Jangan mengkhawatirkan apa pun.

💌 Whisper of love season 2 💌

 

🍀 HAPPY READING 🍀

.

.

"Bukankah kau ada pekerjaan Levin?" ucap Gavin setelah mereka meluapkan segala perasaan mereka dan saling tangis-tangisan.

"Astaga kak, aku sampai lupa." kata Levin menepuk keningnya.

"Kau bisa pergi." kata Gavin lagi.

"Saya permisi dulu kak. Jika ibu sudah sadar langsung hubungi aku, kak." kata Levin mengingatkan.

"Ehm.." Gavin memegang lengan Levin "Baiklah, hati-hati di jalan." Ucapnya lagi.

Levin mengangguk, lalu menepuk lengan Gavin. Levin pun keluar dari kamar rawat tempat ibunya dirawat. Ia menutup pintu ruangan itu dengan pelan.

Leona mengambil kursi dan duduk dihadapan kakaknya. "Bagaimana acara pernikahan Joevanka kak?" tanya Leona menatap Gavin dengan sendu. Karena ia tahu kakaknya menyimpan perasaan buat Joevanka. Pasti Gavin terluka. Joevanka adalah wanita pertama yang ia percaya.

"Aku tetap pergi Leona. Tapi aku tidak mengikuti acara pemberkatan lagi. Aku berangkat besok pagi agar tiba di sana sore hari."

Leona mengangguk. Ia kembali terdiam lagi. Ia larut dalam pikirannya. Sesekali ia menatap Gavin yang menunduk sedih.

"Padahal aku ingin sekali bertemu Joevanka kak. Aku ingin liburan juga kak, Ehmm.. Sangat di sayangkan." Wajah Leona mengerucut sedih. Ia pura-pura mengambil perhatian Gavin.

"Lain kali kita bisa liburan Leona. Sekarang yang terpenting ibu sehat dulu. Kakak gak akan lama di sana. Setelah acara resepsi kakak langsung pulang kok." ucapnya.

Leona mengangguk. "Kakak sudah mengabari Joevanka?"

"Nanti kakak akan menghubungi Joevanka." Jawab Gavin. "Kau bisa pulang Leona, siang ini kau ada ujian semester. Lebih baik pergunakan waktumu untuk belajar di rumah. " Kata Gavin tersenyum samar.

Leona melihat jam yang ada dipergelangan tangannya. Masih ada dua jam lagi. "Baiklah kak, itu pilihan yang baik. Sore aku ke sini lagi untuk mengganti kakak." Kata Leona bangkit dari duduknya. Ia mengambil tas ransel yang ada di atas meja.

"Rajin-rajin belajar Leona." Kata itu tidak bosan Gavin ucapkan. Sekedar mengingatkan. Agar Leona tetap mempertahankan beasiswanya.

"Siap kak!" Leona menghormat dan mengangguk sambil tersenyum. Ia pun keluar kamar dan menutup pintu ruangan itu dengan pelan.

Kini Gavin tinggal hanya berdua dengan ibunya. Suhu ruangan semakin terasa sejuk. Ia tersenyum lembut menatap ibunya. Gavin menarik selimut itu semakin ke atas. Ia mengambil tangan ibunya. Ia mengusap tangan itu dengan lembut. Gavin mendesah panjang. Lalu meletakkan tangan itu ke pipinya. Alis Gavin mengerut sedih. Matanya berkaca-kaca melihat ibunya yang belum sadar juga.

"Ibu akan melakukan operasi secepatnya. Aku berjanji ibu. Aku akan melakukan apa pun agar ibu sehat lagi, jadi sadarlah ibu. Lihat aku !" Suara Gavin berubah parau. Ia menundukkan kepalanya, membenamkan wajah di kedua tangannya yang menyilang di atas ranjang rumah sakit.

Tak berapa lama terdengar suara ketukan pintu pelan.

Tok tok tok.

Gavin mengangkat wajahnya. Ia bangun dari duduknya dan berjalan ke arah pintu. Wajah Gavin mengerut.

"Kau belum pergi?" tanya Gavin dengan heran.

Leona tersenyum menunjukkan deretan giginya yang rapi. Ia mengangkat sebuah bungkusan di tangan kanannya. "Aku membelikan makanan buatmu kak." Leona menyerahkan bungkusan itu kepada Gavin.

