"Kau tahu ajumma, aku semakin penasaran denganmu?"
Juhyun memandang Kyuhyun yang kini juga tampak memandangnya dengan serius pula. Untuk beberapa saat mereka saling adu pandang. Sampai akhirnya Kyuhyun mengalihkan pandangannya sembari tersenyum. Suasana kembali hening, sampai akhirnya Hyukjae datang dengan membawa beberapa wadah cemilan yang dibuat oleh ibunya untuk Kyuhyun
"Baru kali ini aku merasa jika ibuku lebih menyayangi orang lain dibandingkan dengan putranya sendiri. Ah.... Aku merasa sangat iri..." Canda Hyukjae sembari mendekat dan meletakkan cemilan-cemilan itu diantara Kyuhyun dan Juhyun
"Ibu mengajakmu untuk makan malam di rumah.."
"Tapi aku akan makan malam bersama Kim ajumma.."
"Lihatkan Juhyun! Begitu banyak yang menyukainya, aku benar-benar iri sekarang!" Hyukjae mengucapkannya dengan serius namun sebenarnya ia hanya bercanda
"Eoh... Ibuku saja lebih menyukainya!" Tambah Juhyun
"Apakah Kyujong sudah tergeser?"
"Apa?" Juhyun memandang Hyukjae keheranan
"Ibumu sangat menyukai Kyujong, dia bahkan bilang padaku jika dia ingin sekali menikahkan kalian!"
"Apa?????" Hyukjae telonjak kaget begitupun dengan Kyuhyun mendengar pekikan tiba-tiba itu
"Jadi dugaanku benar? Kalian pacaran?" Kyuhyun memastikan apa yang ia duga selama ini
"Itu tidak benar!" Sewot Juhyun sembari melemparkan pandangan membunuh pada Kyuhyun
"Tidak apa-apa, aku tidak akan mengungkapkannya pada media. Mengaku saja!" Desak Kyuhyun
"Kami baru saja berkenalan...."
"Benarkah? Tapi aku melihat cinta di matamu...!" Kyuhyun kali ini berkata serius sembari memandang jauh ke dalam mata Juhyun. Entah kenapa ia merasa ada frekuensi getaran aneh saat memandang kedua mata Juhyun dengan begitu dalam
"Sudahlah! Jangan berdebat! Omong-omong aku sedang pusing sekarang!" Hyukjae kembali berucap dan mengalihkan pandangan mereka
"Ada masalah apa?"
"Lupakan! Masalahku tidaklah penting..." Hyukjae menggeleng-gelengkan kepalanya dengan aneh. Membuat kedua orang itu menatapnya dengan heran. Hyukjae memang orang yang aneh
"Kalau begitu aku pergi dulu, selesaikanlah pekerjaan kalian..." Kemudian beranjak meninggalkan mereka dengan menyisakan tanda tanya besar untuk Kyuhyun maupun Juhyun.
"Kyuhyun....."
Kyuhyun yang semula memandang Hyukjae, mengalihkan pandangannya pada Juhyun kembali
"Kau tidak ingin mengajakku masuk?"
"Ne?"
"Kau kan baru saja pindah, bukankah seharusnya kau mengundang tetanggamu?"
"Ah... Benar! Kkaja ajumma kita masuk..."
