Edward mengulik laptop di depannya dengan pandangan serius, jari jarinya yang bergerak lincah pada keyboard menimbulkan suara yang memecah keheningan di dalam ruangan itu. Edward masih berada di Mexico dan tinggal di apartemen miliknya. Saat ini Edward tengah mencari tahu mengenai Golden Rose, clan mafia yang berasal dari Rusia. Sudah hampir tiga jam Edward tak beranjak dari duduknya dan terus mencoba mencari lebih jauh melalui kemampuan IT nya yang bisa meretas suatu sistem software dengan mudah. Selain ketua mafia Amerika yang kejam, Edward adalah seorang hacker handal untuk dirinya sendiri, karena Edward tidak mungkin bekerja untuk orang lain.
Usaha yang di lakukan Edward hampir tiga jam ternyata membuahkan hasil, sebuah seringai tipis terlihat setelah mengetahu siapa nama pimpinan Golden Rose juga keturunannya. Meskipun ini bukan informasi yang cukup, setidaknya ada jalan untuk Edward memulai langkah berikutnya, tidak asal mencari tanpa jalan yang jelas karena si tua Vladmir tidak memberikan informasi lebih selain sebuah tatto mawar yang pasti di miliki oleh keturunan Golden Rose.
Petunjuk itu hanya membuat Edward kesal, memangnya apa yang bisa di dapatkan dari petunjuk seperti itu? Tatto bukanlah hal langka yang hanya bisa di miliki beberapa orang saja, sudah banyak manusia yang mengapresiasikan karya seninya melalui sebuah tatto, dan tatto mawar sudah banyak di miliki masyarakat luas termasuk di Mexico.
Kembali pada informasi yang sudah berhasil didapatkan oleh Edward, nama pemimpin Golden Rose clan adalah Iwano Yuryevich Kostov, memiliki satu anak perempuan dan satu anak laki laki. Anak laki lakinya sudah tewas saat pembantaian yang dilakukan oleh Vladmir Jarvis tiga puluh lima tahun yang lalu, sedangkan anak perempuannya yang bernama Nathalia Iwanovna Kostova masih hidup sampai sekarang. Keberadaan anak perempuan I2w4ano di sembunyikan dari publik bahkan tidak pernah ada yang tahu bagaimana wajah gadis itu. Edward masih belum puas dengan informasi yang ia dapatkan kali ini dan masih ingin mencari lebih jauh namun, keinginannya itu harus ia tunda terlebih dahulu karena saat ini ponselnya berdering dengan nama Vladmir terpampang jelas pada layar ponsel Edward.
“Bagaimana, Mr.Ed? apa kau sudah menemukan sedikit celah untuk mencari keberadaan mereka?”
Edward mendengkus mendengar pertanyaan Vladmir meskipun sangat terdengar jelas nada keseriusan di sana.
“Memangnya apa yang bisa aku harapkan dari petunjuk tidak bergunamu itu? Mengabsen satu per satu warga Mexico yang mempunyai rose tatto pada tubuhnya, begitu?”
“Bukan kah kau sangat ahli dalam mencari informasi? Aku rasa kau tidak butuh banyak bantuan dariku untuk itu.”
“Jika kau menghubungiku hanya untuk ini, aku pastikan sebuah peluru akan bersarang di kepalamu besok!” Sejenak terdengar kekehan ringan dari seberang sebelum panggilan terputus begitu saja, lebih tepatnya di putuskan secara sepihak oleh Edward.
Edward memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, meraih leather jacket dan segera memakainya sebelum keluar dari apartemen.Edward menaikkan sebelah alisnya ketika pintu lift terbuka dan memperlihatkan seorang gadis yang sedang mengunyah permen karet berdiri menyandar pada dinding lift dengan santai. “hallo, big man,” sapa gadis itu yang hanya mendapatkan tatapan dingin Edward.
“Siapa targetmu kali ini?” taya Edward dingin setelah menekan tombol menuju lantai satu.
“Apa kau akan membantuku jika aku memberi tahumu?”
Edward menyeringai. “Kebetulan aku sedang ingin membunuh seseorang.” - “Dan itu adalah dirimu,” lanjut Edward. “Wow..menarik.” gadis itu mendekat dan berdiri di depan Edward dengan tatapan berani, entah apa yang ada di dalam otak cantik itu hingga tak ada sedikitpun rasa takut ketika berada dalam satu ruangan bersama seorang ketua mafia. Apa karena sudah terbiasa? “Ya. Sangat menarik,” ucap Edward sebelum mengarahkan pistolnya kepada gadis itu yang ternyata berhasil di tepis dengan cepat dan berbalik hingga kini sebuah pisau lipat berada pada leher Edward. Edward tidak mengira bahwa gadis itu bisa membaca pergerakannya dengan baik bahkan bisa membalik keadaan.
“Reflek yang bagus, nona.”
“Pergerakan yang buruk, tuan. Aku tidak tahu jika ketua mafia sepertimu memiliki pergerakan yang mudah terbaca musuh. Atau bisa ku katakan bahwa kau memilki emosional yang buruk?”
Gadis itu menatap datar Edward dengan pisau yang masih setia berada di leher Edward. Edward sendiri hanya melirik pisau itu dengan dingin sebelum denting lift menginterupsi keduanya dan membuat gadis itu menyimpan kembali pisau lipatnya.
