Part 8

Edward berjalan memasuki kantor yang sudah beberapa hari ia tinggalkan dengan langkah tenang. Aura penuh kuasa dan pesona membuat semua orang yang berpapasan saat itu menundukkan kepadanya hormat, namun tak sedikit dari pegawai wanita yang mencuri pandang pada makhluk tampan yang menjadi atasan mereka. Edward sendiri bukan pribadi yang angkuh dan kaku, laki laki itu justru tak segan membalas sapaan dari para pegawainya dengan anggukan dan senyum tipis. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Mr.Ed selalu asik menjadi topik perbincangan pegawai wanita ketika jam istirahat atau ketika mereka berkumpul. Edward sendiri tidak mempermasalahkan hal ini selama kinerja mereka baik baik saja dan tidak menyalahgunakan jam kerja sebagai waktu untuk bergosip ria. Lagipula pegawainya cukup tahu diri dan sangat enggan bila harus kehilangan pekerjaan mereka hanya karena sedang asik bergosip.

Victor segera menghampiri Edward ketika laki laki itu sudah duduk di kursi kebesarannya.

“Selamat pagi, Mr.Ed. Saya tidak tahu anda akan kembali hari ini.” “Tak masalah Vic, aku sengaja kembali ke New York karena aku lebih suka mereka yang mencariku,” jawab Edward dengan senyum miringnya.

Edward sengaja kembali ke New York bukan tanpa alasan. Laki laki itu yakin bahwa saat ini anak buah Robinson sudah mencarinya dan sudah pasti tahu jika Edward berada di New York. Hal itu akan memudahkan Edward karena secara tidak langsung mereka bersedia keluar dari sarang mereka secara suka rela tanpa harus di paksa. Edward bukan tipe orang yang suka mengejar dan mencari dimana markas musuhnya dengan tindakan yang membuang banyak waktu, ia akan melakukan banyak trik agar musuhnya keluar dengan sendirinya dari persembunyian.

“Lalu bagaimana dengan gadis itu? Bukankah mereka juga mengincarnya?"

Victor sangat tahu apa yang sudah terjadi di Mexico meskipun dirinya tidak ikut kesana. Orang kepercayaan Edward itu selalu memantau keberadaan tuannya agar bisa bergerak cepat untuk mengirimkan agen terlatih mereka agar segera membantu jika Edward terdesak, meskipun hal itu belum pernah terjadi. Edward selalu mengatasi segalanya dengan mudah ketika laki laki itu mengatakan aku akan pergi sendiri. Semua langkah yang dia ambil selalu penuh perhitungan dan ketelitian, bahkan jauh sebelum ia bergerak sudah pasti Edward akan mencari informasi informasi mengenai targetnya.

“Dia akan segera mencariku kesini. Mungin nanti malam atau paling lambat besok pagi,” ujar Edward santai.

Jangan anggap bahwa Edward melepaskan Lizbeth begitu saja, dia sudah melakukan sesuatu pada gadis itu sebelum dirinya berangkat ke New York. Dan dipastikan bahwa gadis itu akan segera mencarinya.

Victor hanya bisa mengangguk. Entah mengapa Victor merasa Edward sengaja melakukan hal ini karena gengsinya yang terlalu tinggi untuk meminta gadis itu ikut bersamanya.

“Anda benar benar melakukannya?” “Menurutmu bagaimana?”

Edward membuka laci mejanya dan mengambil sesuatu dari sana. sebuah kartu tipis berwarna gold ia keluarkan dari kotak hitam yang ia ambil dari dalam laci tadi. Edward menggesekkan kartu itu pada pinggiran meja kerjanya hingga meja itu terbelah menjadi dua. Dari belahan meja itu terdapat sebuah kotak lagi yang langsung terbuka setelah Edward kembali menggesekkan kartu tipis itu di atasnya. Edward mengambil botol kecil yang di dalamnya berisi cairan berwarna biru muda dan meninggalkan botol yang berisi cairan berwarna biru tua di dalam kotak itu sebelum kembali menutupnya hingga meja yang tadi terbelah kembali menyatu sempurna. Edward memasukkan botol kecil itu ke dalam sakunya dan kembali menyimpan kartu rahasianya pada tempatnya. Victor yang melihat itu semua hanya bisa menelan ludahnya kasar, ia tak menyangka Edward akan sekejam ini bahkan hanya karena menginginkan Lizbeth agar mencarinya. Victor sangat tahu apa cairan berwarna biru muda itu, cairan itu adalah penawar racun yang sudah pasti Edward berikan pada LIzbeth. Bayangkan saja, Edward meracuni Lizbeth dengan sengaja agar gadis itu mencarinya untuk mendapatkan penawar. Well, meskipun racun itu tidak akan langsung mematikan karena bekerja sangat lambat, tapi hanya Edward lah yang mempunyai penawarnya.

