PART 1

Mobil yang ditumpangi Edward meluncur menuju salah satu club malam miliknya yang berada di Mexico City. Edward duduk dengan tenang di kursi belakang bagian penumpang, sedangkan di sebelah sopir ada Victor yang selalu memasang wajah serius.

Edward mengelus moncong pistolnya dengan lembut sebelum memasukkannya di balik jas mahal yang ia kenakan. Menghadapi Gustavo bukanlah hal sulit. Tapi musuh tetaplah musuh, selalu mempunyai cara licik dan memanfaatkan celah yang ada dengan baik, begitupun Edward. Ia tak ingin memberikan kesempatan bagi Gustavo untuk bisa lari darinya kali ini.

Tak lama mobil Edward dan beberapa anak buahnya berhenti di depan club besar. Edward yang sudah keluar dari dalam mobil kini melangkah tenang memasuki club yang langsung disambut oleh beberapa anak buahnya di sana. Edward berhenti beberapa langkah dari meja bartender dan menaikkan sebelah alisnya ketika melihat sosok perempuan sedang duduk di salah satu kursi dengan kepala menunduk.

Edward mengernyit. Pasalnya ini masih terlalu cepat untuk pergi menghabiskan waktu di dalam club. Bahkan mungkin club baru buka beberapa menit yang lalu.

“Siapa dia?”

“Entahlah boss, dia hampir setiap hari kemari. Tapi tak ada satupun yang mengetahui namanya.” Edward hanya diam mendengarkan jawaban anak buahnya.

Kemudian ia kembali melanjutkan langkahnya menuju sofa dimana sosok pria paruh baya menghisap cerutunya dengan santai, pria itu langsung melebarkan senyumnya melihat kedatangan Edward namun hanya dibalas tatapan dingin penuh misteri oleh lelaki bermata biru itu.

“Long time no see, Mr.Ed. Dan aku masih menyukai club milikmu ini.”

“Ya. Mungkin akan selamanya kita tidak bertemu lagi, Mr.Gustavo,” ucap Edward sebelum mengarahkan moncong pistolnya tepat pada pelipis pria di depannya.

“Aku masih menyukai teriakan kematian.” Gustavo masih terlihat tenang meskipun Edward sempat melihat raut keterkejutan pada wajah yang tak lagi muda itu.

“Wow easy, kita lama tidak bertemu. Apa ini caramu memperlakukanku, anak muda?” Edward semakin menekan moncong pistolnya hingga membuat kepala Gustavo terdorong ke samping.

“Apa kau punya wasiat terakhir?” Gustavo menelan ludahnya kasar. Perhitungannya kali ini meleset jauh. Ia tak mengira

Edward akan bergerak secepat ini dan mengetahui keburukannya. Bahkan kali ini Gustavo tak membawa anak buahnya, hanya beberapa bodyguard yang akan langsung tumbang jika menghadapi anak buah Edward.

“Apa yang kau lakukan Mr.Ed?”

“Membunuhmu.” Dengan cepat tubuh Gustavo ditahan oleh anak buah Edward ketika pria itu hendak menyerang Edward dan mencoba mengambil senjatanya. Edward terkekeh pelan dengan suara dalamnya.

“Kita akan bermain sebentar.”

“Bawa dia!” lanjut Edward memberikan perintah kepada anak buahnya.

Dua orang anak buah Edward langsung menyeret Gustavo dan membawanya pergi. Sedangkan Edward sendiri masih duduk santai menikmati minumannya, meneguk cairan bening pada gelas kristal itu dengan santai. Tatapannya terus tertuju pada perempuan yang masih setia duduk di depan meja bartender.

Perempuan itu mengangkat wajahnya dan menoleh hingga tatapannya beradu dengan mata biru Edward namun hanya sebentar, karena Edward lebih dulu memutuskan tatapan mereka saat ponselnya berdering. Perempuan itu masih setia menatap Edward yang berjalan menjauh hingga tak terlihat lagi di balik pintu keluar.

****

“Brengsek!” Gustavo terus mengumpat meskipun kini wajahnya sudah memar bahkan kemeja putihnya sudah tak lagi bersih akibat darahnya sendiri. Anak buah Edward tidak pernah main main dalam bertindak termasuk menyiksa siapa saja yang sudah di bawa ke dalam ruangan bawah tanah ini.

Setelah keluar club karena mendapatkan panggilan dari salah satu rekan bisnisnya, Edward langsung menyusul Gustavo yang dibawa oleh anak buahnya.

