Di dalam dinding ruang pelindung transparan yang berwarna merah, aku dan Raja Monster berdiri saling berhadapan dengan tatapan tajam satu sama lain.
"Sebelum kita bertarung, ada hal yang ingin kutanyakan padamu?" kataku, "Kau yakin para bawahanmu itu akan melepaskanku setelah aku mengalahkanmu?"
Jangan sampai setelah aku menang, hal yang tak diinginkan terjadi. Sedia payung sebelum hujan.
"Bocah, apa kau sedang menghinaku?" balas kesal monster itu.
Apa yang di bicarakan monster ini? Menghina?
Berkat perkataannya, aku hanya terdiam sambil memasang wajah yang kebingungan.
"Dengar baik-baik bocah sialan, walaupun penampilan kami seperti ini,"
Penampilan tak ada hubungannya bukan? Atau mungkin ada? Dan juga, jangan memanggilku bocah paman monster, namaku Shi- Fuma, Fuma!
Potongan ingatan yang sesekali masih muncul, sedikit menggangguku.
"…aku adalah orang yang tidak pernah mengingkari janjiku, tidak seperti kalian para manusia yang dengan mudahmya mengingkari janji kalian. Jadi, tidak perlu khawatir, bawahanku pasti akan melepaskanmu. Itupun jika kau berhasil menang."
Benar juga…
Tanpa sadar aku sedikit tersenyum, menyadari peluang kemenanganku yang di bawah rata-rata.
"Bocah, cepat sebutkan namamu!"
"Fuma?"
"Ragnarok! itu adalah namaku."
Oh, nama yang ba-
"Duel Dimulai!"
Tepat setelah monster yang menyebut dirinya Ragnarok mengatakan itu, dia melompat dari tempatnya, menerjang ke arahku.
Serangannya di buka dengan dengan sebuah pukulan uppercut yang membuatku seketika terlempar cukup keras ke belakang.
Sial! Aku bisa melihat serangannya tapi…tubuhku tak bisa merespon dengan baik.
Dengan sedikit bersusah payah, aku berusaha berdiri kembali.
Ragnarok dengan cepat kembali berlari ke arahku, melancarkan pukulan menyamping dengan tangan kanannya.
Terlihat, tapi…
Bukk! atau apapun bunyinya.
Aku lagi-lagi terlempar.
Dengan posisi yang masih terbaring, terlihat Ragnarok tak menunggu dan segera berlari menuju ke arahku, lagi.
Ragnarok melompat, membuatnya berada di atasku dengan kedua kaki besarnya, berusaha menginjakku. Aku yang masih dalam posisi terbaring memaksakan tubuhku untuk bergerak.
Bergeraklah tubuhku! Siaal!
Lantai bergetar, suara retakan terdengar ketika kaki Ragnarok mendarat di atasnya.
Aku berhasil menghindari serangan itu dengan menggelindingkan badanku ke arah samping.
Fiuh, tadi itu hampir saja.
Sibuk mengeluh, sebuah pukulan dengan cepat mengarah ke wajahku.
Bergerak, ayo bergerak tubuhku!
Entah kenapa, aku dapat melihat serangan Ragnarok. Secara refleks menunduk dan melangkah ke depan, aku menghindari pukulan itu. Tak menunggu lama, aku melancarkan serangan balasan dengan melompat dan melesatkan sebuah pukulan menggunakan tangan kiriku - pukulan yang mengarah ke wajah Ragnarok.
Bukk!
Pukulanku mengenai wajah-
Eh?
Ragnarok tak bergeming sama sekali, menyadari hal itu, segera setelah mendarat aku dengan cepat melompat ke belakang untuk menjaga jarak aman.
"Lumayan," kata Ragnarok dengan gabungan nada santai dan meremehkan.
Ragnarok mengeluarkan pedang besarnya.
Woi, melawanmu tanpa menggunakan senjata sudah merepotkan asal kau tahu.
Tanpa basa basi, serangan pertama pedang Ragnarok mengarah kepadaku, sebuah ayunan pedang dari arah kanan tepat mengincar leherku.
Gawat!
Tanpa pikir panjang, aku langsung membungkuk dengan tangan kiri menopang beban tubuhku. Angin yang cukup kencang berderu, di sebabkan ayunan pedang besar Ragnarok yang melewati atas kepalaku. Untuk sesaat, aku merasakan sesuatu menjalari tulang sumsumku, membuatku merinding tanpa alasan yang jelas.
