Aku tidak tau apa-apa

Beberapa hari setelah kejadian itu, kedua orang tua Alia beserta adiknya pulang ke rumah. Mereka pulang dalam kondisi panik serta kebingungan karna Sita terus saja menangis ketakutan dan minta pulang kerumahnya.

"Maaaa.... mamaaaaa.....Sita mau pulang maaa... Sita mau pulang..." Sambil terus menangis di pelukan mamanya.

"Astaghfirullah.... ada apa ini Mia?" Tanya Mbah Imah kepada anak perempuannya, dia ikut panik melihat cucu bungsunya terus menangis.

"Ini bu, Sita nangis terus minta pulang ke rumahnya. Badannya juga panas" Jawab Bu Mia dengan suara lemas.

"Sudah berapa lama?" Tanya Mbah Imah

"Satu minggu bu, saya sudah bawa ke rumah sakit di kota, tapi kata pihak rumah sakit dia nggak papa" Ucap Bu Mia.

"Ya sudah sekarang bawa masuk kerumah dulu, tidurkan dia dikamar ya" Sambil memegang pundak Bu Mia.

Bu Mia lalu masuk kerumah dan mencoba menidurkan Sita di kamarnya, Sita memang masih tidur sekamar dengan kedua orangtuanya, karna kamar dirumah mereka hanya ada dua.

Setelah beberapa saat kemudian Sita terlelap.

"Sita kenapa Pa?" Tanya Alia yang masih bingung.

"Ngga papa nak, mungkin dia cuma ingin pulang kerumahnya" Jawab Pak Aji mencoba menenangkan Alia.

Setelah Sita tertidur, Bu Mia keluar untuk berbicara dengan ibunya. Alia mengintip dari pintu kamar, ia merasa kasihan dengan adiknya yang sedari tadi terus menangis.

Alia terus menatap wajah adiknya itu, namun tiba-tiba tatapan itu ia hentikan karna kaget ketika melihat ada sesosok hitam besar yang berada tepat di atas adiknya itu.

Ia lalu pergi sambil berlari menuju kamarnya.

Alia teringat sosok hitam yang menuju kamar Mama Papanya tempo hari.

"Aku ngga tau! aku ngga tau! aku ngga tau apapa!!" Teriak Alia didalam kamarnya, Bu Mia mendengar Alia sedang berteriak dan hendak menghampiri nya namun tiba-tiba...

"Mamaaaaaa...!!!! Papaaaaaaaa!!! Sita takuuuuttt!!!" Sita tiba-tiba kembali menangis dan berteriak ketakutan.

Saat Bu Mia tiba di kamar dia sangat kaget melihat putrinya yang menangis dan berteriak ketakutan.

Tubuhnya kejang dan matanya melotot kearah langit-langit rumahnya.

"Astaghfirullah kamu kenapa naakkk..."kaget melihat kondisi putrinya.

"Paaaa!! Papaaaaa!!!!" Bu Mia berteriak memanggil suaminya.

Tak lama kemudian Pak Aji datang dan diapun kaget melihat kondisi putri bungsunya itu,

"Kenapa to nak kok teriak-teriak?" Kata Mbah Imah yang juga ikut panik.

"Sita Maa, Sita..." Sambil terus memegangi tubuh Sita.

"masyaallah... cucuku! sebentar ya nak sebentar!" Tiba-tiba Mbah Imah pergi begitu saja.

Pak Aji mencoba membacakan ayat-ayat di atas kepala Sita sambil mengusap-usap keningnya.

Sementara itu, Alia tetap dikamar sambil memeluk boneka Tiara nya itu, dia terus saja berkata "Aku tidak tahu, aku tidak tahu"..

Tidak lama setelah Pak Aji membacakan ayat-ayat akhirnya Sita mulai tenang dan kembali tertidur.

Didepan rumah terdengar suara langkah kaki yang memasuki rumah itu, ternyata itu adalah Mbah Imah dan seorang kakek yang sudah cukup tua, jalannya pun sudah membungkuk.

"Jadi begitu mbah," Ucap mbah Imah yang telah selesai menjelaskan keadaan cucunya.

Mereka berdua pun langsung masuk ke kamar untuk menengok Sita.

Pak Aji masih mengelus kening Sita yang sudah terlelap, dan Bu Mia masih mengusap tangan sita yang dingin dan masih terasa kaku.

"Eh Mbah Arsa.." Bu Mia menyambut kakek tua itu sambil mencium tangannya, begitu juga Pak Aji.

"Sehat mbah?" Tanya pak Aji.

"Yah,, seperti yang kamu lihat ini," Jawab Mbah Arsa dengan singkat.

Mbah Arsa adalah paman dari Mbah Imah, dia merupakan orang yang masih kukuh menjalankan adat kejawen, dia juga punya kemampuan khusus untuk menyembuhkan berbagai penyakit terutama yang berhubungan dengan ilmu hitam.