Biasanya Edward akan memberikan racun itu kepada tahanannya yang ingin ia siksa secara perlahan atau ingin membunuhnya secara perlahan tanpa harus menyentuhnya. Edward bahkan memiliki tim khusus untuk menciptakan berbagai racun dan obat obatan demi memenuhi kebutuhan di dunia mafianya. Banyak mafia dari berbagai negara bekerjasama dengannya untuk membeli racun ataupun obat obatan, tapi Edward hanya akan menjual produk produk itu dengan terbatas bahkan Edward tidak pernah menjual produk yang mematkan. Ia tidak bodoh, jika musuh sudah memiliki senjatanya maka akan dengan mudah ia di kalahkan, maka dari itu Edward hanya menjual racun dan obat dengan dosis sedang sementara dirinya sendiri memiliki banyak racun mematikan dan obat penyembuh luka yang bekerja dengan cepat, bahkan semua racun yang ia miliki selalu ada penawarnya tidak seperti yang ia jual. “Dia sudah bergerak rupanya,” gumam Edward memperhatikan ponselnya yang menunjukkan pergerakan Lizbeth.

Edward sudah memasangkan alat pelacak pada tubuh Lizbeth ketika malam pesta pernikahan sepupu Robinson waktu itu. Saat Edward memberikan chip hitam berukuran kecil dan mengatkan bahwa itu alat sadap dan pelacak Edward tidak berbohong. Tapi Lizbeth tidak menyadari jika bukan benda itu yang bekerja, melainkan lapisan tipis transparant yang akan langsung menyatu pada kulit dengan sempurna setelah chip itu ditempelkan langsung pada kulitnya. Meskipun chip itu sudah di lepas, namun lapisan tipis yang sudah menyatu dengan kulitnya tidak akan bisa di lepas jika tidak Edward yang melakukannya. Laki laki jenius itu memiliki seribu cara agar musuhnya tidak curiga.

Edward tersenyum puas melihat Lizbeth yang menyadari kondisi tubuhnya dengan cepat, tidak di ragukan bahwa gadis itu cukup hebat dalam pengetahuan seperti ini. Mungkin sekarang Lizbeth sudah mulai merasa tenggorokannya yang tidak nyaman seperti sedang panas dalam. Itu adalah efek awal dari racun yang berada di tubuhnya, karena perlahan rasa sakit akan menjalar di seluruh tubuh bahkan akan menyumbat saluran pernafasan. Apa Edward kejam? Ya, karena saat ini dia sedang memerankan Eduardo Estebat, iblis mempesona yang mematikan. Bukan Edward Miller sang pemilik hati malaikat.

“Apa yang harus saya lakukan, Mr.Ed?” tanya Victor.

Edward menyandarkan tubuhnya pada kursi dan mengusap dagunya dengan angkuh awasi gadis itu dengan baik.

“Tenang saja aku hanya memberikan dalam dosis rendah, dia pasti bisa bertahan.”

Victor mengangguk dan permisi untuk keluar meninggalkan Edward sendiri di dalam ruangan luas itu. Edward menghela nafasnya dan kembali memperhatikan pergerakan Lizbeth, ternyata gadis itu sudah berada di bandara terlihat dari titik merah yang berhenti pada suatu tempat. Titik merah itu adalah Lizbeth sedangkan tempat itu adalah bandara Mexico. Edward segera meretas CCTV yang ada di sana agar dapat melihat wajah Lizbeth, tak membutuhkan waktu lama untuk Edward mendapatkan apa yang ia inginkan. Laki laki itu terus mengamati ekspresi Lizbeth melalui ponselnya. Hingga sebuah ketukan pintu membuat Edward langsung mematikan ponselnya dan mengizinkan seseorang itu untuk masuk.

Edward mengembangkan senyumnya dan bergerak cepat memeluk wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu.

“Mommy sendiri? Kenapa tidak menghubungiku? Aku bisa menyuruh supir menjemputmu.”

Alena tersenyum dan mengelus kepala Edward lembut. “Tidak perlu sayang, mommy hanya mampir sebentar karena merindukanmu.” Edward mengajak Alena untuk duduk di sofa, bahkan tanpa malu Edward memeluk ibu angkatnya itu dari samping dan menyenderkan kepalanya pada bahu Alena. Alena sendiri hanya bisa terkekeh geli melihat sikap Edward.