Bahaya. Apa aku sedang ketakutan? Yah sudah pasti aku ketakutan bukan?
"Glek."
Aku menelan ludahku sendiri.
Sadar bahwa satu serangan saja yang mengenaiku sudah cukup untuk membuatku terbunuh. Dengan kaki dan tangan kiriku sebagai tumpuan, aku melompat ke belakang - dengan cepat membuat tubuhku kembali seimbang tepat setelah mendarat sambil bersiap menerima serangan selanjutnya dari Ragnarok.
Keringat mengalir dari pelipisku, turun ke wajah dan akhirnya menetes ke lantai melalui daguku. Tepat setelah itu, Ragnarok melancarkan serangan keduanya, ayunan pedang dari atas, siap membuat tubuhku terbelah menjadi dua bagian.
Aku bergeser ke samping untuk mengindari serangan tersebut, lantai retak akibat serangan yang tak mengenai sasaran itu.
Tapi tak sampai disitu, Ragnarok langsung memutar tubuhnya, mengayungkan pedangnya ke belakang, dan membuat serangan dari arah sebaliknya, aku yang tak mengira serangan itu sadar tak dapat menghindarinya.
"Tch!"
Suara dentingan terdengar saat kedua pedang kami saling berbenturan.
Tapi di luar dugaan, aku terlempar cukup jauh ke samping akibat tak kuat menahan kekuatan ayunan pedang besar Ragnarok.
Aku berusaha untuk berdiri kembali, namum tangan kananku masih gemetar akibat menahan serangan barusan.
"Hahh… hahh… hahh," aku berusaha mengatur kembali nafasku yang sudah semakin menipis.
Sial! Aku tak menyangka perbedaan kekuatan kami akan sebesar ini.
Yang bisa kulakukan saat ini hanya menatap dengan kewaspadaan penuh padanya.
…
Nafas yang tak beraturan, wajah yang penuh dengan keringat, tangan yang gemetaran, mungkin itulah kondisiku saat ini.
"Hooh, kau memiliki tatapan yang bagus," kata Ragnarok, "Akan kuubah tatapanmu itu menjadi tatapan keputusasaan!"
Apa dia baru saja memujiku?
Tanpa memberi waktu lebih banyak kepadaku untuk beristirahat, Ragnarok langsung berlari ke arahku untuk melancarkan serangan berikutnya. Kanan, kiri, atas, bawah, serangan demi serangan terus menghujaniku tanpa henti. Aku yang belajar dari kesalahan tadi, hanya berusaha berlari dan terus menghindari serangan demi serangan dari Ragnarok.
Meskipun begitu, ada yang terasa menjanggal, seiring berjalannya pertarungan, serangan Ragnarok semakin lama semakin cepat dan kuat, akupun semakin tak bisa mengimbangi gerakannya.
Apa yang sebenarnya terjadi? Serangan monster ini semakin cepat dang kuat seiring berjalannya waktu.
Menghindari tebasan pedang yang datang, aku menunduk, dan dengan nafas yang terengah-engah melompat ke belakang untuk sekali lagi menjaga jarak.
Tidak, bukan itu! bukan serangannya yang bertambah cepat dan kuat, tapi staminaku yang semakin lama semakin berkurang. Bukan hanya dari segi kekuatan, aku juga kalah dari segi daya tahan kah? Sekarang apa yang harus kulakukan?
Pertarungan masih saja berlanjut dengan Ragnarok yang mendominasi, aku masih saja terus berlari dan menghindar, membuat staminaku semakin lama semakin berkurang.
Aku tidak boleh terus seperti ini!
Tak butuh waktu lama, pertarungan yang monoton di antara kami akhirnya berubah dengan aku yang melakukan kesalahan. Atau setidaknya mungkin itulah yang terlihat.
Saat aku mencoba menghindari serangan Ragnarok yang berikutnya, aku kehilangan keseimbangan kakiku, membuatku mulai terjatuh kebelakang, Ragnarok yang melihat itu tak menunggu lama langsung mengayungkan pedangnya dengan sekuat tenaga dari arah atas.
Ha, ini dia, aku hanya bisa memasang senyum kecil dan menerima kematianku dengan bahagia.
…
Bercanda.
