Part 18

Subuh belum datang tapi Kila sudah berada di ruang sholat, bertahajud kepada Allah, entah sudah berapa rakaat, dengan tangan menengadah Kila melafalkan Do'a keselamatan untuk suaminya, yang pagi ini akan pergi ke negri orang.

Setelah, selesai dengan munazatnya kila pun kembali kekamarnya, Tampak Rico sudah bangun dan tengah bersiap-siap untuk mandi.

"Biar aku siapin mas" ujar Kila seraya masuk kekamar mandi, Rico tak menyahut dia mengikuti langkah Kila masuk kekamar mandi.

"Kau tidak sekalian mandi sayang" ujar Rico.

"Sudah tadi mas" sahut Kila.

"Sudah mas, aku keluar dulu ya" ujar Kila berlalu dari kamar mandi, kemudian menyiapkan baju untuk di pakai suaminya.

Rico keluar dari kamar mandi menuju ruang ganti, memakai baju yang sudah di siapkan oleh istrinya untuk di pakainya. sementara Kila menunggunya di tepi ranjang.

"Sayang, sebaiknya kau di rumah saja, tidak usah mengantarku kebandara" ujar Rico seraya menatap lembut wajah cantik istrinya.

Kila hanya diam tak mengiyakan perintah Rico, dia hanya menatap lekat wajah tampan yang sedang menatapnya.

"Masih terlalu pagi untuk keluar rumah sayang" ujar Rico menambahkan kalimat nya tadi yang tak mendapat respon dari Kila.

"Iya baiklah kalau itu yang mas mau" ujar Kila pasrah.

"Kemari" Rico meraih tubuh mungil Kila, memeluknya erat, belayan lembut dia berikan di rambut panjang Kila.

"Setelah sampai aku akan menelpon mu, jadi jangan khawatir ya" ujarnya seraya mengecup lembut kening istrinya, Kila menangguk patuh.

"Pergilah mengajar lagi, agar sayang tidak kesepian, biarkan Nana ikut dengan sayang"

Mendengar itu, Kila begitu gembira sudah terbayang olehnya wajah anak didiknya di pelupuk matanya, kabar ini sedikit melupakan kesedihan hatinya di tinggal suaminya ke paris.

"Terimakasih mas" ujarnya Menatap lembut suaminya dengan menengadah, melihat itu membuat Rico mengecup bibir Kila lembut, ********** perlahan seakan tak ingin melewatkan momen yang akan dia rindukan selama berada di paris.

Rico melepas ciumannya perlahan, lalu memberi kecupan hangat di kening Kila.

"Ayo, nanti aku terlambat" ujarnya, seraya mengelayutkan tangannya di pinggang mungil Kila, membawanya keluar kamar.

Rico kembali memberi kecupan hangat di kening Kila, menatap intens wajah yang terlihat jelas gurat kesedihan di wajahnya.

"Aku pergi sayang" ujarnya

"Iya mas, hati-hati di sana jangan macem-macem" pesan Kila pada suaminya.

"Tentu sayang, sudah aku pergi ya" ujar Rico, kembali mengecup lembut kening Kila lalu beranjak menuju mobil yang sudah terparkir di halaman menunggunya. Kila menatap kepergian suaminya hingga tak terlihat.

Kila yang mendapat izin kembali mengajar di pesantren, segara menghubungi Umi Rukayah, tentu saja hal ini di sambut suka cita oleh Umi.

walau banyak orang paham Agama tapi tidak semua mampu melakukan seperti yang di lakukan Kila, mengabdi tanpa bayaran, menyampaikan ilmu yang dia miliki bagi anak kurang mampu di lingkungan Pesantren.

Kila tak menunggu lama hari itu juga dia menemui Umi Rukaya, sementara Umi sudah menyuruh orang untuk memberi tahu murid Kila untuk datang setelah juhur.

Umi Rukaya menyambut Kila, di sana sudah terlihat beberapa muridnya dulu ikut serta menyambut kedatangan nya.

"Assalamualaikum Umi" ucap Kila seraya mencium tangan umi lalu memeluknya erat.

"Wa'waalaikumsalam, bagaimana kabarmu sayang," sambut umi membalas pelukan Kila.

"Alhamdulillah baik Umi"

"Syukurlah sayang, Oh iya, ini muridmu sudah begitu antusias menyambut kedatangan Umi mereka" ujar Umi.

Kila beralih pada sosok yang sejak tadi menatapnya dengan mata berbinar, anak-anak yang jadi murid Kila.

