Belum saatnya...

Mbah Arsa mendekati Alia sambil tersenyum,

"Belum saatnya nak.." Sambil mengusap kepala Alia.

Keesokan hari nya ke dua orang tua Alia pulang, mereka langsung melihat keadaan putri kedua mereka.

"Kalian tenang saja, saya sudah menanganinya" Ucap Mbah Arsa.

"Tapi apa ini semua sudah selesai mbah? apa tidak akan terjadi apa-apa lagi pada Sita mbah?" Tanya Pak Aji agak resah.

"Tenang saja, saya sudah mengusirnya. Dia tidak akan tetap tinggal karna kalian tidak meminta sesuatu apapun darinya" Mbah Arsa menjelaskan.

"Syukurlah.. akhirnya anakku sudah aman" Kata Pak Aji sambil memeluk Sita.

"jadi,, apa kami sudah bisa pergi ke kota lagi untuk bekerja mbah?" Tanya Bu Mia.

"Tunggu lah beberapa hari lagi, lagi pula apa kalian tidak rindu dengan anak pertama kalian yang selalu ditinggal itu" Sambil menuju kearah Alia yang sedang duduk sendirian.

Bu Mia menghampiri Alia dan memeluk nya,

"Mama tentu rindu sekali dengan mu nak, anak Mama ini sudah besar yah" Sambil mengusap kepalanya.

"Alia,, apa itu boneka mu? tapi Mama sama Papa nggak pernah merasa membelikan boneka kecil itu" Kata Pak Aji sambil menunjuk kearah boneka yang selalu dipeluk Alia.

"itu... itu Maa" Agak bingung sambil takut dimarahi.

"Sayang.. apa kamu minta nenek untuk belikan boneka itu?" Tanya Bu Mia pelan.

"Sebenarnya.. Alia beli boneka ini sendiri Ma" Mulai memberanikan diri untuk bicara.

"Iya terus,?" Bu Mia bertanya lagi

"Alia ngumpulin uang jajan buat beli ini Ma, Alia ngga nyusahin nenek kok.."Jelas nya dengan nada sedikit takut.

Bu Mia hanya tersenyum sambil memeluk putrinya itu.

"Maa apa Sita nggak papa?" Sambil melepas pelukan dari ibunya.

"Kamu tenang yah,, insyaallah sekarang sudah ngga papa" Mencoba menenangkan.

Alia sebenarnya ingin memberitahu ibunya tentang apa yang dia lihat di kamar adiknya itu, namun dia masih takut dan tidak berani, jadi dia lebih memilih untuk diam dan hanya bercerita kepada Tiara (boneka Barbie kesayangan Alia).

Sementara itu diruang tamu Pak Aji sedang berbicara dengan Mbah Arsa

"Ini Ji, kamu kasih minum ke Alia" memberikan segelas air putih yang sudah di beri doa.

"Untuk apa mbah?" Tanya pak Aji sambil menerima segelas air itu.

"lakukan saja dulu, nanti saya jelaskan" Kata Mbah Arsa.

Pak Aji hanya terdiam dan langsung pergi. Dia memberikan air di gelas itu untuk diminum Alia dan sebagian lagi untuk membasuh mukanya.

Setelah minum air itu dia merasa sedikit pusing dan berpamitan untuk tidur.

Pak Aji lalu kembali ke ruang tamu untuk meminta penjelasan kepada Mbah Arsa.

"Jadi, sebenarnya untuk apa yang itu tadi mbah?" Pak Aji mulai bertanya.

"Alia itu masih kecil, baru 6 tahun. Jadi belum saatnya" Kata Mbah Arsa dengan singkat.

"Maksudnya apa mbah?" Pak Aji masih bingung dan belum bisa mencerna kata-kata Mbah Arsa.

"Dia itu sama seperti nenek buyutnya.! Dia istimewa, dia tau semuanya, dia bisa melihat semuanya. Tetapi ini belum saatnya" Jelas Mbah Arsa sambil mengingat-ingat almarhum kakak perempuan nya.