Menyadari bahwa ada orang lain yang ingin masuk, Edward langsung menarik gadis itu keluar, membawanya untuk masuk ke dalam Lamborghini Veneno Roadster, mobil sport termahal asal Italia yang merupakan supercar seharga 4,5 juta dollar dan hanya di produksi sebanyak sembilan unit yang salah satunya berhasil di miliki oleh Edward.
Gadis itu hanya menurut tanpa perlawanan sedikitpun dan malah menyamankan posisi duduknya pada mobil dengan interior mewah itu.
“Apa ini anti peluru?”
Edward melirik gadis itu sebelum melajukan mobilnya meninggalkan kawasan apartemen elit. “Siapa kau sebenarnya?”
“Lizbeth, orang orang biasa memanggilku seperti itu.” “Elizaveta Zakharova, huh?”
Lizbet menyunggingkan senyum tipisnya. “Kau sudah mencari tahu tentangku ternyata.”
“Kau tidak sepenting itu.”
Lizbeth terkekeh pelan dan meraih ponselnya. “Waktuku terbuang dua puluh lima menit hanya untuk meladenimu, tuan. Kau harus membayar mahal waktuku yang terbuang ini.”
Edward bedecih sebelum melemparkan sebuah cek kosong. “Isi semaumu jika kau bisa membantuku menemukan keturunan Golden Rose.”
Lizbeth mengerutkan keningnya dan menatap Edward serius. “Siapa mereka? aku tidak pernah tahu. Apa mereka mafia?”
“Mereka menghilang tiga puluh lima tahun yang lalu. Ya, mereka adalah clan dari Rusia.”
Lizbeth mengangguk paham dan kembali mengulik ponselnya. “Apa aku bisa mempercayaimu menjadi partner kerja? Aku tidak ingin rugi, dan mengenai uangmu yang tak berseri itu aku tidak tertarik.” “Apa yang kau inginkan?” tanya Edward dingin.
Edward sangat tahu siapa Elizaveta Zakharova ini, seorang pembunuh bayaran dengan tarif termahal juga seorang sniper handal. Identitas diri yang hanya bisa di dengarkan dari cerita orang- orang membuat gadis itu semakin misterius. Bahkan tak banyak yang bisa bertemu langsung dengan gadis itu jika tidak memiliki hal penting untuk di bicarakan dan hal penting itu tentunya tidak jauh dari kasus melenyapkan nyawa seseorang. Entah mengapa keberuntungan berpihak pada Edward beberapa hari ini, selain bisa bertemu langsung dengan Vladmir Jarvis, ia juga bertemu langsung dengan Lizbeth.
“Dirimu. Aku ingin kita bermain adil. Aku akan membantumu dan kau juga membantuku.”
Edward menaikkan sebelah alisnya dan melirik Lizbeth, tidak ingin mengalihkan fokusnya pada jalan di depannya. Lizbeth yang mengerti maksud Edward agar memberikan penjelasan kembali bersuara.
“Aku mempunyai banyak misi untuk melenyapkan banyak nyawa.
Tapi sejauh ini, Robinson sangat sulit di temukan. Mengingat kejadian di kedai waktu itu, sepertinya dia juga bermasalah denganmu. Apa kau tidak penasaran?”
Bohong jika Edward tidak penasaran mengenai tembakan random yang menyambutnya saat menikmati kopinya waktu itu. Tapi Edward tidak pernah merasa berurusan dengan Robinson. “Apa yang kau tahu tentang dia?”
Lizbeth mengedikkan bahunya dan menaikkan kedua kakinya ke atas dashboard dengan ekspresi tanpa dosa bahkan ia tak berfikir jika Edward bisa saja menembak kepalanya karena berani mengotori sportcar mahal itu. Edward sendiri melihat hal itu hanya bisa menatap datar karena gadis seperti Lizbeth tidak mungkin bersikap anggun selayaknya tuan putri, dan hal itu terasa lebih baik bagi Edward dari pada harus membawa seorang tuan putri yang hanya akan membuatnya jengah dengan segala sikap manja yang sudah melekat.
“Kau mempunyai luka tembak, huh?” Lizbeth menoleh dan mengikuti arah pandang Edward pada pinggangnya yang terlihat karena kaosnya yang tersingkap ke atas.
“Lima tahun lalu saat melakukan pengawalan ketua mafia Spanyol menuju Ukraina. Beberapa orang menembak ban mobil kami hingga membuat kami jatuh ke dalam jurang.”
“Dan selamat?”
“Just, me and him, ketua mafia. Mereka masih mengejar kami hingga satu peluru sialan berhasil merusak kulit mulusku.”
“Aku yakin kau tidak akan berani memakai bikini setelah itu.” Lizbeth tertawa keras mendengar lelucon Edward yang di ucapkan dengan datar tanpa ekspresi. Laki laki di sampingnya itu sungguh unik, bagaimana bisa melotarkan lelucon dengan nada seperti itu. Astaga.. Lizbeth menggelengkan kepalanya.
“Aku lebih suka memakai leather jacket and jeans daripada bikini.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Dian Susantie
apa Lizbeth itu jgn² sebenernya keturunan Golden Rose..?? 🤔🤔
2023-03-11
0
Kirey Aning Setra
tuh kan.
sy yakin lizbetlah ank keturunan clan golden rose itu..
2021-11-29
0
atmaranii
tuhkan lizbeth itu kan misterius asal usulnya... sprtinya dy turunan golden rose s gdis mistrius itu...
2021-04-03
4