Gavin tersenyum simpul. Leona memang sangat perhatian kepadanya. Ia selalu sigap jika itu menyangkut keperluan Gavin. Ia juga tidak merasa repot harus mondar-mandir mengantarkan makanan untuknya ketika ibu sudah menyiapkan makanan untuk di antar ke apartemennya.

"Jangan lupa di makan kak. Aku pergi dulu." ucapnya melambaikan tangan.

"Leona! hati-hati di....." Leona sudah hilang di pembelokan.

Gavin tersenyum tipis sambil menggeleng. Ia mengangkat bungkusan itu untuk mencium aroma dari makanan. Gavin kembali berjalan dan meletakkan di atas meja. Ia harus makan agar tetap kuat. Gavin pun mulai makan. Walau dengan tampang tidak berselera. Bukan karena makannya tidak enak. Tapi karena pikirannya yang benar-benar masih berkecamuk.

⭐⭐⭐⭐⭐

Malam mulai meranggas, kota Australia terasa hening. Ibunya masih belum sadar. Sepertinya ibu masih nyaman dengan tidurnya. Leona tidak kembali lagi karena hujan deras melanda kota Australia. Ia memilih belajar di rumah. Sekarang rintik-rintik hujan itu masih setia membasahi bumi.

Sementara sesekali Gavin melangkah ke dekat jendela, membuka jendela itu sedikit. Dari lantai sepuluh matanya di arah kan ke bawah rumah bergaya kontemporer menjadi salah satu pilihan hunian yang sangat nyaman dan bergaya di Australia. Beberapa orang masih saja terlihat melintas walau jam mulai menapaki di angka pukul 23.00 malam. Gavin sesekali menoleh ke belakang. Ibunya sama sekali tidak terganggu dengan suara gorden jendela terkibas tertiup angin. Udara dingin menusuk tubuh Gavin.

Gavin menatap langit. Gavin tidak bisa melihat bintang di saat hujan. Bintang tertutup awan tebal yang membawa air hujan. Gavin tersenyum samar. Senyuman yang tidak bisa ia artikan sendiri.

Mengapa harus ada malam yang menggantikan siang..

Mengapa harus ada putaran waktu untuk menggantikan hari demi hari..

Mungkin agar Gavin bisa terus menemukan hari esok..

Esok..dan esok kemudian..tak tau sampai kapan.. Apakah ada seseorang yang akan datang mengisi hatinya?

Gavin teringat perkataan Levin. Mereka juga mengharapkan dan ingin melihat dirinya mempunyai keluarga sendiri.

Jodoh itu rahasia Tuhan. Sekuat mana pun Ia setia, selama mana pun Gavin menunggu, sehebat mana pun Ia merancang, seusaha mana pun Gavin bersabar, sejujur mana pun Ia berbagi kasih, itu tetap rahasia Tuhan.

Seperti biasa ia melakukan ritualnya menghembuskan napas lewat mulut mencoba menstabilkan perasaan di dalam hatinya yang kalut. Gavin mengambil ponselnya untuk menghubungi Joevanka.

"Hai Gavin, seharusnya kau sudah tiba di sini. Aku menunggu kabar darimu. Apa kau sudah tiba?" kata Joevanka dari seberang.

Gavin tersenyum." Maaf Joe, aku tidak bisa menghadiri acara pemberkatan mu besok. Ibu tiba-tiba mendapat serangan jantung."

"Apa???" Joevanka terkejut. "Bagaimana keadaan ibu sekarang?" tanyanya.

"Sudah baik Joe, ibu tidak bisa datang menghadiri acara bahagiamu. Ibu menyampaikan rasa minta maaf untukmu Joe." Kata Gavin menurunkan pandangannya.

"Tidak apa-apa Gavin, yang penting ibu sehat dulu. Nanti aku akan berkunjung ke Australia. Tapi kau masih bisa hadirkan?" Tanya Joevanka penuh harap.

"Aku akan usahakan penerbangan pagi Joe,"

"Syukurlah, tapi ibu sudah benar baikan kan? Apa kau perlu bantuan ku Gavin, ingat kita keluarga, kau adalah kakakku, Gavin. Jangan sungkan untuk mengatakannya. Aku dengar ibu ingin melakukan operasi?" kata Joevanka.

