi Hari
5
Niat Terselubung
6
Skenario Almira
7
Reuni
8
Curhatan Tengah Malam
9
LDR
10
Kami Terlalu Naif Menganggap Masa Depan dalam Genggaman
11
Semesta Lebih Tahu Bagaimana Caranya Bekerja
12
Rencana-rencana Aldo
13
Beautiful of Lokcan
14
Siapa Kamu?
15
Pandangan Pertama
16
Hei, Kanya
17
Dia dan Keributan dalam Kepala serta Hatinya
18
Apakah Dia Dunia dalam Kepalamu?
19
Me? Salam Kenal Aku Alcatraz
20
Jika itu Bukan Kamu
21
Awal Keretakan (I)
22
Awal Keretakan (II)
23
Give Me a Chance
24
Rindu Jakarta
25
Halo, Ayah
26
Masalah Akan Selalu Datang dan Pergi Selama Kita Bernapas
27
Cemburu
28
Makan Malam
29
Menemukan Kehangatan
30
Keisengan Hanung
31
Berbagi Canda
32
Apa yang Harus Kulakukan Agar Dia Memaafkanku?
33
Cerita Setiap Kenangan
34
Kesepakatan
35
Sepotong Sandwich
36
Tatapan Kecewa
37
Tentang Araz
38
Putri Hujan dan Ksatria
39
Have a Nice Dream, Kanya
40
Good Morning, Kanya
41
He's Come Back
42
Nada Sumbang
43
Gelisah
44
Amarah
45
Dia, di Sini
46
Boleh Aku Merasakan Dekapmu Lebih Lama?
47
Menerka-nerka
48
Mengumpulkan Kepingan Puzzle
49
Jejakmu Pun Terhapus Hujan
50
Ya, Semesta Selalu Tahu Kapan Harus Bekerja
51
Waktu Paling Tepat Melupakan Kenangan
52
Mengejar Bayangan
53
Sebuah Nama, Sebuah Rasa
54
Jika Memang Cinta Lantas Mau Apa?
55
Halusinasi
56
Hanya Perlu Jujur Jika Aku Suka Kamu
57
Mengungkapkan yang Terpendam
58
Memungut Kenangan
59
Rahasia
60
Dia Bukan Hanya Penjara, Melainkan Juga Matematika dan Bahasa
61
Harga Sebuah Rasa
62
Terima Kasih untuk Semua Kenangan
63
Selamat Jalan, Kawan
64
Semua Cerita Tentang Arez
65
Semua Cerita Tentang Arez II
66
Keputusan Arez
67
Deal?!
68
Dia, Kanya
69
Setelah Hari Esok
70
Resmi, Pacaran?
71
Apa Jatuh Cinta Semanis ini?
72
Ajakan
73
Berdebar
74
Sisi Lain
75
Panggilan
76
Ikatan yang Rumit
77
Dia Perempuanku
78
Yang Ada dalam Benakku
79
Dia yang Menggemaskan Ketika Sedang Cemburu
80
Hal yang Membuatku Marah
81
Perempuan yang Pernah Membuatnya Jatuh Cinta
82
Dia Berhak Lebih Bahagia
83
Yang Terbaik untuk Kamu
84
Ternyata Dia Juga Bisa Cemburu
85
Obrolan di Beranda
86
Keputusan Sepihak
87
Pulanglah Dia Si Anak Hilang*
88
Perempuan dari Luka
89
Sebagian Cerita Tentang Luka
90
Tempat Bersandar
91
Dia yang Sesungguhnya tidak Setegar Karang
92
Peluk dari Jauh
93
Yang tidak Beraturan
94
Arti Sahabat
95
Penantian
96
Menerima Maaf
97
Ambang Batas
98
Membaca Kanya
99
Bersandarlah, Aku Rumah Bagimu
100
Berbahagialah, Besok Pasti Akan Jadi Lebih Baik
101
Tersenyumlah, Sampai Matahari Iri Melihatmu
102
Yang tak Mudah Merelakan
103
Yang tak Sengaja Bertemu dan Terlupakan
104
Hello, Lil Sis
105
Sekali Saja
106
My Guardian Angel
107
Back the Real World, Kanya
108
Yang tak Terlupakan Bukan Berarti Harus Tetap Tinggal
109
Selamat Jalan, Selamat Bertemu Lagi
110
Yang Pergi untuk Kembali
111
Yang tidak Seperti Biasanya
112
Yang Berbagi Keluh
113
Apa Kabar? Aku Rindu
114
Ma, Kanya Kangen
115
I Love You, Mom
116
Mungkinkah ini Hanya Perasaanku?
