Juhyun sedikit terburu-buru menuju ruangan kepala sekolah saat waktu istirahat. Baru saja ia mendapat panggilan untuk datang keruangan kepala sekolah. Tiba di depan pintu, Juhyun menarik nafas beberapa kali dan merapikan pakaiannya. Setelah itu ia ketuk pintu dan membukanya begitu memdengar seruan dari dalam.
Dengan sopan, Juhyun membungkuk dan beranjak mendekat. Berbeda dengan apa yang ada dalam pikirannya, kepala sekolah menyambutnya dengan senyuman dan mempersilahkan Juhyun dengan ramah
"Silahkan guru Seo...!" Serunya
"Iya..." Juhyun tersenyum dan duduk di kursi yang tersedia
"Ada seorang mahasiswa datang hari ini, dia meminta izin padaku untuk menulis tentang anda untuk tugasnya...."
"Iya?" Juhyun menunjuk dirinya sendiri dengan heran, apa istimewanya? Ia merasa tak memiliki keistimewaan apapun, kepala sekolah tersenyum
"Begitu melihat kelasmu dan bagaimana caramu mengajar, dia tertarik untuk menulisnya..."
"Tapi, bukankah apa yang aku lakukan selama ini sudah lumrah dilakukan?" Kepala sekolah tiba-tiba tertawa, tentu itu membuat Juhyun semakin heran
"Itu yang dikatakan mahasiswa itu, dia juga mengatakan hal serupa sepertimu! Tapi, dia bilang, yang terjadi padamu ini sangat unik..."
"Unik?" Juhyun mengerutkan keningnya, sedikit mulai ada rasa penasaran pada mahasiswa itu
"Dia tidak mengatakan apa-apa lagi, sebaiknya kau terima saja permintaannya, biar aku yang menghubunginya nanti..."
Sebenarnya ia merasa tak nyaman dengan hal ini, tapi tiba-tiba saja ia penasaran dengan pemikiran mahasiswa yang diceritakan oleh kepala sekolah itu. Seperti apa pemikirannya sehingga membuat yang lumrah terjadi menjadi unik? Juhyun terdiam sejenak untuk menentukan jawaban
"Baiklah!"
"Itu bagus..."
Kyuhyun mengembalikan sepeda Hyukjae setelah berputar-putar mengelilingi desa. Setelah itu ia masuk dalam rumahnya untuk beristirahat sebentar sebelum sore nanti ia akan bekerja. Ia juga sedang menunggu telepon dari kepala sekolah Juhyun.
Perlahan ia merebahkan tubuhnya di lantai kayu itu melepas penat. Ia tatap langit-langit. Setidaknya ia punya semangat lebih untuk melanjutkan sisa hidup. Menulis kisah fiksi sudah biasa, saatnya ia menulis sebuah kisah nyata. Dia, tokohnya adalah seorang gadis yang mungkin saat ini sedang diam-diam dicintai oleh kakaknya, dan diam-diam mencintai kakaknya. Setidaknya karya ini akan menjadi kenang-kenangan untuk sang kakak nanti.
Cukup lama ia berdiam, akhirnya ponsel yang berada dalam sakunya bergetar. Iapun segera kembali ke posisi duduk untuk menerima panggilan yang masuk. Wajahnya cerah melihat siapa yang menghubunginya
"Hallo..."
"Selamat siang Kyuhyun.sshi..."
"Selamat siang pak kepala sekolah..."
"Begini, guru Seo menyetujui permintaanmu..."
"Benarkah? Syukurlah...."
"Aku akan mengirimimu nomor ponselnya.."
"Tidak perlu, aku akan langsung ke rumahnya, kebetulan aku tahu rumahnya... Kalau begitu terimakasih banyak..."
Kyuhyun memutuskan sambungan telepon dan mengepalkan tangannya sembari tersenyum lebar, sebagai ekspresi puas. Setelah itu beranjak untuk membersihkan diri. Jarum jam menunjukkan pukul dua siang, sebentar lagi Seohyun akan datang. Ia harus menyiapkan semuanya. Ia hanya punya waktu kurang dari satu bulan.
Menyiapkan semua yang ia butuhkan untuk mewawancarai Juhyun. Setelah semua tertata rapi di meja, ia beranjak untuk membersihkan diri.
Sekitar 30 menit ia menyiapkan dirinya, memakai pakaian santai namun rapi, menyisir rambutnya dengan rapi, mengenakan kaca mata minus, dan sekali lagi melihat penampilannya di cermin. Kemudian ia tersenyum lucu, ia tak tahu mengapa ia begitu menyiapkan dirinya seperti ini.