"Anak saya Mbah.." Belum sempat Pak Aji bicara tapi sudah dipotong oleh Mbah Arsa.

"Saya sudah tau!" Ucap mbah Arsa dengan tegas.

"Jadi, mari kita bicara diluar saja" Sambil berjalan keruang tamu.

Mereka semua bicara diruang tamu dan Sita tertidur sendiri di kamar.

Alia keluar dari kamarnya dan mencoba mengintip adiknya lagi.

Namun, betapa kagetnya dia ketika dengan jelas dia melihat sosok hitam besar itu berada di atas langit-langit kamar itu. Kali ini dia melihat dengan jelas wujud dari sosok itu, ternyata sosok itu berwujud seperti manusia, namun tubuhnya penuh dengan bulu. Ya! manusia kera, lebih tepatnya begitu.

"A a aku tidak tahu! aku tidak tahu!" Alia ketakutan dan langsung lari ke kamar.

"Pesugihan kera?!?" Pak Aji dan Bu Mia kaget mendengar ucapan Mbah Arsa.

"Astaghfirullah.. yang sabar ya nak" Kata mbah Imah mencoba menenangkan anaknya.

"Ya! ini biasanya harus menumbalkan anak terakhir untuk dijadikan budak nya raja kera itu" Mbah Arsa mencoba menjelaskan.

"Tapi saya tidak pernah melakukan pesugihan mbah" Ucap pak Aji dengan lantang.

"Apalagi saya mbah, buat apa!" Bu Mia ikut menjawab.

"Orang bisa saja melakukan kesalahan tanpa mereka sadari," Kata Mbah Arsa dengan tenang.

"Mia... coba kamu ingat ingat, selama di kota kamu pergi kemana saja?" Mbah Arsa mencoba mengingatkan Bu Mia.

"Astaghfirullah.... saya ingat mbah, saya pernah diajak ke suatu tempat oleh teman saya di kota" Ujar Bu Mia.

"Maa.. kamu..?" Pak Aji mulai kecewa.

"Dengarkan dulu Ji.. ceritanya belum selesai" Ucap Mbah Arsa mencoba menenangkan.

" Saya ngga tau apa-apa mbah, saya cuma diajak untuk menemani teman saya itu, di sana ada sebuah gua. Ya! diluar gua itu saya memang melihat ada beberapa monyet di sana" Bu Mia mulai mengingat kejadian yang ia alami.

"Kamu ambil apa dari sana?"Kata Mbah Arsa dengan tenang.

"Maaf mbah, saya benar-benar tidak tau kalau ternyata tempat itu adalah...

ya! batu itu" Bu Mia mulai menyesal.

"Jadi, kamu harus kembalikan benda itu ke tempatnya. Secepatnya sebelum terjadi apa-apa pada anakmu!" Ucap mbah Arsa.

"Besok pagi saya akan bawa Mia ketempat itu, untuk mengembalikan benda itu. Saya akan pastikan itu." Kata Pak Aji dengan yakin.

"Yang sabar nak, jangan buru-buru. Tenangkan pikiranmu dan jangan kebawa emosi" Mbah Arsa mencoba menenangkan suami istri itu.

Keesokan harinya , Pak aji dan Bu Mia pergi dengan tujuan mereka.

"Bu,, tolong jaga Sita dan Alia ya, kami pamit dulu" Sembari berpamitan dan pergi.

Sementara itu dikamar Sita mulai menangis dan berteriak.

"Nggak! nggak mau! aku ngga mau ikut! Mama Papa tolong Sita! Sita terus berteriak ketakutan.

Mbah Arsa dan Mbah Imah langsung menuju ke kamar, dan badan Sita sudah kejang, matanya melotot.

Sita ketakutan,,,

"Tolong ambilkan air Mah.."Kata mbah Arsa pada keponakannya itu.

"Iya mbah" langsung pergi mengambil air.

Mbah Arsa mencoba membacakan mantra untuk menenangkan Sita, sambil men cipratkan air ke wajahnya.

Tak lama kemudian Sita mulai tenang. Sementara itu Alia sedari tadi bersembunyi di depan pintu kamar sambil mengintip keadaan adiknya.

"Masuk saja nak, jangan takut"Kata Mbah Arsa yang tau kalau Alia ada di sana.

"Mbah tau, kamu lihat semuanya. Kamu nggak usah takut" Ucap mbah Arsa.

Alia hanya terdiam tak dapat berkata apapun.