"Jadi maksud mbah.." mulai memahami.

"Ya!" Kata Mbah Arsa dengan tegas.

"Keluarga kami punya kasepuhan!( tetua atau orang tua dari keluarga yang mempunyai ilmu khusus kebatinan yang tinggi)" Kata Mbah Arsa.

Pak Aji hanya terdiam sambil terus mendengarkan ucapan Mbah Arsa.

"Semua keturunan tau, pasti bisa tau, meskipun tidak semuanya bisa melihat. Tapi mereka semua bisa merasakan, termasuk istrimu itu" Jelas Mbah Arsa.

"Maksudnya Mia juga bisa melihat hal semacam itu mbah?" Pak aji mulai penasaran.

"Tidak, dia tidak bisa melihatnya, tapi bisa merasakan keberadaan nya. Tapi anak mu itu bisa!" Sambil menatap dalam mata pak Aji.

"Jadi, Alia bisa melihat semua itu mbah? termasuk apa yang dialami oleh adiknya itu?" Pak Aji kaget.

"Ya! mata batin nya sudah terbuka, dari sekian banyak keturunan Nyai Wangsa(nenek buyut dari Mbah Arsa), ternyata anakmu itu yang terpilih untuk mendapat kemampuan itu" Nada bicaranya mulai pelan.

"Tapi dia masih sangat kecil mbah, apa dia akan kuat dengan hal semacam itu" Pak Aji mulai resah.

"Kamu jangan khawatir, tadi bukannya saya sudah memberi segelas air untuk anakmu itu" Jelas Mbah Arsa.

"Tapi itu hanya bersifat sementara saja, Aji! jika saya mati kamu harus janji untuk selalu tinggal dirumah ini. Jangan biarkan rumah ini kosong atau tidak berpenghuni, dan kamu juga tidak boleh lagi meninggalkan Alia sendirian lagi" Kata Mbah Arsa.

Pak Aji hanya mengangguk sambil terdiam, dia tau betul apa maksud dari Mbah Arsa.

Sejak saat itu Alia tidak pernah melihat hal aneh lagi, boneka Tiara pun sudah tidak pernah berpindah tempat lagi. Dia menjalani hidupnya layaknya anak normal lainnya, mempunyai banyak teman dan sangat ceria.

Beberapa tahun berlalu, gadis kecil itu sekarang sudah duduk di kelas tiga SMP. Setiap pulang sekolah ia selalu datang ke rumah Mbah Arsa, Alia sangat menyayangi nya, dia berbagi semua kesedihan dan kebahagiaan dengan Mbah Arsa. Baginya hanya mbah Arsa yang bisa merasakan apa yang ia rasakan.

Sekarang Alia sudah mulai menginjak usia remaja, Beberapa tahun berlalu zaman sudah mulai modern, sudah banyak masyarakat di desa itu yang mulai menggunakan telepon genggam termasuk Alia. Dia dibelikan handphone oleh ibunya agar bisa berkomunikasi kapan saja.

Namun suatu hari Mbah Arsa jatuh sakit, dia mulai sakit keras bahkan sudah tidak bisa bangun lagi. Perlahan lahan dia mulai tidak sadar, tidak ingat pada keluarganya bahkan istrinya.

Dalam keadaan sakitnya itu dia terus mengigau memanggil nama Mia, ibunya Alia.

Alia mencoba menghubungi ibunya dengan ponsel yang ia punya,

"Maa mbah Arsa sakit, sudah tidak bisa bangun" Kata Alia ditelpon.

"Astaghfirullah... terus sekarang bagaiman keadaannya" Bu Mia mulai panik.

"Ya! dia terbaring di tempat tidurnya, sambil terus mengigau memanggil nama Mama" Jelas Alia.