Nanti, Juhyun pasti akan terkejut saat ia muncul sebagai mahasiswa yang akan menulis tentang dirinya. Sekali lagi Kyuhyun tersenyum sebelum akhirnya keluar untuk bertamu ke rumah nyonya Kim. Namun baru beberapa langkah, Kyuhyun berbalik, sepertinya ada yang ia lupakan. Dengan segera ia mengambil parfum di meja dan menyemprotkannya ke leher setelah itu keluar dengan langkah pasti dan cepat.
.
.
Setibanya disana, ia menemui kesibukan nyonya Kim yang sedang memasak untuk persiapan makan malam. Sebenarnya bukan ia bermaksud untuk tidak sopan masuk tanpa permisi, ia sudah mengucapkan salam tadi, dan berhubung ia tak mendapat jawaban serta pintu rumah tak terkunci, Kyuhyun membuka pintu dan masuk. Tak ada orang lagi di dalam rumah itu kecuali nyonya Kim yang masih tak menyadari kedatangannya karena sedang sibuk memasak.
Kyuhyun diam menunggu, nyonya Kim berbalik untuk mengambil sesuatu, dan saat itulah ia melihat Kyuhyun
"Eoh? Kyuhyun.goon???" Sambutnya dengan ramah penuh senyuman, Kyuhyun balas tersenyum dan mendekat
"Maaf karena aku langaung masuk..."
"Tidak apa-apa, aku tidak mendengar suaramu tadi" Kyuhyun hanya tersenyum
"Ajumma sedang masak apa?"
"Nah, kebetulan, makan malam lah disini!"
"Boleh kah?"
"Tentu saja..." Nyonya Kim mendorongnya pelan dengan gemas
"Oh iya.. apa ajumma sudah pulang?" Nyonya Kim mengerutkan keningnya
"Ajumma?" Tanyanya tak mengerti
"Maksudku Juhyun..."
"Mungkin sebentar lagi..."
Kyuhyun meletakkan perlengkapannya untuk mewawancarai Juhyun, kemudian berkutat di dapur membantu nyonya Kim. Meski sebenarnya ia tak tahu bagaimana caranya memasak. Ia tak seperti Kyujong yang sangat ahli berada di dapur.
"Eeh... Nanti tanganmu terkena pisau..!" Ujar nyonya Kim
"Biarkan aku membantu ajumma, sudah lama sekali aku tidak membuat rusuh di dapur..."
"Apa????" Kyuhyun tertawa melihat reaksi nyonya Kim yang sepertinya menganggap candaannya ini benar.
"Aku hanya bercanda!"
"Aish! Kau ini..." Nyonya Kim mengacak rambut Kyuhyun gemas. Kyuhyun hanya menunduk dan tersenyum lebar.
Menyembunyikan hasratnya untuk menangis, rasanya rindu sekali meraskan kehangatan seperti ini. Ia bahkan tak ingat kapan ia terakhir kali bercanda dengan sang ibu.
Kyujong berjalan cepat menuju kantor Jungsoo. Ia ingin sekali segera bertemu dengan orang yang telah memfitnahnya, begitu sampai di depan kantor, tanpa berpikir panjang lagi, ia buka pintu dengan gusar. Membuat Jungsoo yang berada dalam kantor tersebut menoleh padanya. Kecuali seorang wanita yang hanya bisa menunduk di sofa. Wajahnya tertutupi oleh rambutnya yang tergerai. Setelah sempat berdiri diam di ambang pintu, Kyujong kembali mengambil langkah panjang untuk mendekati wanita itu. Duduk dihadapannya, sembari memandangnya datar
"Kau tampak tak bahagia setelah membuat isu..." Ujar Kyujong sengit, sementara Jungsoo hanya diam membiarkan sahabatnya itu mengungkapkan kekecewaannya, tak ada jawaban dari mulut wanita itu
"Apa sekarang kau menyesal karena hidupmu menjadi sengsara?" Masih diam tak mampu untuk menanggapi setiap kalimat yang Kyujong ungkapkan
"Kau tahu kau hampir membuat seseorang kehilangan pekerjaannya? Hah sudahlah!! Percuma aku bicara, kau tak akan menanggapiku! Satu hal yang aku minta darimu jika kau merasa bersalah padaku! Kau harus membuat pernyataan pada media jika semua tuduhan itu palsu! Kau hanya membuat isu untuk menghancurkanku!" Wanita tersebut memandangnya
"Kau tidak ingat aku?" Pertanyaan wanita itu membuat Kyujong mengerutkan keningnya.
"Ibumu pasti sangat bahagia memiliki putra sepertimu..." Ucapan nyonya Kim itu membuat Kyuhyun yang sedang menggoreng menoleh, ia sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. Namun senyuman manis ia tampakkan
"Dia juga pasti sangat sedih kau berada jauh dari rumah seperti ini..."