"Sampai saat ini ibu baik-baik saja. Jangan khawatir Joe. Lusa adalah hari bahagiamu. Kau harus tetap menjaga kesehatan. Bagaimana hasil pemeriksaan terakhir mu?" tanya Gavin mengalihkan.

"Hasilnya sudah keluar setelah aku menjalani MRI. Kata dokter tidak perlu melakukan operasi. Hanya tetap menjaga pola makanan dan terus minum multivitamin yang diresepkan dokter. Aku harus rutin meminumnya selama enam bulan. Nanti dokter akan melakukan pemeriksaan ulang kembali." jelas Joevanka.

"Syukurlah, aku ikut bahagia Joe." Kata Gavin tersenyum.

"Terima kasih Gavin."

"Sampai bertemu di sana Joe."

"Oke Gavin. Aku tunggu kedatanganmu. Sampaikan salam buat ibu, Leona dan Levin ya."

"Ehmmm, "

TIT

Panggilan terputus, Gavin menatap ponselnya. Malam yang melelahkan. Ia kembali masuk dan menutup jendela yang terbuka. Gavin mendekati ranjang rumah sakit untuk melihat keadaan ibunya.

"Ibu masih belum bangun? Besok ibu harus bangun ya. Aku merindukan senyummu bu." Gavin mendekat dan mencium dahi ibunya dengan lembut. Ia berjalan menuju sofa untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Sepertinya malam ini adalah malam yang melelahkan buatnya. Tak hanya karena begitu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan tapi ada satu hal yang terus mengganggu pikiran dan hatinya. Gavin berusaha memenjamkan matanya. Ia meletakkan tangannya pada dahinya. Sesaat ia ingin menghentikan pikirannya mengenai Joevanka. Kenapa ia masih belum mau melepasnya. Gavin menarik napas, sesungguhnya ia sadar Joevanka hanyalah seperti kepulan asap yang tak bisa diraihnya.

Besok adalah lembaran baru untuk menghentikan perasaannya ini.

Saat gerimis dan cahaya rembulan purnama yang tak mungkin menyatu. Itu ternyata terjadi pada malam ini dan saat-saat yang tak pernah dibayangkan Gavin. Bukan tak bahagia ataupun bukan pula benci tapi Gavin tak tahu harus seperti apa, hingga perjalanan yang dihanyutkan dalam dinding-dinding waktu pun tak sanggup menahan gemuruh gemetar gelagat risau hati yang tak pernah berujung.

Ya malam ini memang malam yang teramat melelahkan baginya, tak hanya raga namun hati dan jiwa yang lelah, rapuh. Malam ini Gavin hanya ingin bermimpi indah. Bermimpi tentang kehidupannya yang berubah menjadi sangat menyenangkan..tidak sendiri lagi..tidak membosankan lagi..dan tidak hanya begini. Gavin memejamkan mata berharap rasa lelah ini dapat menguap. Namun rasa kantuk itu belum juga datang. Ia menghela nafas pelan di iringi senyum kecil. Gavin masih bersyukur. Tidak sulit untuk dapat membuatnya merasa jauh lebih baik.

Waktu memang terus berjalan, tapi waktu tidak pernah mengejar kita.

Pelan-pelan, perlahan.

Nikmati setiap detiknya.

Gavin ingin tenang dan menikmati setiap proses. Tidak memikirkan biaya operasi ibunya dan juga tidak memikirkan perasannya kepada Joevanka lagi. Jangan mengkhawatirkan banyak hal yang sesungguhnya hanya perlu diserahkan pada Tuhan.

