Part 14

Lizbeth mengerjapkan matanya berkali kali, ucapan Edward beberapa saat yang lalu membuatnya sulit bernafas hingga jantungnya berdegub liar. Mata biru yang masih menatapnya itu tidak menunjukkan arti apapun selain sebuah keseriusan.

“Ed, aku—”

Edward masih diam dan tidak beranjak dari tempatnya yang mengurung Lizbeth di bawah tubuh keluarnya. Ia menanti kelanjutan kalimat Lizbeth yang terputus akibat gadis itu yang terlihat masih tak percaya dengan apa yang baru saja ia katakan. Edward bukan tipe orang yang suka bertele tele dalam mengatakan sesuatu. Seperti saat ini, dan Edward juga bukan orang yang suka bercanda dalam kondisi serius. Benar-benar tipe lelaki kaku dan menakutkan.

“Bagaimana bisa kau mengatakan demikian?”

“Aku hanya butuh jawaban Ya atau tidak,” tegas Edward kembali membuat Lizbeth gelagapan dan detik berikutnya gadis itu mendengkus.

“Kau tidak bertanya apapun! Jadi apa yang harus aku jawab? Kau hanya mengatak—”

“Menikahkan denganku,” potong Edward dengan ekspresi yang masih sama.

Lizbeth mendorong tubuh Edward dengan kuat hingga laki laki itu menyingkir dari atasnya kemudian merubah posisinya menjadi duduk dan juga menarik Lizbeth agar ikut duduk di sampingnya. Lizbeth sendiri masih mencoba menormalkan kembali detak jantungnya, ini lebih menegangkan daripada harus mengintai musuh sebelum menembaknya. Ya, situasi seperti ini belum pernah Lizbeth bayangkan sebelumnya.

Lizbeth berdehem ketika Edward masih setia menatapnya, menunggu jawaban yang akan ia berikan.

“Aku—” Lizbeth menarik nafas dalam sebelum melanjutkan

kalimatnya. “Dengar Ed, aku hanya mengenalmu sebatas Eduardo Estebat, seorang mafia kejam dari Amerika yang bahkan kau sendiri juga tidak mengenal siapa aku. Seburuk apapun duniaku, aku tetaplah seorang wanita yang ingin menikah layaknya manusia normal di luar sana yang menginginkan sebuah pernikahan dengan saling mengenal satu sama lain, saling mencintai juga—”

“Apa kau mencintaiku?”

Lagi lagi Lizbeth harus menahan kekesalannya akibat Edward yang terus memotong ucapannya. Namun ada hal yang lebih penting sekarang, yaitu pertanyaan yang di lontarkan oleh laki laki itu.

Apakah dia mencintai Eduardo Estebat?

Rasa itu mungkin sudah mulai ada sejak dirinya harus terlibat bersama mafia kejam itu. Tapi, apakah Lizbeth harus mengakuinya sekarang? Lalu bagaimana dengan perasaan Edward sendiri? “Apakah aku akan mendapatkan jawaban yang sama saat aku mengatakan...ya??” Tanya Lizbeth dengan nada ragu.

“Ya.” Jawab Edward cepat dan singkat. “Tapi aku tidak mengenal siapa dirimu, Ed.”

“Kita akan saling mengenal seiring berjalannya waktu. Kita akan ke New York besok.”

Lizbeth mengerutkan keningnya dan menatap tajam Edward yang sudah kembali merebahkan tubuhnya. “Apa maksudmu kita akan ke New York besok?!”

“Menikah. Apalagi?”

“Aku belum mengatakan apapun, dude!!” Teriak Lizbeth.

“Kau sudah mengatakan kau mencintaiku secara tidak langsung tadi. Dan itu sudah cukup untuk menjawab pertanyaanku mengenai persetujuanmu untuk menikah denganku. Aku tidak menerima seorang penghianat, Lizbeth, jika kau sudah mengatakan ‘ya’ maka tidak ada lagi alasan untuk menolak.”

“Shit! Aku tidak mengatakan apapun!! Jangan menganggapku seolah mainan atau menganggapku anak buahmu yang harus tunduk pada semua keinginannmu!” Geram Lizbeth siap melayangkan pukulannya yang langsung dengan sigap Edward hindari sebelum laki laki itu membalik keadaan hingga kini Edward yang menyerang. Edward mendorong tubuh gadis itu hingga telungkup di atas ranjang dengan kedua tangan yang Edward kunci pada punggungnya.

“Apa maumu, sialan!!”

“Jika kau ingin kuperlakukan baik baik berhentilah memberontak. Atau aku akan menggunakan caraku sendiri untuk menyeretmu menuju Altar!” Ancam Edward tanpa ingin menjawab pertanyaan Lizbeth mengenai apa yang laki laki itu inginkan sebenarnya.

Edward menatik rambut Lizbeth kebelakang hingga gadis itu mendongak. “Apa kau mencintaiku?” Bisik Edward dengan nada rendahnya.

Edward tersenyum miring dan melepaskan rambut Lizbeth. “Kau mencintaiku, Lizbeth. Jangan berusaha membohongiku karena aku tahu semuanya.” Bahkan aku tahu apa yang harus aku lakukan lanjut Edward dalam hati.

“Lalu bagaimana denganmu?! Tidak mungkin kau tidak mempunyai tujuan lain untuk ini, dan aku yakin kau tidak pernah memiliki rasa apapun padaku!”

Edward melepaskan kunciannya pada kedua tangan Lizbeth dan membiarkan gadis itu merubah posisinya hingga kini mereka saling menatap masih berada di atas ranjang luas itu. Deru nafas Lizbeth serta tatapan gadis itu cukup untuk menyiratkan kemarahannya saat ini.