Rumah itu tak besar, jauh berkali-kali lipat lebih kecil dari rumah yang ditinggalinya di Seoul. Hanya ada satu kamar, dapur kecil dan satu kamar mandi yang kecil pula. Namun, di dalamnya tampak rapi untuk ditinggali seorang pria. Sebagai tuan rumah yang baik, Kyuhyun beranjak ke dapur untuk membuat minuman sementara Juhyun duduk tenang di depan sebuah meja kecil yang terbuat dari kayu
"Rumah ini berbeda dari yang kumasuki saat ditinggali kakak Hyukjae.... Ternyata kau penyuka kerapihan..." Kyuhyun tak menjawab sampai ia datang dengan membawa dua cangkir minuman hangat
"Kau melakukan semuanya sendiri?" Kyuhyun hanya mengangguk sembari tersenyum simpul
"Bisa kita memulai wawancaranya?" Tanya Kyuhyun kemudian, tanpa menghilangkan senyuman di wajahnya, sementara Juhyun memanyunkan bibir, ia masih ingin mengobrol dan memperbaiki hubungan yang semula canggung hingga mungkin sedikit kurang baik dengan Kyuhyun. Namun pria yang terlihat lebih muda darinya ini begitu terburu-buru
"Baiklah... Kau buru-buru sekali"
"Tenggat waktu bagi seorang pen... Ani... Maksudku bagi seorang mahasiswa itu lebih mengerikan dari hukuman cambuk..."
"Kau berlebihan, aku juga pernah menjadi mahasiswa, tapi aku tidak merasa seperti itu..."
"Sudahlah ajumma... Tolong bantu aku ya...?" Kyuhyun memandang Juhyun memohon
"Baiklah anak muda..." Seperti seorang ibu yang sedang menghibur putranya, Juhyun menjawab
*****
"Oppa......"
"Hyung....."
Panti asuhan malam itu menjadi sangat ramai, saat seorang pria memasukinya, anak-anak berhamburan keluar menyambutnya. Ibu Shin yang berada di kamar bersama Ahra segera keluar dengan senyuman merekah, biasanya jika anak-anak sebahagia itu, Kyuhyun yang datang. Ia lega akhirnya Kyuhyun kembali
"Kyuhyun...." Bersamaan dengan panggilan itu, pria itu menoleh dan melepas topi yang di kenakannya. Senyuman ibu Shin sedikit memudar melihat yang datang ternyata bukanlah Kyuhyun
"Apa dia kembali???" Ahra pun bergegas keluar, namun ia tak menemui Kyuhyun, kesayangannya itu
"Kyujong...?" Ujar Ahra kemudian. Pria yang adalah Kyujong itu membungkuk memberi salam
"Apa kabar ibu Shin?" Ibu Shin kembali ternyum
"Baik... Sudah lama sekali kau tidak datang..."
"Ne..."
"Dia tentu sangat sibuk eomma..." Ahra memberi pembelaan, saat Kyujong menatap ibu Shin merasa bersalah
"Aku pikir Kyuhyun oppa.." celetuk Boram, Kyujong memandang gadis kecil itu dan mengelus rambutnya
"Kau mengharapkan dia yang datang?"
"Ya.. aku ingin pamer padanya bahwa aku sudah hampir menyelesaikan tugasku..."
"Baiklah, kau boleh pamer pada oppa, itu sama saja..." Boram menggeleng
"Sudah-sudah... Sebaiknya kalian masuk kamar, ini sudah malam..." Seru Ahra
"Masuklah...!" Ibu Shin berbalik memasuki ruangannya setelah mengatakan itu, sementara Ahra beranjak ke dapur untuk membuat minuman
Tak ada percakapan antara Kyujong dan juga ibu Shin. Mereka sama-sama berdiam diri, sementara Kyujong hanya bisa menunduk. Lama tak berjumpa membuatnya merasa canggung, terakhir mereka bertemu adalah ketika pemakaman kedua orang tua Kyujong dan Kyuhyun enam tahun yang lalu. Dan sesekali Kyujong hanya menghubungi Ibu Shin untuk menanyakan Kyuhyun. Memang sejak kematian kedua orang tuanya, Kyujong menjadi sangat protektif pada adiknya itu.
Awalnya, Kyujong datang untuk menanyakan banyak hal tentang Kyuhyun. Selain itu Kyujong juga merasa ada yang sedang Kyuhyun sembunyikan darinya. Namun melihat sambutan ibu Shin tadi membuatnya merasa tak nyaman untuk bertanya banyak
"Anak-anak sudah terbiasa dengan kedatangan Kyuhyun...."
"Aku mengerti..."