Aku menggunakan pedangku untuk menopang tubuhku yang hampir terjatuh, setelah itu segera mengambil momentum dan menghindar, dalam sekejap mata keadaan menjadi terbalik.
Kesempatan emas!
Aku langsung mengayungkan pedangku menuju leher Ragnarok yang sedang berada dalam jangkauan.
…
Darah menetes kelantai menandakan seranganku yang berhasil mengenai sasaran.
Tch! Gagal kah?
Tanganku bergetar hebat selagi aku memperkuat genggaman tangannku.
Tebasanku memang berhasil mengenainya, tapi serangan itu mengenai lengan kiri Ragnarok, bukan lehernya.
Sebelum seranganku tadi mengenai lehernya, Ragnarok dengan cepat melompat ke belakang, membuat lehernya selamat tapi lengan kirinyalah yang menjadi korban.
Jika bertanya padaku, itu adalah tebasan yang cukup dalam, tapi tak sampai membuat lengan Ragnarok terputus, aku gagal mengambil kesempatan emas barusan - kesempatan yang tidak akan terjadi untuk kedua kalinya.
"Kelihatannya aku terlalu meremehkanmu bocah," sahut Ragnarok menaruh pedangnya di punggungnya. "Siapa sangka kau akan berpura-pura kehilangan keseimbangan untuk membuatku lengah. Tapi, bukan itu yang membuatku terkejut. Kau yang mampu memikirkan sebuah rencana meskipun dalam situasi yang sesulit tadi, aku saja mungkin tak bisa melakukannya," dia memujiku.
Termakan pujiannya, akupun membalasnya. "Kalau soal itu, terima kasih."
"Karena itulah! Aku akan melawanmu dengan serius kali ini, sebaiknya kau bersiap bocah!" tegas Ragnarok memegang pedang dengan kedua tangannya.
Jadi dia belum serius? Dan juga, apa tangannya tidak sakit sama sekali?
Ragnarok kembali berlari menuju ke arahku, tapi gerakannya sudah tak secepat tadi, itu mungkin karena lengan kirinya yang terluka.
Aku yang bisa di bilang sudah terbiasa dengan serangan super cepat Ragnarok tadi, dapat menghindarinya dengan cukup mudah, bahkan aku juga sempat melancarkan beberapa serangan balasan, meski tak ada satupun yang mengenainya hingga saat ini.
Pertarungan antara aku dan Ragnarok masih terus berlanjut, dan sepertinya sebentar lagi mencapai puncaknya. Ragnarok menyerangku dari bawah, akupun menghindarinya dengan melompat ke atas, tiba-tiba membuka mulutnya, perlahan di dalam mulut Ragnarok muncul sesuatu yang menyala.
Aku merasa hal yang buruk akan segera terjadi.
Dengan cekatan aku mendarat di atas pedang Ragnarok yang masih terayun, menggunakannya sebagai pijakan untuk melompat ke belakang.
Tak butuh waktu lama firasat burukku menjadi kenyataan, sebuah semburan api yang cukup besar keluar dari mulut Ragnarok.
Jika tadi aku tidak segera melompat kebelakang , mungkin sekarang aku sudah hangus terbakar - mungkin kataku.
Jadi itu yang dia maksud melawanku dengan sungguh-sung-
Tiba-tiba Ragnarok sudah berada tepat di depanku, dia menggunakan api tadi untuk menutupi pandanganku terhadap dirinya, ayunan pedang besar dari bawah ke atas menyerangku.
Gawat! Aku tak akan sempat menghindarinya!
Tanpa berpikir lebih lama lagi, aku menggunakan pedangku untuk menahan serangan Ragnarok, dan kejadian selanjutnya sudah tertebak.
Aku terlepar jauh ke belakang sampai akhirnya menabrak dinding pelindung, kepalaku terbentur dengan sangat keras hingga aku dapat merasakan darah keluar dari sana, pedang yang kugunakan patah, kepalaku mulai terasa pusing, perlahan, pandanganku mulai kabur, tak lama setelah itu, aku tak sadarkan diri dengan tangan yang menggenggam pedang patah. Kurasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Khalil
nga ngerti alurnya
2021-06-19
1
★Merepotkan~
Ragnarok-san KELUAR!! Keren namanya 👍🌲🎉
2021-05-10
0
Army
k
2021-04-25
1