"Hai, anak umi, gimana kabar kalian sehat-sehat semuanya kan" sapa Kila dengan senyum ramahnya.

"Alhamdulillah sehat Umi" jawab mereka serempak.

"Siapa yang masih punya alat tulis dan buku bacaan Iqro" tanya Kila lagi,

Sedikit terdengar kegaduhan, ada yang masih punya iqro tapi alat tulisnya sudah hilang, bahkan ada yang tidak punya dua-duanya, semuanya hilang.

"Baiklah kalau begitu, ayo bersiap kita akan ke toko buku guna membeli kebutuhan belajar kalian yang sudah hilang" ujar Kila yang di sambut sorak sorai anak anak.

"Umi, Aku pergi dulu ya membawa mereka ke toko buku" pamit Kila pada Umi Rukayah.

"Iya sayang, hati-hati"

"Iya mi."

Kila yang datang dengan di kawal Nana dan dua orang lainya yang menunggu mereka di luar gerbang pesantren. Kila sengaja meminta Nana membawa 2 mobil guna membawa muridnya berbelanja ke toko buku.

Mereka duduk berdesakan, sebab lebih banyak anak dari jumlah kursi mobil, tapi itu tak membuat keceriaan mereka hilang, masing masing memasang wajah riang walau harus berhimpitan di dalam mobil.

"Ayo turun" perintah Kila saat sudah sampai di sebuah Toko Buku yang lumayan besar.

Anak-anak pun segera turun dari mobil berdiri mengelilingi Kila yang menunggu mereka.

"Kalian boleh ambil kebutuhan belajar kalian, seperti buku, dan Iqro, setelah kalian selesai temui Umi di meja kasir, bagai mana paham" Kila memberi pengarahan pada anak -anak didiknya, mereka serempak mengangguk paham.

Dengan di iringi Kila dan Nana mereka masuk ke Toko Buku, mulai memilih kebutuhan apa yang mereka butuhkan untuk belajar, masing masing sudah menenteng belanjaan berupa alat tulis dan buku, mereka pun menemui Kila yang menunggu di sebelah meja kasir.

Satu persatu anak maju memberikan belanjaan guna di bayar oleh Kila, setelah selesai mereka pun kembali berkumpul di samping Kila.

"Yakin sudah tidak ada yang tertinggal lagi, yang harus di beli" tanya Kila dengan wajah ramahnya.

"Gak ada Umi, sudah semua" jawab mereka serempak.

"Baiklah kalau begitu kita kembali kepesantren" ujar Kila seraya beranjak keluar dari Toko buku, yang diikuti oleh anak didiknya.

Kila tak langsung pulang dia berhenti di depan penjual ice cream yang ada di samping Toko buku, lalu memesan ice cream sesuai dengan selera anak didiknya.

Dengan wajah gembira mereka menyantap ice cream traktiran gurunya itu. Kila tak mau ketinggalan dia juga memasan untuk dirinya dan Juga Nana.

Sementara beberapa pasang mata tak jauh dari Kila tengah mengawasi gerak gerik Kila.

"Wanita berkerudung itu, istrinya Erico,?" tanyanya salah seorang dari mereka.

"Iya bos"

"Wanita malang" ujar nya dengan seringai penuh arti.

"Apa yang kita lakukan terhadapnya bos"

"Oooo, tidak untuk saat ini, biarkan Erico menikmati kebahagiaannya , tidak usah terburu-buru, pantau saja dia berilaporannya padaku,"

"Baik bos"

"Ayo pergi"

"Baik bos" jawabnya seraya meninggalkan tempat itu.

Sementara Kila tak menyadari seseorang tengah mengintainya, Kila membawa kembali muridnya pulang kepesantren.

Hari ini anak-anak belum mulai belajar, besok Kila baru akan memulai mengajar seperti biasa, anak anak di perbolehkan pulang membawa yang mereka beli tadi.

Kila duduk di sofa di depan Umi Rukayah di ruangan pribadinya.

"Bagaimana kamu meyakinkan suamimu agar boleh mengajar lagi di sini Kila" tanya Umi yang memang merasa tak percaya kalau Kila di perbolehkan mengajar lagi.

"saya hanya meminta, dan dia mengijinkan Umi, gak tau ada angin apa yang membuka hatinya" ujar Kila dengan senyum.

"Allah yang membuka hati suamimu," ujar umi

"Umi benar dialah sang pemilik hati " ujar Kila menimpali.