"Apa hubungan kalian sudah membaik?" Kyujong mengangkat kepalanya dan memandang ibu Shin mendengar pertanyaan itu
"Entahlah..."
"Adikmu masih terluka... Aku tahu bagaimana usahamu untuk memperbaiki hubungan dengannya... Jadi kau jangan pernah menyerah! Dia tidak mungkin terus seperti ini, kau harus obati lukanya perlahan...."
"Ajumma... Kau tidak membenciku?" Ibu Shin tersenyum
"Kyujong.ah.... kau dan Kyuhyun adalah putraku sekarang, bagaimana aku bisa membencimu"
"Tapi ibu dan ayah...."
"Itu kecelakaan" sela ibu Shin
"Sebenarnya, aku sangat sedih ketika justru hubungan kalian jadi seperti ini. Anakku telah meninggal dunia, dan kini kalianlah yang menjadi anakku...." ibu Shin menghela, mengingat putri semata wayangnya yang telah meninggal, membuat ia bersedih
"Ibu..." Ujar Ahra sembari masuk, ia mendengar ucapan itu dari luar
"Bukankah masih ada aku dan anak-anak yang lain...?" Ibu Shin tersenyum, selama ini ia sudah menganggap Ahra putrinya sendiri
"Jangan khawatir! Aku akan menyatukan dua bersaudara ini..." Ahra berucap dengan yakin "Ah... Omong-omong, bagaimana dengan rumor itu?"
"Semua baik-baik saja, kami akan melakukan konferensi pers besok"
"Kau tidak akan menuntutnya?" Tanya ibu Shin, Kyujong hanya memberinya gelengan sebagai jawaban
"Ini.... Berikan ini pada Kyuhyun jika kau kembali ke Jeungdo" Ahra meletakkan sebuah paper bag di hadapan Kyujong
"Apa ini?" Tanya Kyujong sembari mengeluarkan satu toples kaca berukuran sedang itu, Ahra menghela
"Kyujong... aku rasa kita perlu bicara berdua, ini tentang Kyuhyun... Aku sudah tidak tahan untuk menyimpannya lagi"
"Apa? Tentang... Apa...?" Kyujong memandangnya khawatir
*****
Cahaya matahari pagi ini terasa lebih hangat dari biasanya, mungkin karena semangat seorang Kyuhyun pagi ini. Ia bangun sebelum matahari menampakkan cahayanya. Mulai sibuk mengumpulkan data untuk tulisannya. Ia tampak cerah, secerah sinar mentari pagi ini. Sepeda milik Hyukjae telah 'disewanya' untuk menuju sekolah, wawancara dengan Juhyun kemarin berjalan dengan baik, dan sekarang ia akan menambah beberapa data untuk mulai menulis.
"Ajumma..."
Panggilan itu sepertinya sudah terdengar nyaman di telinga Juhyun. Terbukti dengan mudahnya ia menoleh, sama sekali tak tampak keberatan. Kyuhyun mendekatinya
"Butuh tumpangan?"
"Apa?" Juhyun memandangnya heran
"Kau akan pergi? Kemana?" Tanya Juhyun sekali lagi
"Kebetulan aku juga akan ke sekolah, aku sudah meminjam sepeda Hyukjae..."
"Ah... Tidak usah.. aku jalan kaki saja" Juhyun menolaknya dengan halus berhias senyuman
"Kenapa tidak naik mobil saja?" Tanyanya kemudian
"Aku pikir akan sangat sayang jika aku melewatkan pemandamgan disini... Lagipula sekolah dekat dari sini"
"Ah... Benar juga" gumam Juhyun
"Kalau begitu aku akan jalan kaki juga..." Juhyun memandangnya keheranan, namun bibirnya tersenyum simpul
Berjalan-jalan seperti ini belum pernah Kyuhyun bayangkan sebelumnya. Selama ini ia selalu berjalan sendirian, tapi sekarang terasa berbeda dan membuat atmosfer dalam tubuhnya berubah saat ia harus berjalan beriringan dengan seorang yeoja. Mereka berjalan dengan tenang, tak ada percakapan diantara mereka. Sepertinya mereka sedang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
"Kau sedang menunggu telepon dari pacarmu itu?" Tanya Kyuhyun tiba-tiba
"Apa?" Juhyun menoleh padanya, raut mukanya tampak menyangkal pertanyaan itu
"Sejak kemarin kau selalu diam-diam mengintip ponselmu, sejak kapan kalian berhubungan?" Tanya Kyuhyun masih berusaha ingin tahu
"Kau ini! Sudah kubilang bukan...!"