BERSAMBUNG

❣️ Nah begitu dong Gavin bangkit untuk semangat ya sayang 🤗🤭🤣

💌BERIKAN LIKE DAN KOMENTARMU💌

💌 BERIKAN VOTEMU 💌

💌 BERIKAN BINTANGMU 💌

Terpopuler

Comments

Viviana Friska 💖

Viviana Friska 💖

Gavin kakak terbaik

2021-07-28

0

Susilawati Dewi

Susilawati Dewi

kasian keluarganya gavin

2021-03-17

0

Dewi Ariyanti

Dewi Ariyanti

💪💪💪gavin

2021-02-09

0

lihat semua
Episodes
1 Mengawali karier Ivannia.
2 Gavin mengikuti Pelatihan.
3 Pertama Kali Menjadi Asisten
4 Pertemuan tidak diduga.
5 Ivannia mengetahui kebenaran.
6 Gavin kakak yang terbaik.
7 Tidak akan mempercayai lagi.
8 Hembusan angin malam
9 Membuka lembaran baru.
10 Menghentikan perasaan ini.
11 Mario lelaki arogan
12 Ivannia merasa lebih baik
13 Mengulang momen kebersamaan
14 Pagi yang menyebalkan
15 Mencari tahu keberadaan Mario
16 Rayuan Gombal Halbret
17 Secepatnya melakukan operasi.
18 Persaudaraan yang tulus.
19 Jangan mengkhawatirkan apa pun.
20 Menghadiri pernikahan Joevanka
21 Hidup itu penuh tantangan
22 Tidak ada lagi cinta.
23 Selamanya akan membencimu.
24 Kau bisa keluar!
25 Gavin putus asa.
26 Masa lalu yang tak termaafkan.
27 Ivannia mendengar semua
28 Demi rasa kemanusiaan
29 Merasa bersyukur.
30 Kebingungan Gavin.
31 Lambat serasa menyayat
32 Fakta mengejutkan.
33 Keluarga yang terbaik.
34 Promosi Jabatan baru.
35 Cinta yang luar biasa
36 Gavin menyelesaikan tugasnya.
37 Kerjasama yang baik.
38 Kehangatan Keluarga
39 Berharap ingin bertemu denganmu.
40 Paket teror tanpa nama.
41 Jabatan baru general manager
42 Pertemuan yang menciptakan debaran
43 Cinta tidak semudah dibayangkan.
44 Tidak akan pernah mencintainya.
45 Aku tidak bisa menggapainya.
46 Membawa pasangan masing-masing.
47 Melakukan tugas Amber.
48 Cintaku tetap menunggumu.
49 Pembalasan untuk keluarga Donisius.
50 Ikutlah ke pesta bersamaku.
51 Seperti Gavin, mungkin?
52 Menunggu kedatangan Leona.
53 Kau tetap adik kecilku.
54 Kejutan dari Halbret
55 Kebahagiaan yang sesungguhnya.
56 Cerita tentang cinta.
57 Masih di kisah cinta kita.
58 Sindrom kehamilan simpatik.
59 Bertumbuh dan bersemi.
60 Menikmati keindahan alam.
61 Ingin membuktikan cintanya.
62 Aku terlalu mencintaimu
63 Melepaskan rasa rindu.
64 Kau akan menderita
65 Pertemuan tidak diinginkan.
66 Kejutan ulang tahun Ivannia.
67 Kejutan ulang tahun selanjutnya.
68 Perasaan takut itu hilang.
69 Mengetahui kebenaran.
70 Tidak memberi ampunan.
71 Tidak menerima alasan.
72 Surat pengunduran diri.
73 PENCULIKAN.
74 Ivannia harus ditemukan.
75 Berusaha melarikan diri.
76 Mulai melakukan pencarian.
77 Berusaha meloloskan diri.
78 Pertempuran hebat.
79 Penanganan cepat kepada Ivannia.
80 Menangis dalam diam.
81 Tidak bisa menggambarkan.
82 MALAM YANG HANGAT.
83 KONTROL KE RUMAH SAKIT
84 CARA UNTUK MENGALIHKAN PERHATIAN.
85 SENYUM KEBAHAGIAAN.
86 KABAR MENGEJUTKAN.
87 Pernikahan Halbret dan Amber.
88 FITTING BAJU PENGANTIN.
89 WAJAH PANIK GAVIN.
90 MASUK PERANGKAP SENDIRI.
91 Mengecek Kesiapan Pernikahan.
92 Malam Pelepasan Masa Lajang
93 HARI YANG MENDEBARKAN.
94 JANJI SUCI PERNIKAHAN
95 ACARA RESEPSI PERNIKAHAN.
