Pemandangan pertama yang aku lihat saat tersadar - aku sudah berada dalam sebuah ruangan yang gelap, di depanku terdapat sebuah bola hitam kecil yang mengambang seakan tak terpengaruh oleh yang namanya gravitasi.
"Aku, di mana? Apa yang terjadi padaku?
…
"Ah aku ingat, kepalaku berdarah akibat terbentur di dinding dan tak sadarkan diri setelah itu. Aku pasti sudah mati di bunuh oleh monster sialan itu. Sial! Padahal kupikir aku sudah bisa menang melawannya!" aku membuat mataku berkeliling, "Jadi ini yang di rasakan seseorang setelah meninggal huh? Sangat berbeda dari bayanganku selama ini."
Kesunyian yang berkuasa di ruangan ini seketika lenyap oleh suara yang tiba-tiba terdengar. Suara yang entah datang dari mana - suara yang tidak asing bagiku. Entah kenapa, aku serasa pernah mendengarnya, tapi di mana?
"Kau belumlah mati, dan kau juga belum kalah dalam duel itu. Sekarang ini, tubuhmu sedang tak sadarkan diri, dan sebentar lagi akan dihantam oleh monster yang kau lawan dalam duel, kurasa," kata suara misterius itu.
"Siapa? Tunjukkan dirimu! Jangan menjadi seorang pengecut!" teriakku merasa sedikit panik.
"Menyebut dirimu sendiri dengan sebutan pengecut, kau benar-benar bodoh ya? Aku sekarang berada tepat di depanmu," jawab suara misterius itu.
"Maksudmu kau adalah bola hitam kecil itu?"
Aku memfokuskan pandanganku ke arah bola hitam itu.
"Ya, itu aku."
"Hmm, jadi begitu. Aku punya banyak pertanyaan untukmu… apa ya-?"
"Kau tidak punya banyak waktu sekarang, aku akan menjawab semua pertanyaanmu setelah kita bertemu lagi nanti. Untuk sekarang, dengarkan dan ingat baik-baik yang aku akan katakan. 'kau bisa menggunakan sihir', cukup bayangkan saja, maka sihirmu akan muncul dengan sendirinya. Nah, sekarang cepat bangunlah!"
"Hah? Tunggu dulu, aku belum sele-"
Bola hitam kecil itu perlahan mulai menghilang dalam pandanganku. Seketika aku menjadi sadar kembali dengan Ragnarok yang sudah berada di depanku
Wuuuss!
Pedang besar Ragnarok sudah terayun.
Awas saja jika kau berbohong bola kecil sialan! Aku bisa menggunakan sihir, aku bisa menggunakan sihir, aku bisa menggunakan sihir!
Aku terus mengulang kata-kata itu didalam pikiranku.
Bayangkan, bayangkan, bayangkan!
Suara dentingan terdengar.
Pedang Ragnarok tiba-tiba terhenti oleh sesuatu yang berbentuk seperti akar pohon yang menggeliat menahan serangan tersebut.
Memasang wajah kebingungan, Ragnarok memutuskan melompat ke belakang untuk menjaga jarak.
Aku sendiri juga masih terkejut, saat ini tubuhku sedang di kelilingi oleh aura hitam, lantai tempatku berdiri juga berubah menjadi hitam, dan dari situ muncul sesuatu yang bergerak menggeliat, mirip dengan sebuah akar pohon atau malah tentakel gurita? Unjung dari benda ini sangat runcing dan berwarna hitam.
…
Penyihir yang ada di luar dinding pelindung itu ikut terkejut, sementara ke-4 monster lainnya? Mereka hanya terdiam, itu kerena mereka menutup mata dan berusaha berkonsentrasi agar pelindungnya tidak rusak.
Dengan wajah terkejut wanita penyihir itu berkata, "Itu! Sihir kegelapan?! Bukan, sihir kegelapan tak seperti itu, berarti sihir itu adalah… banyangan? Ya! Tidak salah lagi, itu sihir bayangan! Aku tak pernah menyangka bisa melihat sihir bayangan yang disebut-sebut sangat langka di tempat seperti ****ini****."
Sementara di dalam dinding pelindung, pertarungan yang sebenarnya baru saja akan di mulai.
…
"Jadi ini yang namanya sihir huh?" tanyaku pada diriku sendiri selagi menatap tanganku yg dipenuhi aura berwarna hitam, "Jika yang dikatakan bola hitam kecil itu benar, maka…"
Salah satu dari bayangan hitam berbentuk akar pohon di sekitarku tiba-tiba memanjang menuju ke arah Ragnarok.