Di pojok ruangan itu, Edward duduk menyilangkan kedua kakinya dan menatap kondisi Gustavo dengan tatapan dingin. Bahkan bisa di bilang Edward menikmati setiap teriakan kesakitan yang terdengar merdu di telinganya. Edward berdiri, menggulung lengan kemejanya hingga siku, berjalan mendekati Gustavo dan menggunakan ujung sepatunya untuk mengarahkan wajah yang sudah mengenaskan itu agar mendongak. Gustavo menatap benci pemilik mata biru yang tengah berkuasa atas dirinya saat ini.

“Aku sudah memberimu banyak kesempatan untuk berhenti mengusikku. Tapi ternyata kau sangat bodoh, hingga tak menyadarinya.” Gustavo masih diam.

Ini adalah resiko jika berani mengusik Mr.Ed dan Gustavo pun sadar bahwa kesalahannya saat ini tak akan bisa membuatnya lari karena Mr.Ed tak akan membiarkan hal itu terjadi.

“Bunuh saja aku!” Teriak Gustavo.

Edward menaikkan sebelah alisnya. “Terlalu cepat jika aku membunuhmu sekarang, bagaimana jika aku beri kesempatan untuk menyaksikan seluruh usahamu jatuh di tanganku? Bukankah itu menyenangkan? Atau anggap saja ini bonus perpanjangan umur untukmu.” Edward menendang tubuh Gustavo hingga pria itu tersungkur, dengan angkuh Edward berjalan pergi, memberikan isyarat kepada anak buahnya untuk melanjutkan tugasnya. Menyiksa penghianat secara perlahan, kejam dan menyakitkan.

Edward tidak pernah ingin mengotori tangannya untuk menyiksa. Karena baginya tugas terakhir malaikat pencabut nyawa adalah membunuh, bukan menyiksa.

“Victor!” “Yes, Mr.Ed.”

Seolah mengerti keinginan Edward, Victor langsung memberikan sebuah laptop kepada Edward yang langsung diuliknya dengan cepat, masih duduk di atas sofa yang berada di ruang penyiksaan Gustavo. Jari jari panjang itu bergerak lincah bermain beberapa angka, kode dan bahasa yang tidak akan di pahami orang awam. Edward menyeringai ketika mendapatkan apa yang ia cari, di layar laptopnya sudah terpampang jelas aktivitas di dalam mansion keluarga Gustavo. Di sana terlihat istri dan anak Gustavo yang sedang menonton tv dengan santai.

“Apa yang akan kau lakukan, brengsek! Jangan sentuh mereka! Urusanmu hanya denganku!” Teriak Gustavo penuh frustasi ketika Edward mengarahkan layar laptopnya agar bisa di lihat oleh Gustavo. “Kau merindukan mereka?”

Gustavo mengeram marah, bahkan ketika tawa kecil Edward mulai terdengar mengerikan. Edward menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan hingga suara gemeletuk tulang yang sedang di lemaskan itu membuat suasana semakin mencekam. Edward menghela nafas ketika kembali menatap layar laptopnya, menyaksikan anak Gustavo yang paling kecil sedang bermanja di pangkuan ibunya bahkan tertawa lepas ketika istri Gustavo mulai menciumi anaknya itu dengan gemas.

“Tanda tangani berkas pemindahan kekuasaan seluruh club milikmu, dan ku biarkan keluargamu aman.”

Victor yang mendengar itu langsung menoleh, menatap tak mengerti Edward yang sepertinya merubah rencana awal untuk memiliki seluruh aset keluarga Gustavo. Lalu sekarang, mengapa hanya meminta club saja? Namun Victor tidak berani untuk bertanya. Tidak sekarang. Ya, nanti pasti Victor akan mengetahui alasan di balik keputusan tuannya.

“Hanya itu?!” Tanya Gustavo tak percaya.

Edward hanya diam, menatap Gustavo sejenak sebelum melangkah pergi meninggalkan ruangan itu bersama Victor yang selalu setia mendampinginya.

Terpopuler

Comments

Kirey Aning Setra

Kirey Aning Setra

Mr. Ed.. visualnya dong Thor

2021-11-29

0

Titik Oktifiyanti

Titik Oktifiyanti

q suka gaya Edward.....
langsung gak bertele²...🤭🤭

2021-10-17

0

iyut_PAntes

iyut_PAntes

masih punya hati karna liat kluarganya

2021-06-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!