"Ya sudah nanti malam juga Mama langsung pulang yah, ya sudah kamu jaga diri baik-baik yah sayang , daah" Ucap Bu Mia dan langsung mematikan telpon.

Malah harinya Bu Mia segera pergi naik bus untuk pulang ke rumahnya. Dia hanya pergi sendiri karena Pak Aji masih harus menyelesaikan pekerjaannya, sementara Sita dititipkan kepada pengasuh dikota.

Pagi harinya Alia dan para keluarga dekatnya berada dikamar Mbah Arsa, dia terus saja memanggil nama Mia, ibunya Alia.

Sementara Bu Mia masih dalam perjalanan pulang.

"Ma, Mama sudah sampai mana?" Tanya Alia ditelpon

"Sebentar lagi sampai nak, ini sudah dekat, kamu tunggu yah" Jelas Bu Mia.

Namun tak lama setelah itu, suara tangis mulai pecah. Alia langsung berlari menuju kamar Mbah Arsa, dan ternyata beliau sudah menghembuskan nafas terakhirnya..

Air mata Alia menetes tanpa sadar, dia hanya bisa diam tak bisa berkata apa-apa...

Jasadnya langsung dimandikan dan dimakamkan saat itu juga. Alia mengikuti semuanya, mulai dari menyolatkan sampai proses penguburan selesai.

Sepulang dari pemakaman, Alia duduk sendirian dibelakang rumahnya. Namun tiba-tiba dia melihat sekilas orang memakai jubah hitam panjang lewat didepannya, dia menatap sambil tersenyum kearah Alia lalu menghilang begitu saja.

Terpopuler

Comments

EM1212

EM1212

mata batin memang bisa di tutup,,,

2021-12-03

0

andina izzatun

andina izzatun

cerita yang ada di novel ini hampir sama seperti yang aku alami

2020-11-28

5

Rara Azalea shaquera

Rara Azalea shaquera

ortunya egois..msa sita d ajak alia d tnggal..ajak skalian atau sita suruh tnggl sm alia..atau bwa 22nya us tau alia istimewah. g kuatir ap