Ragnarok yang melihat itu terlihat tak terkejut sama sekali. Dia menggunakan lebar pedangnya untuk menahan serangan bayanganku. Tapi, tepat sebelum membentur pedang Rangnarok, Aku membuat bayangan hitamku berhenti dan sedikit merubah arahnya menuju ke bawah, kemudian langsung menusuk kaki kanan milik Ragnarok.
"Argghhh!"
Suara teriakan besar terdengar dari Ragnarok, dengan cepat dia menyemburkan api dari mulutnya dan membakar bayangan yang menyerang kakinya.
Bayanganku terbakar dan segera menghilang, Aku yang melihat itu sedikit terkejut.
Bayangan dapat dibakar oleh sebuah api? Seharusnya tidak kan?!
Membuang jauh pikiranku itu, aku memilih untuk fokus pada pertarunganku saja.
Lupakan semua hal yang tidak penting, diriku.
Ragnarok yang sekarang bukannya marah ataupun kesal, dia malah tersenyum puas dan kelihatan mulai bersemangat.
"Oi bocah, sebutkan namamu sekali lagi?" tanya Ragnarok.
"Fuma?" jawabku kebingungan.
"Baiklah Fuma! Antara Elemen Bayangan milikmu, atau Elemen Api milikku, kita lihat mana yang lebih kuat!"
Tiba-tiba udara di dalam ruangan ini berubah menjadi lebih panas dari sebelummya, aura merah keluar dari tubuh Ragnarok, matanya juga tiba-tiba berubah menjadi kobaran api, tak sampai di situ, pedang besarnya mulai di selimuti aura merah yang terlihat panas.
Tak ingin di desak seperti sebelumnya, aku menyerang Ragnarok lebih dulu. Kali ini bukan hanya satu, tapi empat bayangan berujung runcing mengarah ke Ragnarok. Tapi Ragnarok sudah tak di posisinya tadi, saat sadar, aku sudah terlempar akibat tebasan pedang Ragnarok, membuatku sekali lagi terbentur cukup keras di dinding pelingdung.
Meringis kesakitan, aku berusaha untuk segera bangkit.
Tubuhku masih terhubung satu sama lain, mungkin itu karena aura hitam yang menyelimutiku. Tapi tetap saja aku merasa kesakitan, dan bagian tubuh yang terkena serangan Ragnarok tadi terasa seperti sedang terbakar.
Aku berusaha untuk bangkit kembali, namun Ragnarok tak membiarkannya, sebuah tebasan dari atas menghantam tubuhku, membuat lantai di bawahku hancur berkeping-keping.
"Ugh!" Sekali lagi, aku meringis kesakitan.
Belum puas, serangan Ragnarok belum selesai, setelah tubuhku terbentur di lantai, dia menendangnya dengan sangat keras, membuatku terlempar sekali lagi.
"Ah! Sakit, sakit, benar-benar sakit! Sial! Kenapa setiap kali aku berfikir akan menang, akhirnya selalu seperti ini?" aku mengeluhakan itu dalam pikiranku.
...----------------...
Kondisi tubuhku saat ini benar-benar buruk, aku kesulitan untuk bernafas, pendarahan di kepalanku semakin parah, di tambah tubuh yang penuh dengan luka bakar, pandanganku juga sudah mulai buram, sebentar lagi mungkin aku sudah tak sadarkan diri.
"Aku sudah muak dengan akhir seperti ini, kali ini akan kupertaruhkan semua yang kumiliki pada serangan berikutnya!" gumamku sambil berusaha untuk berdiri kembali.
Setelah berhasil berdiri, seluruh aura hitam yang menyelimuti tubuhku perlahan menghilang, semuanya berkumpul pada pedang patah yang masih berada di tangan kananku. Pedang yang tadinya berwarna putih, kini berubah menjadi sebuah pedang yang memancarkan aura hitam pekat.
Seakan tak mau kalah, Ragnarok yang melihat itu juga melakukan hal yang sama, seluruh aura merah yang mengelilingi tubuhnya menghilang, pedangnya sekarang juga diselimuti aura merah menyala.
"Ini akan menjadi serangan penghabisan! Mari kita lihat sihir Element siapa yang lebih kuat!" teriak Ragnarok.
Aku dan Ragnarok sekarang tidak memiliki pertahanan apapun, keheningan sesaat terjadi di ruangan persegi, sampai…
"Kemari!" teriak Ragnarok
"Haaaaaaa!"
Aku tak berteriak, hanya Ragnarok.
Berlari menuju ke arah satu sama lain, Aku dan Ragnarok saling mengayungkan pedang kami.
Suara dentingan pedang lagi-lagi terdengar, hempasan angin yang kuat tercipta setelahnya, saat kedua pedang kami saling berbenturan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Dian
Mantab
2021-04-18
1
Army
mmmmm
2021-04-17
1
Army
huft
2021-04-16
1