Terpopuler

Comments

EM1212

EM1212

Pesugihan, bisa ya tanpa sengaja gitu,,

2021-11-28

2

Lii

Lii

kok Alia kaya di cuekin siih

2020-12-23

2

Upi1612

Upi1612

Merinding aku bacanyaa

2020-11-20

4

lihat semua
Episodes
1 Sendiri...
2 Aku tidak tau apa-apa
3 Belum saatnya...
4 Cerita dimulai
5 Sekarang aku mulai tahu
6 Percaya ngga percaya
7 Tiara
8 Mawar
9 Canggung
10 Mata batin
11 Terlalu ramai?
12 Pohon besar itu
13 Kasepuhan?
14 Ujian?
15 Aku tapi bukan aku
16 Tiba-tiba demam?
17 Lagi?
18 Aku tidak sengaja
19 Benarkah?
20 Mencoba memahami
21 Emosi membawa kesialan
22 Teringat kembali
23 Takut terulang lagi
24 Sungguh, itu benar-benar terjadi
25 Mungkinkah?
26 Apa iya?
27 Perpisahan
28 Mungkin dia tidak rela
29 Hari kelulusan
30 Hari baru keadaan baru
31 Mungkin hanya lelah
32 Rasa penasaran
33 Akhirnya bertemu
34 Sebuah cerita
35 Dia membuatku kesal!
36 Penasaran
37 Kita saling terhubung!
38 Yang ditakutkan akhirnya terjadi
39 Masih belum selesai
40 Bukan hanya satu
41 Rasa khawatir
42 Sebuah rasa
43 Ikhtiar
44 Kampung masa kecil
45 Dua pihak yang bertentangan
46 Aku kembali
47 Tatapan kebencian
48 Bukan ilusi!
49 Rasa sakit itu nyata.
50 Kamampuan
51 Dia istimewa
52 Cincin batu hitam
53 Obrolan malam
54 Aneh
55 Sebuah penglihatan
56 Yang terlihat benar terjadi
57 Hari spesial
58 Rasa yang salah
59 Tidak nyaman
60 Ranjangku...
61 Hitam putih
62 Dia menghilang
63 Perasaan apa ini?
64 Jimat turun-temurun
65 Pertanda buruk?
66 Mayra
67 Anugerah atau musibah?
68 Kakak...
69 Perasaan yang dalam
70 Tatapan yang berarti
71 Siapa Dia?
72 Tali pocong perawan
73 Bacaan Surat Yasin
74 Tohpati
75 Toh Brahma
76 Benar-benar sendirian
77 Tangisan misterius
78 Dua nyawa
79 Kisah di balik kehilangan
80 Itu belum membuatnya tenang
81 Hawa dendam
82 Senyum yang berarti
83 Cerita kelulusan
84 Aku kembali
85 Begitu banyak!
86 Cherry
87 Perasaan yang salah
88 Lagi?
89 Benar dia
90 Pikiran yang kacau
91 Tidak terlihat
92 Apa dia membenciku?
93 Bukan kebetulan
94 Masih menjadi misteri
95 Salah paham
96 Sungguh mengagetkan
97 Ilusi
98 Sudah saatnya
99 Tumbang
100 Mereka
101 Fakta baru
102 Perjalanan awal
103 Penghalang dan pendorong
104 Kecurigaan itu benar
105 Beban
106 Cerita Teman Papa
107 Pak Hari
108 Cerita di balik pohon Cherry
109 Perasaan terkejut
110 Cemburu
111 Rumah Ziva
112 Saudara kembar
113 Saudara kembar (2)
114 Chika
115 Pernyataan Chika
116 Berbohong
117 Firasat yang nyata
118 Sakit yang tak terlihat
119 Pengendali hati
120 Takut kehilangannya
121 Tidak biasa
122 Pertama kali
123 Iri?
124 Petunjuk mimpi
125 Firasat apa lagi ini?
126 Kejutan
127 The conversation sisters
128 Miesya
129 Meisya (S2)
130 Asap hitam
131 Pertanda yang membingungkan
132 Hari yang sial
133 Tiba-tiba
134 Simpati
135 Hitam dan putih
136 Begitu jauh
137 Jarak
138 Pesan singkat
139 Kucing hitam
140 Kekecewaan
141 Sebuah sikap
142 Rumah Bu Murniati
143 Suasana yang berbeda
144 Mimpi buruk
145 Sang penuntut balas
146 Karena Azam
147 Afi
148 Terlepas
149 Tumbal
150 Pengorbanan
151 Teriakan berdarah
152 Terlambat
153 Rumah sakit
154 Terjebak
155 Kembali terpukul
156 Kebenaran dari Nafisah
157 Siapa?
158 Kabar bahagia
159 Pulang
160 Khitbah
161 Cobaan lain
162 Menikah
163 Hari pertama
164 Kamar Azam
165 Tentang kakak ipar
166 Arsya
167 Rambut panjangnya...
168 Cinta tanpa syarat
169 Kepergian yang membuat gelisah
170 Pesan yang berarti
171 Long last
172 Finally!!!
173 Announcement!!
174 Pengumuman lagi
Episodes