“See,kau tidak bisa menjelaskan apapun padaku?”

“Aku mencintaimu,” ucap Edward tanpa menunggu lama dan langsung menarik tengkuk Lizbeth hingga bibir mereka bertemu. Edward sudah mulai melumat bibir tipis Lizbeth dengan cepat namun lembut membuat Lizbeth hampir saja kehilangan akal sehatnya. Ia tidak bisa berfikir jernih bahkan kalimat yang Edward ucapkan sebelumnya belum dapat Lizbeth cerna dengan baik. Semua berjalan begitu lambat menurutnya, setiap sentuhan Edward pada dirinya saat ini menimbulkan sensasi berlebihan yang membuatnya ingin terus bergerak. Bibir yang terus dicecap sesuka hati setiap inc nya itu mengalihkan fokus Lizbeth pada tangan besar Edward yang sudah bergerilya menjamah tubuhnya. Entah sejak kapan tubuh Lizbeth sudah terbaring di bawah tubuh besar Edward. Hingga semuanya berjalan begitu saja.

****

“Apa anda yakin dengan semua ini, tuan?” Tanya Victor yang sudah sampai di apartemen Edward tigapuluh menit setelah Edward menghubunginya dan menyuruhnya datang.

Edward meletakkan cangkir kopinya ke atas meja setelah menyesapnya sedikit. “Hhmm...aku sudah memperhitungkan semuanya.”

“Tapi bagaimana dengan diri anda sendiri? Ini bukan tujuan awal kita.”

Memang, dari sekian banyak anak buah Edward. Hanya Victor yang Edward percaya untuk mendengarkan segala rencana serta keputusannya untuk mengambil suatu tindakan. Bahkan laki laki itu juga akan senang hati mendengarkan segala ocehan Victor serta pendapat maupun ketidak setujuannya seperti saat ini. Edward mengerti bahwa Victor mengkhawatirkan dirinya dan tentu lebih memikirkan dirinya dari apapun itu.

“Kita berangkat setelah Lizbeth bangun. Segera siapkan semuanya setelah kita sampai di New York. Aku akan membawa Lizbeth menemui keluargaku setelah semuanya siap,” ucap Edward mengalihkan pembahasan sebelumnya.

Victor menghela nafasnya tak menyangka Edward akan bertindak sejauh ini bahkan sampai mengenalkan Lizbeth kepada kekuarga Miller juga Franklyn tentunya. Semua benar benar sudah berada di luar batasan. Edward keluar dari zona amannya demi sebuah hal yang bisa saja Edward lepaskan saat ini juga. Tapi sepertinya otak Edward mempunyai tujuan lain.

“Ini akan menjadi hal besar yang mengejutkan,” gumam Victor yang masih bisa di dengar oleh Edward.

Edward terkekeh pelan dan beranjak dari duduknya. “Ya,ya, aku tahu itu, Vic. Maka dari itu aku menyuruhku untuk menyiapkan segalanya. Karena aku tidak ingin merepotkan mom Alena.”

Victor meringis menatap punggung lebar Edward yang mulai menjauh menaiki anak tangga menuju kamarnya—tentunya. Victor hanya bisa berharap semua tidak akan serumit apa yang mereka bayangkan.

Edward mendekati ranjang dimana Lizbeth masih bergeming di dalam selimut tebal menyembunyikan tubuhnya yang tidak mengenakan apapun disana. Wajah cantik yang terlihat lembut saat tidur membuat Edward tak bisa mengalihkan tatapannya. Tangannya terulur untuk menyibak rambut Lizbeth yang menutupi sebagian wajah gadis itu. Mata biru Edward tertuju pada warna merah yang tercetak jelas pada leher Lizbeth akibat ulahnya semalam. Ia tak menyangka akan melakukan hal sejauh ini bersama gadis yang berhasil membuatnya melangkah keluar dari zona aman. “Kau tidak ingin bangun?”

Lizbeth membuka matanya sedikit ketika mendengar suara berat yang masuk ke dalam indra pendengarannya. Pada detik berikutnya, mata indah itu terbuka sempurna bahkan manik hijau itu menyorot Edward dengan tatapan yang berhasil membuat Edward ingin sekali meledakkan tawanya.

“Ed?”

“Kenapa?”

Lizbeth segera menarik selimutnya saat merasakan panas yang menjalar apa kedua pipinya mengingat apa yang sudah ia lakukan semalam bersama laki-laki itu.

Edward terkekeh pelan melihat tingkah Lizbeth ketika malu seperti ini yang justru menggemaskan di mata Edward. Oh—dimanakah gadis liar yang semalam terus meneriakkan namanya dan juga membuatnya terus bergairah? Sial! Edward frustasi sendiri jika pagi pagi seperti ini harus mengingat hal seperti itu.

“Bangunlah! kita akan berangkat ke New York.”

Lizbeth mendesah sedikit kesal dan merubah posisinya menjadi duduk dengan tangan yang masih mencengkeram erat selimut tebal itu untuk menutupi tubuh polosnya.

“Aku tidak mau!”

“Tidak masalah,” jawab Edward ringan “Maka aku akan menyeretmu ke dalam pesawat dengan kondisimu yang masih seperti ini.” “Damn!”

Edward tersenyum miring melihat Lizbeth yang memilih untuk beranjak dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.

Terpopuler

Comments

kiki

kiki

thor gak ada cerita hotnya sih

2021-06-30

0

kay_lyo

kay_lyo

Ceritanya bagus, gk bertele2.

2021-01-05

7

Indria Agustini

Indria Agustini

suka thor....👍👍👍👍👍👍

2020-12-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!