96 HONEYMOON DI KOTA ROMANTIS.
97 HONEYMOON ROMANTIS PART 2
98 HONEYMOON ROMANTIS PART 3
99 HONEYMOON ROMANTIS PART 4
100 BISIKAN CINTA.
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Mengawali karier Ivannia.
2
Gavin mengikuti Pelatihan.
3
Pertama Kali Menjadi Asisten
4
Pertemuan tidak diduga.
5
Ivannia mengetahui kebenaran.
6
Gavin kakak yang terbaik.
7
Tidak akan mempercayai lagi.
8
Hembusan angin malam
9
Membuka lembaran baru.
10
Menghentikan perasaan ini.
11
Mario lelaki arogan
12
Ivannia merasa lebih baik
13
Mengulang momen kebersamaan
14
Pagi yang menyebalkan
15
Mencari tahu keberadaan Mario
16
Rayuan Gombal Halbret
17
Secepatnya melakukan operasi.
18
Persaudaraan yang tulus.
19
Jangan mengkhawatirkan apa pun.
20
Menghadiri pernikahan Joevanka
21
Hidup itu penuh tantangan
22
Tidak ada lagi cinta.
23
Selamanya akan membencimu.
24
Kau bisa keluar!
25
Gavin putus asa.
26
Masa lalu yang tak termaafkan.
27
Ivannia mendengar semua
28
Demi rasa kemanusiaan
29
Merasa bersyukur.
30
Kebingungan Gavin.
31
Lambat serasa menyayat
32
Fakta mengejutkan.
33
Keluarga yang terbaik.
34
Promosi Jabatan baru.
35
Cinta yang luar biasa
36
Gavin menyelesaikan tugasnya.
37
Kerjasama yang baik.
38
Kehangatan Keluarga
39
Berharap ingin bertemu denganmu.
40
Paket teror tanpa nama.
41
Jabatan baru general manager
42
Pertemuan yang menciptakan debaran
43
Cinta tidak semudah dibayangkan.
44
Tidak akan pernah mencintainya.
45
Aku tidak bisa menggapainya.
46
Membawa pasangan masing-masing.
47
Melakukan tugas Amber.
48
Cintaku tetap menunggumu.
49
Pembalasan untuk keluarga Donisius.
50
Ikutlah ke pesta bersamaku.
51
Seperti Gavin, mungkin?
52
Menunggu kedatangan Leona.
53
Kau tetap adik kecilku.
54
Kejutan dari Halbret
55
Kebahagiaan yang sesungguhnya.
56
Cerita tentang cinta.
57
Masih di kisah cinta kita.
58
Sindrom kehamilan simpatik.
59
Bertumbuh dan bersemi.
60
Menikmati keindahan alam.
61
Ingin membuktikan cintanya.
62
Aku terlalu mencintaimu
63
Melepaskan rasa rindu.
64
Kau akan menderita
65
Pertemuan tidak diinginkan.
66
Kejutan ulang tahun Ivannia.
67
Kejutan ulang tahun selanjutnya.
68
Perasaan takut itu hilang.
69
Mengetahui kebenaran.
70
Tidak memberi ampunan.
71
Tidak menerima alasan.
72
Surat pengunduran diri.
73
PENCULIKAN.
74
Ivannia harus ditemukan.
75
Berusaha melarikan diri.
76
Mulai melakukan pencarian.
77
Berusaha meloloskan diri.
78
Pertempuran hebat.
79
Penanganan cepat kepada Ivannia.
80
Menangis dalam diam.
81
Tidak bisa menggambarkan.
82
MALAM YANG HANGAT.
83
KONTROL KE RUMAH SAKIT
84
CARA UNTUK MENGALIHKAN PERHATIAN.
85
SENYUM KEBAHAGIAAN.
86
KABAR MENGEJUTKAN.
87
Pernikahan Halbret dan Amber.
88
FITTING BAJU PENGANTIN.
89
WAJAH PANIK GAVIN.
90
MASUK PERANGKAP SENDIRI.
91
Mengecek Kesiapan Pernikahan.
92
Malam Pelepasan Masa Lajang
93
HARI YANG MENDEBARKAN.
94
JANJI SUCI PERNIKAHAN
95
ACARA RESEPSI PERNIKAHAN.
96
HONEYMOON DI KOTA ROMANTIS.
97
HONEYMOON ROMANTIS PART 2
98
HONEYMOON ROMANTIS PART 3
99
HONEYMOON ROMANTIS PART 4
100
BISIKAN CINTA.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!