2020-09-19

14

lihat semua
Episodes
1 Sendiri...
2 Aku tidak tau apa-apa
3 Belum saatnya...
4 Cerita dimulai
5 Sekarang aku mulai tahu
6 Percaya ngga percaya
7 Tiara
8 Mawar
9 Canggung
10 Mata batin
11 Terlalu ramai?
12 Pohon besar itu
13 Kasepuhan?
14 Ujian?
15 Aku tapi bukan aku
16 Tiba-tiba demam?
17 Lagi?
18 Aku tidak sengaja
19 Benarkah?
20 Mencoba memahami
21 Emosi membawa kesialan
22 Teringat kembali
23 Takut terulang lagi
24 Sungguh, itu benar-benar terjadi
25 Mungkinkah?
26 Apa iya?
27 Perpisahan
28 Mungkin dia tidak rela
29 Hari kelulusan
30 Hari baru keadaan baru
31 Mungkin hanya lelah
32 Rasa penasaran
33 Akhirnya bertemu
34 Sebuah cerita
35 Dia membuatku kesal!
36 Penasaran
37 Kita saling terhubung!
38 Yang ditakutkan akhirnya terjadi
39 Masih belum selesai
40 Bukan hanya satu
41 Rasa khawatir
42 Sebuah rasa
43 Ikhtiar
44 Kampung masa kecil
45 Dua pihak yang bertentangan
46 Aku kembali
47 Tatapan kebencian
48 Bukan ilusi!
49 Rasa sakit itu nyata.
50 Kamampuan
51 Dia istimewa
52 Cincin batu hitam
53 Obrolan malam
54 Aneh
55 Sebuah penglihatan
56 Yang terlihat benar terjadi
57 Hari spesial
58 Rasa yang salah
59 Tidak nyaman
60 Ranjangku...
61 Hitam putih
62 Dia menghilang
63 Perasaan apa ini?
64 Jimat turun-temurun
65 Pertanda buruk?
66 Mayra
67 Anugerah atau musibah?
68 Kakak...
69 Perasaan yang dalam
70 Tatapan yang berarti
71 Siapa Dia?
72 Tali pocong perawan
73 Bacaan Surat Yasin
74 Tohpati
75 Toh Brahma
76 Benar-benar sendirian
77 Tangisan misterius
78 Dua nyawa
79 Kisah di balik kehilangan
80 Itu belum membuatnya tenang
81 Hawa dendam
82 Senyum yang berarti
83 Cerita kelulusan
84 Aku kembali
85 Begitu banyak!
86 Cherry
87 Perasaan yang salah
88 Lagi?
89 Benar dia
90 Pikiran yang kacau
91 Tidak terlihat
92 Apa dia membenciku?
93 Bukan kebetulan
94 Masih menjadi misteri
95 Salah paham
96 Sungguh mengagetkan
97 Ilusi
98 Sudah saatnya
99 Tumbang
100 Mereka
101 Fakta baru
102 Perjalanan awal
103 Penghalang dan pendorong
104 Kecurigaan itu benar
105 Beban
106 Cerita Teman Papa
107 Pak Hari
108 Cerita di balik pohon Cherry
109 Perasaan terkejut
110 Cemburu
111 Rumah Ziva
112 Saudara kembar
113 Saudara kembar (2)
114 Chika
115 Pernyataan Chika
116 Berbohong
117 Firasat yang nyata
118 Sakit yang tak terlihat
119 Pengendali hati
120 Takut kehilangannya
121 Tidak biasa
122 Pertama kali
123 Iri?
124 Petunjuk mimpi
125 Firasat apa lagi ini?
126 Kejutan
127 The conversation sisters
128 Miesya
129 Meisya (S2)
130 Asap hitam
131 Pertanda yang membingungkan
132 Hari yang sial
133 Tiba-tiba
134 Simpati
135 Hitam dan putih
136 Begitu jauh
137 Jarak
138 Pesan singkat
139 Kucing hitam
140 Kekecewaan
141 Sebuah sikap
142 Rumah Bu Murniati
143 Suasana yang berbeda
144 Mimpi buruk
145 Sang penuntut balas
146 Karena Azam
147 Afi
148 Terlepas
149 Tumbal
150 Pengorbanan
151 Teriakan berdarah
152 Terlambat
153 Rumah sakit
154 Terjebak
155 Kembali terpukul
156 Kebenaran dari Nafisah
157 Siapa?
158 Kabar bahagia
159 Pulang
160 Khitbah
161 Cobaan lain
162 Menikah
163 Hari pertama
164 Kamar Azam
165 Tentang kakak ipar
166 Arsya
167 Rambut panjangnya...
168 Cinta tanpa syarat
169 Kepergian yang membuat gelisah
170 Pesan yang berarti
171 Long last
172 Finally!!!
173 Announcement!!
174 Pengumuman lagi
Episodes