117
Obrolan Tentang Merelakan
118
Atas Nama Permohonan
119
Keputusan
120
Sahabat Lama
121
Dia yang Bisa Tersipu Malu
122
Cahaya yang Berpendar
123
Untukmu yang Sedang Merindu
124
Yang Aku Butuhkan
125
Selamat Malam Kekasih
126
Hingga Tengah Malam
127
Pulang ke Kotamu
128
Yang Lama tidak Bertemu
129
Bersamamu Kutemukan Duniaku
130
Selamat Datang, Kamu
131
Teman Baru
132
Dia yang Belum Bisa Merelakan
133
Menuntaskan Rindu
134
Cukup Melihatnya Tersenyum
135
Yang Merusak Mood
136
Hanya Perlu Merelakan Bukan?
137
Menyerah
138
Ma, Dia Alcatraz
139
Kenang Sebagai Rindu Saja
140
Sehangat Mentari Pagi
141
Welcome Home
142
Semua yang Terencana
143
Pulanglah Bersamaku
144
Merencanakan Pulang
145
Akhir Perjalanan
146
Pengumuman
147
Extra Part ( Renjana Kanya )
148
Lanjut Season Dua
149
Season 2 #Kembali ke Rutinitas
150
Season 2 #Bagaimana Harimu, Kanya?
151
Season 2 #Suasana Malam
152
Season 2 #Gosip
153
Seasons 2 #Pikiran-pikiran Araz
154
Season 2 #Amarah
155
Season 2 #Yang Ingin Dia Dengarkan
156
Season 2 #Selamat Datang, Bandung
157
Season 2 #Makan Malam
158
Season 2 #Tali Jiwa
159
Season 2 #Menjadi Lebih Akrab
160
Season 2 #Cassandra
161
Season 2 #Obrolan Sang Ratu
162
Season 2 #Percakapan Ayah dan Anak
163
Season 2 #Calon Istri yang Sudah Dipersiapkan
164
Season 2 #Perempuan yang Terpilih
165
Season 2# Apa Kabar, Aksa?
166
Season 2 #Dia yang Menangis dalam Pelukan Perempuannya
167
Season 2 #Adakah Perasaan itu Tersembunyi di Suatu Tempat?
168
Terpaksa Harus Bilang
169
Giveaway Time
170
Giveaway
171
Season 2 #Kotak Pandora
172
Season 2 #Perasaan Aksa yang Tertinggal
173
Season 2 #Merelakan yang Telah Pergi
174
Season 2 #Memeluk Mimpi Aksa
175
Season 2 #Kejutan untuk Araz
176
Season 2 #Buang Sedihmu
177
Season 2 #Candaan Pagi Hari
178
Season 2 #Keributan yang Menggemparkan
179
Season 2 #Apa yang Kau Lakukan di Sini?
180
Season 2 #Pandangan yang Berbeda
181
Season 2 #Oleh-oleh
182
Season 2 #Ajakan Makan Siang
183
Season 2 #Kecurigaan Destia
184
Season 2 #Makan Siang Penuh Drama
185
Season 2 #Makan Siang Penuh Drama II
186
Season 2 #Makan Siang Penuh Drama III
187
Season 2 #Dia yang Tersipu Malu
188
Season 2 #Dering Telepon
189
Season 2 #Panggilan tak Terduga
190
Season 2 #Wajah yang Suram
191
Season 2 #Merasa Lebih Baik
192
Season 2 #Orang-orang yang Cemburu
193
Season 2 #Pelajaran Bagi Para Perusuh
194
Season 2 #Tertunduk Lesu
195
Season 2 #Oleh-oleh Buat Calon Mantu
196
Season 2 #Pesona Sang Kekasih
197
Season 2 #Pesona Sang Kekasih II
198
Season 2 #Suasana Canggung
199
Season 2 #Tak Bisa Menghindar
200
Season 2 #Aksi Balas Dendam
201
Season 2 #Kompak
202
Season 2 #Tamu tak Diundang
203
Season 2 #Tak Sanggup Jika Tanpanmu
204
Season 2 #Ancaman
205
Season 2 #Janji Masa Lalu
206
Season 2 #Jangan Jadikan Alasan
207
Season 2 #Apa Kau Sudah Gila?!
208
Season 2 #Apa Rencanamu Sekarang?
209
Season 2 #Home Sweet Home
210
Season 2 #Ikut Aku Pulang
211
Season 2 #Flight
212
Season 2 #Let's Go
213
Season 2 #Pertemuan tak Diinginkan
214
Season 2 #Jadi Dia Orangnya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!