“Apa kau tidak malu jika ada yang melihat kelakuanmu ini?” “Tidak akan ada yang berani masuk ke dalam ruanganku, mom.” Edward mendongak dan kembali menegakkan duduknya. “Mom, apa aku boleh menanyakan sesuatu?”

Alena mengangguk dengan senyum yang tak kunjung hilang. Edward terdiam cukup lama hingga sebuah helaan nafas terdengar pelan.

“Apa mom tahu mengenai tanda di tengkukku?”

Alena menggeleng dan menatap lembut Edward. “Itu sudah ada sejak aku menemukanmu di kursi taman, bayi tampan yang membuatku jatuh cinta dan membawanya ke mansion Franklyn. Bahkan aku tidak berfikir dua kali untuk mengakuimu sebagai anakku di depan semua orang meskipun sudah jelas bahwa saat itu aku belum menikah. Mommy beruntung bisa menemukanmu saat itu di waktu yang tepat atau bayi mungil tanpa dosa itu akan kehujanan. .”

Hati Edward mendadak nyeri melihat Alena yang menangis. “Mom.”

“Mom mencintaimu, nak. Jadi jangan berfikir untuk pergi dari keluarga kita, mom tidak melarangmu untuk mencari tahu siapa orang tua kandungmu. Mom hanya takut.. Takut jika suatu saat kau pergi dari kami, meninggalkan mom ketika sudah tahu siapa orang tua kandungmu. Sudah tiga puluh lima tahun kau hadir dalam kehidupan mom, dan semenjak kau mulai menanyakan asal usulmu sepuluh tahun yang lalu..ketakutan mom seolah menjadi nyata.”

Edward segera memeluk Alena dengan erat, bagaimana bisa ia meninggalkan malaikatnya begitu saja? Tidak, bahkan Edward rela jika harus memberikan nyawanya demi Alena.

“Maaf, aku tidak bermaksud menyakiti, mom. Kalian keluargaku, dan mom adalah ibuku. Aku tidak akan meinggalkan kalian.”

Sekali lagi, Edward menekan perasaannya dengan kuat saat mengatakan hal itu, apalagi ketika mengingat bahwa ibu kandungnya sudah meninggal dibunuh oleh mafia. Rasa rindu akan pelukan ibu kandung yang ia rasakan selama ini harus kembali di buangnya jauh jauh..karena pada nyatanya, Tuhan memang sudah menakdirkan bahwa posisi Alena tidak akan pernah bisa digeser sebagai malaikat bagi Edward sekalipun itu ibu kandungnya, bahkan pelukan Alena tak akan tergantikan oleh siapapun.

“Aku sangat bahagia saat-saat di mana harus merawatmu, mengajarimu banyak hal, membantumu berjalan dan makan dengan benar. Bahkan aku menyukai saat dimana aku harus begadang demi dirimu dan aku akan menangis saat melihatmu sakit. Apa kau tahu, waktu itu seisi mansion panik hanya karena mom berteriak memanggil uncle Al dengan keras sambil terisak saat tengah malam kau demam tinggi.”

Tanpa sadar air mata Edward menetes mengingat saat ia belajar naik sepeda dan Alena yang merupakan seorang putri Franklyn rela untuk berpanas panasan menemaninnya belajar naik sepeda dan terus menjaga agar tidak terjatuh. Ya, sejak dulu Alena memang tak akan membiarkannya terluka begitupun Edward, setelah menginjak usia remaja Edward sudah mulai berjanji pada dirinya sendiri untuk menjaga Alena dengan nyawanya sendiri. Meskipun Alena bukan ibu yang melahirkannya, tapi Alena berperan lebih dari itu dalam hidupnya. Edward tidak akan mampu membalas kasih sayang Alena dan keluarganya dengan apapun selain berusaha menjaga mereka dan melakukan apa saja jika ada yang berani mengusik mereka.

“Terima kasih mom, terima kasih.” Edward terus menggumamkan kalimat itu dan tanpa rasa malu lagi menangis di pundak Alena.”

Terpopuler

Comments

Fitri Khazman

Fitri Khazman

sekuat kuatnya laki laki pasti akan pasti akan cengeng didepan seorang ibu yah walaupun bukan kandung

2021-04-08

3

temok

temok

babang ed mafia syang mamak y....

2021-03-09

1

kay_lyo

kay_lyo

Edward anak baik tp Eduardo mafia sadis. Edward seperti org yg memiliki kepribadian ganda..

2021-01-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!