"Tidak perlu menyangkal terus, tidak ada paparazi disini!" Kyuhyun masih berusaha untuk mendapatkan jawaban yang diinginkannya, membuat Juhyun menghela keras dan menghentikan langkahnya, menoleh kesal pada Kyuhyun
"Memang tidak!" Kesalnya
Diluar dugaan, Kyuhyun justru memandangnya dengan lebih dalam. Seakan ia tak percaya ucapan Juhyun dan mencari kebenaran dalam kedua matanya, di tatap seperti itu, membuat Juhyun tak berdaya. Ia tak tahu harus bagaimana meyakinkan Kyuhyun
"Aku baru mengenalnya Kyuhyun! Harus berapa kali aku bilang?"
"Jadi kalian baru saling jatuh cinta?" Pertanyaan itu sukses membuat kedua mata Juhyun membulat, sementara Kyuhyun menampakkan senyuman puasnya dan melangkah kembali
"Ya!!!!!! Kyuhyun!!!" Pemilik nama itu hanya menoleh dan masih menampakkan senyuman yang sama membuat Juhyun merasa sangat jengah sekarang.
****
Tatapan sendu seperti semalam masih tampak di kedua mata Kyujong hingga pagi ini. Ia bahkan masih mengenakan pakaian yang ia pakai semalam. Sejak datang dari panti asuhan tadi malam, Kyujong tak bisa berhenti memandang toples berisi origami burung bangau itu. Entahlah dia tidur atau tidak setelah itu. Yang pasti pagi ini ia masih menatap benda itu dengan sendu.
Tergambar sebuah ketidak percayaan dari tatapan itu, tampak seperti hati sang pemilik mata indah itu tersayat-sayat. Begitu perih hingga ia tak mampu untuk merintih dan hanya bisa duduk mematung seperti ini.
"Kyujong.... kau sudah bangun???"
Suara itu sama sekali tak mengusiknya, Kyujong masih setia memandang benda itu dengan tatapan yang sama. Jungsoo yang memandangnya setelah masuk, sedikit heran saat Kyujong mematung seperti itu
"Kau belum bersiap-siap?" Lagi-lagi pertanyaannya diabaikan. Jungsoo menghela dan mendekati Kyujong, menepuk bahunya begitu dekat. Kyujong hanya menarik nafas panjang sebagai reaksi. Merasa heran, Jungsoo mengikuti arah pandangan itu
"Apakah benda itu akan meledak saat kau menatapnya seperti itu?" kali ini Kyujong bereaksi dengan menunduk, bersamaan dengan itu airmatanya menetes, mungkin itu adalah airmata yang ia tahan untuk keluar semalaman. Jungsoo semakin heran dan duduk di dekatnya
"Kau menangis? Apa yang terjadi?" Kali ini Jungsoo bertanya dengan cemas, Kyujong semakin menunduk dan terisak kecil, rasa sakit dihatinya terasa sangat menyiksa saat ini
"Kyujong...!" Jungsoo mengguncang tubuh itu untuk menyadarkannya
"Apa aku masih pantas disebut sebagai kakak?" Suara itu keluar disela-sela tangisnya
******
Malam itu, Ahra mengajaknya untuk berbincang di taman depan panti asuhan. Sudah lama Ahra ingin berbagi beban dengan Kyujong, namun ia masih merasa ragu karena Kyuhyun melarangnya. Namun kali ini ia benar-benar tak bisa tahan, apalagi sekarang Kyuhyun berada jauh dari pantauannya, itu membuat Ahra menjadi cemas
"Ahra...."