"Ibuku sudah meninggal..." Ujar Kyuhyun dengan nada ringan, tentu berbanding terbalik dengan perasaannya. Karena hingga kini, melepaskan kepergian sang ibu masih berat baginya, mungkin ini yang membuatnya tak merasa bahagia. Kali ini nyonya Kim yang dibuat terkejut
"Maaf...."
"Tidak apa-apa ajumma, ibuku sudah lama meninggal..."
Nyonya Kim yang memilki hati sebaik malaikat itu mendekat dan tanpa mengatakan apapun meraih tangan Kyuhyun, memegangnya dengan lembut sembari menampakkan senyuman sehangat matahari pagi. Tentu itu membuat hati Kyuhyun bergetar, airmata nyaris tumpah jika saja Juhyun tak datang
"Kalian sedang apa?" Tanyanya keheranan melihat sang ibu berada begitu dekat dengan Kyuhyun dan memegang tangan pria itu dengan lembut. Karena terkejut nyonya Kim melepas pegangan tangan itu memandang Juhyun dengan canggung. Juhyun memandangnya penuh selidik
"Ouch... Ibu..... Ah ya ampun! Kyuhyun kenapa kau buat ikan ini gosong..." Nyonya Kim mencoba mengalihkan perhatian, sementara Kyuhyun masih membelakangi Juhyun untuk menetralkan perasaannya
"Kalian mencurigakan..." Gerutu Juhyun kemudian beranjak
"Ajumma tunggu!" Kyuhyun beranjak dan menghentikan langkah Juhyun, Juhyun menoleh dengan malas
"Aigoo... Apa yang ada dalam otakmu itu? Kampungan sekali"
"Apa? Aish bocah! Tentu saja aku curiga? Aku kan tidak tahu siapa dirimu sebenarnya? Bisa jadi kan kau lebih tertarik pada orang seperti ibuku?" Kyuhyun tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan konyol itu. Begitu kerasnya tertawa hingga airmatanya mengalir. Atau mungkin ini hanya alasan bagi Kyuhyun untuk mengeluarkan airmata yang sedari tadi mendesak keluar. Juhyun memandangnya dengan kening berkerut, ia tak merasa prasangkanya itu lucu.
"Kau aneh..." Setelah mengatakan itu Kyuhyun beranjak mengeluari rumah.
"Ibu... Dia tidak gila kan?"
"Tidak! Kau yang berlebihan! Otakmu sangat dangkal..."
"Apa?" Juhyun cemberut dikatakan seperti itu
"Dia datang untuk menemuimu, sepertinya ada yang penting, ibu tidak tahu apa itu! Selagi menunggumu datang dia membantu ibu memasak dan kami saling bercerita! Ibu hanya menghiburnya, karena dia terlihat sedih saat menceritakan ibunya yang sudah meninggal..." Nyonya Kim geleng-geleng tak percaya putrinya memiliki pikiran seperti itu
"Kau harus minta maaf padanya...!"
Kyuhyun sedang terdiam di teras rumah sewaannya sembari mendengarkan seseorang yang sedang bicara diseberang sana
'....itulah Kyuhyun.ah kau harus belajar untuk menerima takdir ini jika kau ingin kembali berbahagia, Kyuhyun.ah kau dengar aku kan?'
"Iya nuna..."
'Baiklah, sudah tidak perlu memikirkannya terlalu dalam, lagipula jika kau seperti paman dan bibi pasti akan merasa sedih diatas sana... Jaga kesehatan! Aku tutup teleponnya'
"Baik..."
Kyuhyun menghela, nasihat panjang sudah ia dengarkan dari mulut Ahra. Ahra memang benar, seharunya ia memang harus menerima takdir ini dengan lapang dada. Kyuhyun menurunkan tangannya yang masih menempel di telinga dan beranjak berdiri. Gerakannya terhenti sejenak saat ia melihat sepasang kaki berhenti di depannya, ia yakin itu Juhyun, dengan segera Kyuhyun merubah ekspresi wajah sedihnya sebelum ia berdiri tegak. Ia tak ingin gadis ini melihat kesedihannya yang seakan tak berujung itu
"Ajumma... Kenapa kau menyusulku?" Tanya Kyuhyun sembari duduk kembali. Juhyun tak mengatakan apapun dan duduk di samping Kyuhyun, menyamankan posisi duduknya dengan menselonjorkan kaki
"Ibu bilang kau mencariku? Dan untuk yang tadi aku minta maaf sudah menuduhmu macam-macam..." Kyuhyun memandangya dari samping dan tersenyum
"Tuduhan itu benar-benar dari hatimu?" Juhyun mengangguk
"Itu karena aku tidak tahu jika ibumu...." Juhyun tercekat sementara Kyuhyun tersenyum dan suasana menjadi hening untuk beberapa saat
"Kau sudah menemui kepala sekolah?" Juhyun menoleh dan tampak heran
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Kau menyetujui apa yang dia katakan, kan?" Pernyataan itu membuat Juhyun melontarkan pandangan menyelidik
"Kau......"