Updated 174 Episodes

1
Sendiri...
2
Aku tidak tau apa-apa
3
Belum saatnya...
4
Cerita dimulai
5
Sekarang aku mulai tahu
6
Percaya ngga percaya
7
Tiara
8
Mawar
9
Canggung
10
Mata batin
11
Terlalu ramai?
12
Pohon besar itu
13
Kasepuhan?
14
Ujian?
15
Aku tapi bukan aku
16
Tiba-tiba demam?
17
Lagi?
18
Aku tidak sengaja
19
Benarkah?
20
Mencoba memahami
21
Emosi membawa kesialan
22
Teringat kembali
23
Takut terulang lagi
24
Sungguh, itu benar-benar terjadi
25
Mungkinkah?
26
Apa iya?
27
Perpisahan
28
Mungkin dia tidak rela
29
Hari kelulusan
30
Hari baru keadaan baru
31
Mungkin hanya lelah
32
Rasa penasaran
33
Akhirnya bertemu
34
Sebuah cerita
35
Dia membuatku kesal!
36
Penasaran
37
Kita saling terhubung!
38
Yang ditakutkan akhirnya terjadi
39
Masih belum selesai
40
Bukan hanya satu
41
Rasa khawatir
42
Sebuah rasa
43
Ikhtiar
44
Kampung masa kecil
45
Dua pihak yang bertentangan
46
Aku kembali
47
Tatapan kebencian
48
Bukan ilusi!
49
Rasa sakit itu nyata.
50
Kamampuan
51
Dia istimewa
52
Cincin batu hitam
53
Obrolan malam
54
Aneh
55
Sebuah penglihatan
56
Yang terlihat benar terjadi
57
Hari spesial
58
Rasa yang salah
59
Tidak nyaman
60
Ranjangku...
61
Hitam putih
62
Dia menghilang
63
Perasaan apa ini?
64
Jimat turun-temurun
65
Pertanda buruk?
66
Mayra
67
Anugerah atau musibah?
68
Kakak...
69
Perasaan yang dalam
70
Tatapan yang berarti
71
Siapa Dia?
72
Tali pocong perawan
73
Bacaan Surat Yasin
74
Tohpati
75
Toh Brahma
76
Benar-benar sendirian
77
Tangisan misterius
78
Dua nyawa
79
Kisah di balik kehilangan
80
Itu belum membuatnya tenang
81
Hawa dendam
82
Senyum yang berarti
83
Cerita kelulusan
84
Aku kembali
85
Begitu banyak!
86
Cherry
87
Perasaan yang salah
88
Lagi?
89
Benar dia
90
Pikiran yang kacau
91
Tidak terlihat
92
Apa dia membenciku?
93
Bukan kebetulan
94
Masih menjadi misteri
95
Salah paham
96
Sungguh mengagetkan
97
Ilusi
98
Sudah saatnya
99
Tumbang
100
Mereka
101
Fakta baru
102
Perjalanan awal
103
Penghalang dan pendorong
104
Kecurigaan itu benar
105
Beban
106
Cerita Teman Papa
107
Pak Hari
108
Cerita di balik pohon Cherry
109
Perasaan terkejut
110
Cemburu
111
Rumah Ziva
112
Saudara kembar
113
Saudara kembar (2)
114
Chika
115
Pernyataan Chika
116
Berbohong
117
Firasat yang nyata
118
Sakit yang tak terlihat
119
Pengendali hati
120
Takut kehilangannya
121
Tidak biasa
122
Pertama kali
123
Iri?
124
Petunjuk mimpi
125
Firasat apa lagi ini?
126
Kejutan
127
The conversation sisters
128
Miesya
129
Meisya (S2)
130
Asap hitam
131
Pertanda yang membingungkan
132
Hari yang sial
133
Tiba-tiba
134
Simpati
135
Hitam dan putih
136
Begitu jauh
137
Jarak
138
Pesan singkat
139
Kucing hitam
140
Kekecewaan
141
Sebuah sikap
142
Rumah Bu Murniati
143
Suasana yang berbeda
144
Mimpi buruk
145
Sang penuntut balas
146
Karena Azam
147
Afi
148
Terlepas
149
Tumbal
150
Pengorbanan
151
Teriakan berdarah
152
Terlambat
153
Rumah sakit
154
Terjebak
155
Kembali terpukul
156
Kebenaran dari Nafisah
157
Siapa?
158
Kabar bahagia
159
Pulang
160
Khitbah
161
Cobaan lain
162
Menikah
163
Hari pertama
164
Kamar Azam
165
Tentang kakak ipar
166
Arsya
167
Rambut panjangnya...
168
Cinta tanpa syarat
169
Kepergian yang membuat gelisah
170
Pesan yang berarti
171
Long last
172
Finally!!!
173
Announcement!!
174
Pengumuman lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!