"Jadi mulai besok kamu mulai mengajar seperti biasa Syakila"

"Insya allah iya umi"

"Anak anak seperti mereka kalau bukan kita yang peduli siapa lagi, Umi bangga pada mu Kila, mengingat latar belakang keluargamu, tapi kamu mampu berpikir sejau itu, Umi benar benar bangga" ujar Umi menatap Kila penuh rasa kagum, umi benar latar belakang keluarga bukanlah orang yang panatil Agama, bahkan Kila terkesan menempuh jalur yang sangat berbeda dari keluarganya.

"Baiklah Umi saya permisi dulu"

"Iya sayang hati-hati ya" ujar Umi seraya memeluk Kila.

Kila dan orangnya pun beranjak pulang meninggalkan pesantren, menuju kerumah.

Kila ingin cepat pulang tak sabar menunggu kabar dari suaminya, perjalanan yang memakan waktu cukup panjang belum lagi perbedaan waktu di kedua negara membuat Kila harus sabar menunggu kabar dari Suaminya.

Sudah hampir delapan belas jam dari keberangkatan Rico ke paris, tapi Kila masih belum menerima kabar dari suaminya.

Sudah pukul Sepuluh malam, Kila sudah mulai terlihat gelisah di kamarnya, pikiranya tak tenang, berkali-kali matanya menatap layar handphone berharap panggilan masuk dari suaminya.

Lelah menunggu Kila pun berbaring di tempat tidur seraya memeluk handphone nya.

setelah menunggu sekian lama pangilan video dari Rico masuk juga di handphone nya.

Wajah Tampan suaminya tampak memenuhi layar handphone nya, wajahnya terlihat kusut, gurat lelah terlihat jelas di wajahnya.

"Pagi sayang" Sapa Rico dengan senyum lelahnya.

"Kok pagi mas"

"Iya sayang di sini masih jam empat pagi" ujar Rico menjelaskan.

"Wajahmu terlihat lelah sekali mas" ujar Kila.seraya menatap setiap lekuk di wajah suaminya melalui handphone.

"Tapi wajahmu terlihat begitu cantik sayang" ujar Rico terdengar merayu Kila.

"Istrimu ini memang cantik mas" sahut Kila penuh percaya diri, Rico tergelak mendenar kalimat Kila. tawa yang jarang terlihat di wajah suaminya.

"Tadi sudah mulai mengajar sayang"

"Belum mas"

"Lho kenapa?."

"Tadi aku membawa mereka ke toko buku guna membeli kebutuhan belajar, buku mereka dah pada hilang mas" jelas Kila.

Rico menatap Kila dengan senyum mengembang, wanita yang berhati malaikat batin Rico, memberi penilaian pada istrinya.

"Trus kapan sayang mulai mengajar"

"Besok mas, mereka sudah tak sabar ingin kembali mengaji" Kila terlihat begitu antusias ada rona bahagia terpancar dari raut wajahnya, itu yang membuat Rico mengizinkannya kembali mengajar.

"Bagus lah sayang, aku senang mendenarnya" ujar Rico dengan wajah kuyunya menahan kantuk.

"Mas, istrahatlah, nanti kita sambung lagi" ujar Kila yang bisa melihat kantuk mengelayuti matanya.

Rico menatap wajah cantik istrinya, tampak kila kembali menganguk seraya tersenyum.

"Maaf ya sayang" ujarnya dengan menghela nafas panjang.

"Gak apa mas istirahatlah"

"Cium dulu" bisik Rico sedikit genit.

Kila pun menuruti kemauan suaminya memberi kecupan hangatnya melalui udara.

"Lagi.." ujar Rico masih menatap wajah istrinya di layar handphone miliknya. kila kembali mengulangi ciumannya di udara, senyum manis mengembang di bibir Rico.

"Makasih sayang, Assalamualaikum" ujarnya lalu mengakhiri panggilan video nya.

"Wa'waalaikumsalam" balas kila pelan karena pangilan sudah terputus, Kila ternyum bahagia, walau hanya salam tapi rasa haru menyelimuti hatinya, ini salam pertama yang dia dengar terlontar dari seorang Erico.

"Selamat istrahat suamiku" bisiknya lagi dengan hati berbunga.

.

.

Happy reading 💞

Jangan lupa like and vote ya sayang untuk mendukung karya ini🙏🙏🙏🥰

Terpopuler

Comments

Rinjani

Rinjani

Yes ahkirnya Rico mau ngucapkan salam.semoga cepat pulang📞🥰🌹❤📢📢😂🤣🤪👍

2022-07-13

0

Risa Istifa

Risa Istifa

😍

2022-01-05

1

Tutun Imam

Tutun Imam

mudah mudahan awal yang baik

2021-07-12

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!