"Kau masih tidak bisa menyangka jika aku yang memintanya?"
"Jadi kau benar mahasiswa yang dimaksud oleh kepala sekolah?"
"Kau ini ternyata lamban..." Cibir Kyuhyun dengan santai
"Kau yang berpikiran kalau cara mengajarku ini unik?" Kyuhyun mengangguk
"Unik dalam hal apa? Hampir semua guru memiliki cara sendiri untuk mengajar para muridnya, aku rasa tidak ada yang unik dengan cara mengajarku..."
"Memang semua bisa melakukan apa yang kau lakukan, tapi ini menjadi unik saat kau menerapkannya pada muridmu yang sudah kelas enam. Itu menurutku unik, kenapa? Karena secara logika bukan saatnya mereka bermain-main seperti itu, sudah waktunya mereka mempersiapkan ujian. Apa pemikiranku salah?" Juhyun memandangnya dengan cukup lama
"Tidak ada yang salah dengan ucapanmu. Sekarang bolehkah aku bertanya?" Kyuhyun mengangguk
"Apa tujuanmu ingin mejadikan apa yang aku lakukan ini dalam tugas akhirmu? Kau ingin menyalahkan apa yang aku lakukan? Kau ingin mencari kelemahan dari cara mengajarku? Mempublikasikannya dan akhirnya aku tidak bisa lagi mengajar mereka dengan menyenangkan? Kau ingin buktikan jika ini salah?" Kyuhyun tertegun mendengan rentetan pertanyaan itu, ia tak menyangka sisi positif yang ingin ia tulis menjadi negatif dalam pandangan Juhyun
"Kau menolak setelah tahu alasanku?"
"Aku tidak bicara seperti itu!"
"Tapi pertanyaanmu mengandung penolakan ajumma!" Perdebatan kecil ini tak bisa lagi dielakkan. Dan ini mungkin akan membesar jika salah satu dari mereka masih saja menjawab pertanyaan dengan pertanyaan
"Kau menolak wawancara yang aku ajukan! Kau tidak mau membantuku? Aku datang dari jauh, hanya demi menulis tugas akhirku menjadi berkesan...." Juhyun menghela salah tingkah, entah mengapa ia merasa tersudut
"Bukan begitu, aku hanya ingin memastikan saja! Kau hanya tinggal menjawab dan membuatku merasa yakin jika semua spekulasiku itu salah..."
"Aigoo kau berlagak seperti artis terkenal saja, aku tidak akan menjatuhkanmu ajumma... Aku tak sejahat itu!" Juhyun menunduk, mungkin ia terlalu berlebihan. Kyuhyun kan bukan seorang penulis berpengaruh, dia hanya seorang mahasiswa yang sedang berusaha menyelesaikan tugas akhirnya.
Akhir-akhir ini ia memang agak sensitif jika menyangkut dengan hal ini. Ia merasa sangat jengah saat waktu bermain mereka berkurang hanya demi ujian dan nilai bagus. Ia merasa mereka terlalu kecil untuk menerima tekanan seperti itu. Juhyun meyakini jika caranya ini benar, dan ia yakin anak muridnya pasti akan berhasil diujian mereka meskipun tampak dari luar dikelasnya ia hanya bermain-main.
"Boleh aku tahu mengapa kau memakai cara yang biasanya dilakukan di pendidikan usia dini ini?" Tanya Kyuhyun
"Karena bagiku mereka masih anak-anak, sangat keterlaluan jika aku membebani mereka untuk terus menerus belajar dengan serius demi sebuah nilai! Masih panjang jalan mereka, aku yakin, mereka akan bisa! Karena selama ini mereka tak hanya bermain-main seperti yang terlihat, banyak pelajaran yang aku sisipkan dan mereka menerimanya dengan positif...."
'Cerdas'
Kyuhyun memandangnya datar, tak ada arti yang tersirat dimatanya. Namun jauh dalam lubuk hatinya, Kyuhyun merasa sangat kagum dengan pemikiran Juhyun ini, dia berbeda dari kebanyakan guru yang ia tahu. Dan hal ini membuat Kyuhyun merasa semakin penasaran pada Juhyun, ini memang tidak akan selesai dalam satu bulan. Sepertinya dia harus meminta waktu tambahan untuk menyelesaikan tulisannya ini
"Kau tahu ajumma? Aku jadi semakin penasaran padamu...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments