Sudah 5 hari berlalu sejak aku meninggalkan desa Mura. Setidaknya aku sudah melewati beberapa desa dan saat ini tengah berada di sebuah padang rumput yang sangat luas. Di depannku, terlihat kumpulan pegunungan yang menjulang cukup tinggi, berbaris acak, dengan awan yang menghiasi puncaknya.
Masih terus melangkahkan kaki menuju gunung yang berada tepat di depan mataku, angin berhembus dengan nikmatnya.
Jadi itu gunungnya huh? Dilihat dari dekat ternyata lebih besar dari dugaanku.
Semakin dekat ke gunung tersebut, 2 orang pria bersirah putih dilengkapi dengan pedang yang tersarung di pinggangnya masuk ke dalam pandanganku - sedang berdiri, di depan sebuah goa yang cukup besar.
Kalau tak salah itu Jalan masuknya, dan 2 prajurit itu pasti orang yang di tugaskan menjaganya.
"Tolong berhenti dulu, kami akan memeriksa anda dan barang bawaan anda, mohon menurut dan jangan melawan," kata salah satu prajurit dengan bosan.
Menuruti yang dikatakan sang penjaga, aku membiarkan diriku dan barang bawaanku di periksa - walaupun yang aku bawa hanyalah sebuah tas kecil yang berisikan barang-barang yang di berikan Stela.
Memangnya apa yang tak boleh masuk ke dalam Kerajaan Geomor, seorang *******?
"Hmm, kau asli manusia, bagaimana dengan barang bawaanya?" tanya sang prajurit pada temannya.
"Barang bawaannya aman, hanya tas kecil yang berisi peta, kristal sihir, dan juga beberapa uang," jawab penjaga yang memeriksa barang bawaanku.
"Baiklah kau boleh masuk, terowongannya cukup gelap jadi hati-hati saat melangkah," sahut penjaga yang memeriksaku.
Meskipun begitu… jadi ini terowongan huh? aku pikir sebuah gua.
Berjalan mengambil tas kecilku, aku melangkah masuk ke dalam terowongan. Berjalan dengan hati-hati, suasana di sini cukup sunyi, yang terdengar hanyalah suara langkah kakiku dan suara tetesan air yang jatuh dari atap-atap terowongan. Sesekali aku juga sempat berpapasan dengan beberapa kereta kuda yang sedang menuju keluar dengan menngunakan kereta. Penerangan di sini juga tak terlalu bagus, terowongan ini hanya diterangi beberapa obor, yang setiap obornya berjarak 2 meter dengan obor lainnya.
Sebenarnya seberapa panjang terowongan ini? Aku sudah berjalan kurang lebih selama setengah jam, namun ujungnya belum juga kelihatan.
Aku menghela.
Tapi setidaknya, aku bisa keluar dari terowongan ini tanpa masalah apapun, mau berjalan 2 jam pun aku tak ada masalah.
Namun, hanya beberapa langkah setelah aku memikirkan hal barusan, getaran yang sangat kuat terjadi, saking kuatnya, getaran membuat langit-langit terowongan ini runtuh, membuatku terkubur hidup-hidup dalam terowongan.
Untungnya, dengan refleks cepat, aku berhasi menciptakan bayangan pipih padat di atasku, membuat bebatuan yang runtuh tertahan di sana.
Aku menghela.
Kelihatannya aku harus belajar untuk tak memikirkan hal-hal buruk.
Setelah terkurung selama 10 menit - kurasa - getaran kembali terjadi, sebelum akhirnya bebatuan yang ada di sekitarku menghilang. s
Samar-samar aku mendengar suara dia langkah kaki.
"Apa barusan gempa?" aku membersikan debu yang hinggap di pakaianku.
Perlahan, cahaya merah terlihat, membuatku tahu bahwa terowongan ini sudah kembali menjadi seperti sebelumnya.
Dua prajurit muncul tak lama setelahnya "Kau tak papa?" tanya salah satu prajurit, berjalan mendekat ke arahku.
"Ya," jawabku.
Selesai memastikan keadaanku, sang prajurit mulai berbicara, "Kau segeralah keluar dari terowongan ini, jalan keluarnya memang masih cukup jauh, tapi berusahalah! Kami berdua akan mencari korban selamat lainnya, bawa ini," salah satu prajurit memberi obor yang di pegangnya padaku.
"Kalau tak salah, aku sempat berpapasan dengan seseorang yang menaiki kereta kuda, kelihatannya mereka juga tertimpa reruntuhan," kataku.
"Kalau begitu terima kasih, kau segeralah keluar dari sini, tempat ini berbahaya!"
Sang prajurit segera pergi bersama temannya.
Di tinggal sendirian akupun bejalan menyusuri terowongan ini dengan sebuah obor yang di berikan oleh salah satu prajurit tadi.
Terus berjalan, aku akhirnya berhasil keluar dari terowongan ini. Hal pertama yang masuk ke dalam pandanganku setelah keluar adalah kumpulan prajurit yang terlihat sangat kelelahan.
"Hahh, hahh, hahh… membuat terowongan berjarak ratusan meter hanya dengan 10 pengguna Element tanah sangatlah melelahkan," keluh salah seorang prajurit terlihat kelelahan.
Jadi mereka semua yang membuat bebatuan yang ada dalam terowongan tadi menyingkir huh?
Salah satu prajurit yang tak sengaja melihatku, berjalan menghampiriku dengan wajah yang terlihat masih kelelahan.
"Kau, hahh… tak papa? Apa kau teluka?" tanyanya selagi mengatur nafas.
"Ya, begitulah. Aku tak mengalami luka yang berarti sama sekali."
"Baguslah kalau begitu, kau segeralah masuk ke dalam kota, di sini biar kami yang urus," ucap prajurit yang bertanya tadi dengan nafas yang sudah kembali pulih.
Menuruti apa yang di katakan sang prajurit, aku menoleh ke arah depan - terlihat sebuah benteng yang cukup tinggi dan sepertinya mengelilingi kota di dalmnya, dengan beberapa prajurit lengkap berjaga di atas benteng itu tentunya.
Mulai berjalan mendekat ke arah pintu gerbang benteng tersebut, tak butuh waktu lama, akupun sampai di depan pintu besar gerbang, pintunya bergerak dan terbuka dengan sendirinya.
Sepertinya tidak ada pemeriksaan lagi.
Berjalan masuk melewati pintu gerbang, aku melihat sekitar, suasananya sangat berbeda dari luar istana, bukannya panik karena habis terjadi sebuah gempa, para penduduk Kerajaan Geomor melakukan aktifitasnya masing-masing dengna tenang, seolah tak terjadi apa-apa.
Suara seorang pedagan yang sedang menjajakan dagangannya kepada calon pembeli, suara ibu-ibu yang sedang menawar sebuah barang, suara anak-anak yang berlarian di jalan kota, dan masih banyak lagi.
Benar benar kota yang damai.
Baru saja memasuki kota, yang paling menarik perhatianku adalah sebuah bangunan yang terlihat mencolok dan lebih besar dari semua banguanan lain.
Tentu saja, pasti ada sebuah istana kan?
Mengamati istana tersebut dari kejauhan, entah kenapa bentuknya sama persis seperti yang kubayangkan.
Sepertinya aku tak akan menemui masalah saat berada di Kerajaan yang damai ini.
Bruukk!
Seketika, entah datang dari mana, seseorang menabrakku hingga membuat kami berdua terjatuh.
Tch, aku terlalu serius menatap kota sampai tak menyadari kedatangan orang ini! - dan juga, sepertinya aku benar-benar harus mengendalikan pikiranku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Ferly Ina
Hadir lGi thor 😊
2021-02-26
0
Kenzi Rezi
mcnya banyak mikir..wkwkwkwk
2021-02-14
2
VaLe~
like hadirrr
2021-02-03
0