Shinta membelai setiap inch wajah Syifa dengan lembut, ia memeluk erat tubuh gadis itu dan menangis sejadi jadinya, menggenggam dan menciumin tangan mungil gadis tersebut.
"Karenaku gadis kecil yang tak bersalah ini meninggal, aku emang pembawa sial hiks...."
"Aku mohon Tuhan jangan kau ambil dia dariku" gumamnya dalam hati menangis terus dan memeluk erat Syifa dengan penuh kasih sayang,mencium pucuk kepala gadis tersebut.
"Kau harus baik baik saja, aku mohon bangun dan bertahanlah. Mereka bukan Tuhan yang bisa memutuskan kehidupanmu. Buktikan kepada mereka bahwa kau gadis kecil namun kau kuat, tidak lemah seperti yang mereka katakan. aku mohon bangunlah hiks...hikss" Shinta terus berkata di telinga Syifa dengan menangis senggugukkan. Rasanya dia tidak rela jika harus kehilangan malaikat kecil yang baru beberapa hari ini dia kenal. Ada langkah kaki yang masuk kedalam ruangan yaitu Revan,kedua orang tuanya bersama dokter dan para perawat. Mata Revan memerah pandangannya kosong, tak berekspresi sedikitpun. Ibu dan Ayah Revan menangis histeris melihat cucu mereka yang sudah tiada. Sesekali Revan menghapus air matanya, padangannya selalu saja tertuju kepada Puteri nya.
"Kami akan segera melepas alat bantu pernafasan dan segera memindahkan Syifa keruangan mayat" Ucap dokter tersebut. Revan membuang nafasnya dengan berat, walau dia sangat tidak ingin kehilangan anaknya namun tak ada pilihan selain mengikhlaskan kepergian anaknya". Dokter dan para perawat mendekati tubuh Syifa yang sedang berbaring, Shinta semakin histeris dan menggelengkan kedua kepalanya.
"Aku..aku mohon dokter jangan lakukan ini, jangan perlakukan anak kecil ini semau kalian! menjauhkan!" Shinta berteriak histeris sambil menangis, memeluk gadis itu dengan kuat, tangannya menjauhi para dokter dan perawat yang ingin melepaskan alat bantu pernafasan untuk Syifa.
"Ayo bangun lah bangun!! Kau tunjukkan pada mereka sayang bahwa kau kuat hikss" menggoncang goncang kan tubuh Syifa dengan kuat agar gadis itu bangun namun usahan sia sia, tak ada pergerakan dari tubuh Syifa.
"Sudahlah! jauhin anakku dia sudah tiada" Menarik tangan Shinta dengan paksa agar menjauhi tubuh anaknya.
"Apa kau sudah gila! anakmu masih hidup, jangan biarkan mereka memperlakukan anakmu seperti ini. Mereka bukan Tuhan!!" Teriak Shinta dengan sangat histeris, tak sedikit air mata yang keluar dari sudut matanya.
"Dia anakku bukan anakmu! jadi jangan mengajarkan ku hal apa yang harus dan tidak aku lakukan!" Ucapnya geram. Shinta tak memperdulikan Revan dia berlari mendekati tubuh Syifa dan mendorong perawat yang ingin melepaskan alat bantu pernafasan untuk Syifa. ia menggenggam tangan gadis kecil tersebut dan menangis di telinga gadis itu. Ia ikut membaringkan tubuhnya di atas kasur yang saat ini di tempati Syifa dia membelai rambut Syifa dan memeluknya dengan erat. Revan berkali kali memaki dan menyuruh Shinta keluar dari ruangan itu tetapi Shinta tak memperdulikkannya.
"Kau ingin aku menjadi ibumu bukan? ayo bangunlah sayang, aku berjanji akan menjadi mama mu dan aku akan memberikan apapun yang kau inginkan, tunjukkan pada mereka bahwa kau itu gadis yang kuat. Anak mama kuat dan mama tidak gila"
"Apa kau tega meninggalkan mamamu ini sendirian dan mereka akan menyalahkan ku dan mengatakan aku wanita gila yang tidak tau diri?" Begitu banyak kata yang dibisikkan Shinta di telinga Syifa sambil terus memeluk dan mengelus rambut gadis kecil itu, Shinta terus saja menangis dan penuh harap agar Syifa terbangun.
"Jika kau pergi meninggalkan ku, aku takkan memaafkan diriku sendiri sayang, bangunlah aku ini mamamu bukan?" Walau tak ada reaksi dari tubuh Syifa dan Revan sudah mencaci makinya di belakang dia tak perduli, dia tetap berbaring dan memeluk Syifa dengan erat. Suasana di ruangan itu sangat mencengkram. Semua yang ada di ruangan itu menangis menyaksikan kedua wanita tersebut di atas ranjang tempat tidur.
Shinta merasakan jemari Syifa yang dia genggam bergerak. Shinta tersadar dari tangisannya ia bangkit dan melihat mulut Syifa yang seperti ingin mengatakan sesuatu. Dokter, para perawat dan semua orang yang di ruangan itu bersyukur bahagia atas keajaiban ini
"Ini keajaiban, ikatan kalian begitu kuat nyonya" ucap dokter tersebut sambil tersenyum bahagia.
"Sebaiknya kalian keluar dulu" Syifa bangkit dari tempat tidur dengan perasaan sangat bahagia. Dia ikut keluar dari ruangan ICU tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 489 Episodes
Comments
Èsa Elsa
berasa sinetron ikan terbang.. terlalu drama Thor , coba ngalir aja ceritanya jgn lebay
2022-05-30
0
Elok Pratiwi
membosankannnn ... jslan cerita nya datarrr ...
2022-01-14
0
Yuni MamaRizky
perasaan gk ngiris bawang tpi air mta ngalirrr...
2021-11-23
0