Updated 174 Episodes

1
Sendiri...
2
Aku tidak tau apa-apa
3
Belum saatnya...
4
Cerita dimulai
5
Sekarang aku mulai tahu
6
Percaya ngga percaya
7
Tiara
8
Mawar
9
Canggung
10
Mata batin
11
Terlalu ramai?
12
Pohon besar itu
13
Kasepuhan?
14
Ujian?
15
Aku tapi bukan aku
16
Tiba-tiba demam?
17
Lagi?
18
Aku tidak sengaja
19
Benarkah?
20
Mencoba memahami
21
Emosi membawa kesialan
22
Teringat kembali
23
Takut terulang lagi
24
Sungguh, itu benar-benar terjadi
25
Mungkinkah?
26
Apa iya?
27
Perpisahan
28
Mungkin dia tidak rela
29
Hari kelulusan
30
Hari baru keadaan baru
31
Mungkin hanya lelah
32
Rasa penasaran
33
Akhirnya bertemu
34
Sebuah cerita
35
Dia membuatku kesal!
36
Penasaran
37
Kita saling terhubung!
38
Yang ditakutkan akhirnya terjadi
39
Masih belum selesai
40
Bukan hanya satu
41
Rasa khawatir
42
Sebuah rasa
43
Ikhtiar
44
Kampung masa kecil
45
Dua pihak yang bertentangan
46
Aku kembali
47
Tatapan kebencian
48
Bukan ilusi!
49
Rasa sakit itu nyata.
50
Kamampuan
51
Dia istimewa
52
Cincin batu hitam
53
Obrolan malam
54
Aneh
55
Sebuah penglihatan
56
Yang terlihat benar terjadi
57
Hari spesial
58
Rasa yang salah
59
Tidak nyaman
60
Ranjangku...
61
Hitam putih
62
Dia menghilang
63
Perasaan apa ini?
64
Jimat turun-temurun
65
Pertanda buruk?
66
Mayra
67
Anugerah atau musibah?
68
Kakak...
69
Perasaan yang dalam
70
Tatapan yang berarti
71
Siapa Dia?
72
Tali pocong perawan
73
Bacaan Surat Yasin
74
Tohpati
75
Toh Brahma
76
Benar-benar sendirian
77
Tangisan misterius
78
Dua nyawa
79
Kisah di balik kehilangan
80
Itu belum membuatnya tenang
81
Hawa dendam
82
Senyum yang berarti
83
Cerita kelulusan
84
Aku kembali
85
Begitu banyak!
86
Cherry
87
Perasaan yang salah
88
Lagi?
89
Benar dia
90
Pikiran yang kacau
91
Tidak terlihat
92
Apa dia membenciku?
93
Bukan kebetulan
94
Masih menjadi misteri
95
Salah paham
96
Sungguh mengagetkan
97
Ilusi
98
Sudah saatnya
99
Tumbang
100
Mereka
101
Fakta baru
102
Perjalanan awal
103
Penghalang dan pendorong
104
Kecurigaan itu benar
105
Beban
106
Cerita Teman Papa
107
Pak Hari
108
Cerita di balik pohon Cherry
109
Perasaan terkejut
110
Cemburu
111
Rumah Ziva
112
Saudara kembar
113
Saudara kembar (2)
114
Chika
115
Pernyataan Chika
116
Berbohong
117
Firasat yang nyata
118
Sakit yang tak terlihat
119
Pengendali hati
120
Takut kehilangannya
121
Tidak biasa
122
Pertama kali
123
Iri?
124
Petunjuk mimpi
125
Firasat apa lagi ini?
126
Kejutan
127
The conversation sisters
128
Miesya
129
Meisya (S2)
130
Asap hitam
131
Pertanda yang membingungkan
132
Hari yang sial
133
Tiba-tiba
134
Simpati
135
Hitam dan putih
136
Begitu jauh
137
Jarak
138
Pesan singkat
139
Kucing hitam
140
Kekecewaan
141
Sebuah sikap
142
Rumah Bu Murniati
143
Suasana yang berbeda
144
Mimpi buruk
145
Sang penuntut balas
146
Karena Azam
147
Afi
148
Terlepas
149
Tumbal
150
Pengorbanan
151
Teriakan berdarah
152
Terlambat
153
Rumah sakit
154
Terjebak
155
Kembali terpukul
156
Kebenaran dari Nafisah
157
Siapa?
158
Kabar bahagia
159
Pulang
160
Khitbah
161
Cobaan lain
162
Menikah
163
Hari pertama
164
Kamar Azam
165
Tentang kakak ipar
166
Arsya
167
Rambut panjangnya...
168
Cinta tanpa syarat
169
Kepergian yang membuat gelisah
170
Pesan yang berarti
171
Long last
172
Finally!!!
173
Announcement!!
174
Pengumuman lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!