"Burung bangau itu adalah harapan anak-anak dan harapanku untuk Kyuhyun..." Kyujong hanya memandangnya heran, ia tak mengerti apa-apa
"Saat ulang tahunnya, ia menolak beberapa hadiah dari kami, dan ia hanya meminta seribu burung bangau ini dari kami. Sampai saat ini kami masih membuatnya"
"Dia juga menolak hadiah dariku..." Kyujong menunduk
"Kyujong..... bujuk dia untuk pulang!" Ahra memegang lengan Kyujong sembari memandangnya penuh harap, Kyujong semakin memandangnya heran
"Aku tahu kalian sedang berada di tempat yang sama sekarang, bujuk dia untuk pulang, aku mohon" kali ini Ahra menunduk
"Kenapa? Kenapa aku harus membujuknya untuk pulang"
"Karena itu yang terbaik..." Berbagai pertanyaan semakin berputar-putar di kepala Kyujong. Ada juga rasa khawatir tentang apa yang sebenarnya terjadi pada adiknya itu
"Tolong bicaralah yang jelas Ahra, apa yang terjadi? Jangan membuatku terlihat bodoh seperti ini!" Ahra menghela, rasa ragu kembali menyelimuti hatinya, ia lepas perlahan pegangan tangannya dan berbalik untuk pergi, mungkin akan lebih baik jika ia diam saja daripada membuat Kyuhyun marah, namun tangannya tertahan, Ahra menoleh dan memandang tangan yang ditahan oleh Kyujong itu, ia menghela kembali. Saat ini ia benar-benar merasa berada pada saat yang sulit
"Kyujong... sebenarnya Kyuhyun melarangku untuk memberitahumu. Tolong bersikaplah biasa padanya meskipun aku sudah memberi tahu...."
"Cepat katakannn!!!!" Hardik Kyujong tak sabar, Ahra menunduk sejenak kemudian memandang Kyujong berusaha untuk yakin
"Dia sakit...."
"Apa?" Hanya bisikan yang terdengar, Kyujong sangat terkejut, Jantung Kyujong tersentak mendengar pernyataan itu, namun ia masih berusaha untuk tampak tenang dan berpikir positif
"Seberapa parah?" Tanyanya setengah berbisik
"Mungkin tidak akan lama lagi...." Untuk kali ini, Kyujong tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Helaan nafas kencang keluar dari mulutnya
"Kyujong.....??"
"Bagaimana kau bisa menyembunyikan hal sepenting ini dariku?" Kyujong bertanya dengan mata berkilat marah, tentu ia marah
"Maafkan aku... Kyujong....."
"Apa kau hanya memikirkan perasaannya?" Kyujong menghembuskan nafas kembali dengan kasar, ia merasa kecewa dan marah saat ini. Ahra menangis
"Bagaimana dengan perasaanku? Aku kakak kandungnya, tapi bahkan aku tahu disaat-saat terakhir seperti ini.... Apa kau tidak memikirkan perasaanku?" Suara Kyujong melembut membuat airmata Ahra semakin mengalir deras, sama seperti Kyujong
"Mianhae...."
"Beritahu aku apa penyakitnya?" Ahra memandang Kyujong dengan airmata yang masih berurai
"Ahra aku mohon...!" Pinta Kyujong dengan sisa tenaganya
"Glioblastoma..... Ada... tumor.. di otaknya" Pelan Ahra tak kuasa menahan kesedihan
"Ah..... Ah......" Kyujong benar-benar tak bisa menahan dirinya, tubuhnya limbung dang nyaris terjatuh jika saja Ahra tak segera menahannya
*****
"Kyuhyun ingin melupakan semuanya..... Dia pasti sangat kesakitan.... Maafkan Hyung......"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments