💌 Whisper of love season 2 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
"Selamat sore nona Ivannia." Sapa wanita paruh baya itu tersenyum.
Berneta menyambut Ivannia yang baru tiba di kediaman Donisius. Ivannia baru kembali dari liburannya. Ia mengambil koper dari Brian dan membungkukkan badannya dan membiarkan Brian meninggalkan ruangan keluarga.
"Nyonya lagi tidak ada non, beliau sedang keluar bersama nona Joevanka untuk menemui perancang busana dan mempersiapkan acara pernikahan bersama tuan Ivander, begitu juga.... "
"Aku sudah tahu...!" Ucap Ivannia memotong ucapan Berneta. Ivannia mengangkat tangannya agar Berneta tidak melanjutkan ucapannya lagi. Ivannia melangkah ke dapur untuk mengambil minuman yang bisa menyegarkan tenggorokannya. Ia meneguk minuman itu berulang kali.
"Apa perlu saya buatkan makanan nyonya?" Tanya Berneta, mengikuti langkah Ivannia.
"Tidak usah Berneta. Aku ingin istirahat." ucapnya berjalan meninggalkan Berneta.
"Non..anda seperti kurang sehat nona? apa anda sakit?" kata Berneta.
"Aku tidak sakit..." jawab Ivannia dingin.
"Anda seperti patah hati nona. Wajah anda sebelum berangkat tidak seperti ini. Apa sesuatu terjadi nona?" Berneta lupa dengan siapa dia bicara. Biasanya keusilannya sering ia lakukan jika bersama dengan Ivander saja.
Mendengar itu, langkah Ivannia berhenti. Ia memutar tubuhnya menatap Berneta dengan tajam. "Kau sudah terlalu banyak bicara Berneta. Aku tidak suka, kau mengerti." sarkas Ivannia dengan ketus. Sorot matanya sudah tidak bisa ditebak Berneta lagi.
"Ups!" Berneta tiba-tiba menutup mulutnya. "Maafkan saya nona." Berneta menunduk. Tidak berani mengangkat wajahnya.
Ivannia berdecak kesal lalu meninggalkan Berneta, Ia tidak menjawab. Ia hanya kembali berjalan dan memandang ke depan dan terus menaiki tangga. Ivannia berjalan ke kamarnya dengan langkah lunglai. Ia membuang tasnya ke kasur. Ivannia terduduk di lantai. Punggungnya berada kesandaran kasur. Ia memenjamkan matanya. lalu ia membenamkan wajahnya di antara ke dua kakinya. Rasanya ingin menangis lagi. Ivannia berhasil menjatuhkan air matanya. Matanya memicing memandang ke arah nakas, sebuah foto berukuran kecil ia letakkan di sana. Gambar dirinya dengan Mario.
Ivannia menutup matanya dengan erat. Sakit tentu saja sakitnya masih membekas. Luka yang baginya sangat sulit untuk di sembuhkan.
Hati Ivannia begitu hancur. Mario dengan mudahnya mengatakan tujuannya. Tidak ada rasa kasihan. Ia bahkan pergi meninggalkan Ivannia seorang diri di sana bersama wanita lain. Yang lebih menyakitkan lagi Mario tidak akan berhenti jika ia tidak menghancurkan Donisius. Ivannia tersenyum miris. Ia mengepalkan tangannya begitu kuat. Rasa marah kembali menguasai dirinya. Hatinya begitu teriris-iris benda tajam. Membuat celah bekas sayatan yang membuat lukanya bakal susah sembuh. Hingga dalam sekejap terasa begitu hampa dan begitu memilukan.
Ia harus bicara dengan Ivander. Hari ini ia akan tahu kebenaran. Ivannia kembali membenamkan wajahnya di antara ke dua kakinya.
Tiba-tiba terdengar suara notifikasi dari ponselnya. Ia menarik kembali tas selempang yang di buang nya di atas tempat tidur. Ivannia mengambil ponselnya dan benar saja.
Dilayar handphone-nya telah tercantum nama Amber. Sahabat usil yang paling anti melihatnya bersedih jika itu menyangkut soal pria. Ivannia tersenyum dan mengusap sisa-sisa air mata yang masih terkumpul dikelopak matanya. Ia membuka pesan WhatsApp yang dikirimkan Amber kepadanya.
Ivannia, kau jangan menangis lagi ya, ingat...jangan menangis lagi 😏
Jangan habiskan air matamu untuk lelaki brengsek seperti Mario itu. Aku tidak akan terima 🤬
Hanya karena Mario memutuskanmu dunia gak akan berhenti sampai di sini Ivannia. Banyak hal-hal indah yang menantimu di luar sana. Ingat akan ada lelaki yang jauh lebih baik dari Mario ya 😘
Percayalah, suatu saat dia akan menyesal karena telah memutuskanmu 😒🥺
You are beautiful and smart, hanya pria hebat yang bisa melihat itu. Pria yang benar-benar mencintaimu, sahabatku 🤗
Dari pada mikiran mantan, lebih baik kita bersenang-senang yuk..Kapan kita jalan-jalan lagi Vania 😆 Kita keliling Eropa ya 🤣 Aku hanya bisa bayar kamar hotel aja. Sisanya kau yang bayar ya 🤭🤗 Modus 🤪
Yang penting jangan sedih lagi sahabat terbaikku. Hubungi aku jika kau mau cerita. Aku siap 24 jam untukmu 😍😘
Besok kita akan carikan jauh lebih baik dari Mario ya, masih banyak di pinggir jalan sana kok 🤭
Membaca pesan WhatsApp amber terakhir kali Ivannia menarik sudut bibirnya untuk tersenyum. "Cih..kau pikir aku mau mencari orang gila." Ivannia menggelengkan kepalanya sambil meletakkan kembali ponselmu di atas tempat tidur.
VISUAL AMBER
Ivannia kembali memejamkan matanya sambil mendongak ke atas. Ia menatap langit-langit kamarnya. Suasana yang sunyi menyelimuti perasaan Ivannia saat ini. Ia bangkit dan berjalan menuju balkon kamarnya. Senja telah datang menghampiri. Senja yang begitu singkat, selalu membangkitkan perasaan, ketika hening bersentuhan dengan sebuah suasana kesedihan. Banyak rasa yang entah karena apa tersembunyi dari pengakuan. Ivannia yakin pada setiap senja selalu ada keindahan. Jiwa yang meliris selalu hadirkan suasana mendatangkan kebahagiaan.
Terdengar sayu lembut angin menerpa wajah Ivannia. Detak jarum jam dipergelangan tangannya seakan mengikuti denyut nadinya. Ivannia hanya memandang kosong di dalam selingan suasana senja. Sepi terasa sangat mencekam. Memang benar, tali yang putus memang masih bisa di sambung kembali. Namun jika hati yang putus akan susah tersambung lagi.
Hidup tidak selalu bahagia, adakalanya sedih menghampiri diri. Hati yang sakit karena dikhianati. Sakit yang begitu terasa, bukanlah sakit karena luka, seperti tergores namun tidak berdarah. Ini sakit yang sulit untuk disembuhkan. Ivannia akan berusaha mencoba untuk mengobati luka itu dan kembali melupakan semua tentang Mario.
Ivannia memicing mengarah ke mobil Ivander memasuki pekarangan rumah. Tidak ada Joevanka. Daddy dan mommy? Ah, ya..mereka menghadiri undangan panti asuhan Vincentius putra. Ivannia menyeka air matanya yang terjatuh dari sudut matanya. Ia melangkah meninggalkan balkon. Ia akan terlebih dahulu membersihkan tubuhnya lalu berbicara dengan kakaknya.
⭐⭐⭐⭐⭐
TOK TOK TOK
"Masuk! " Terdengar sahutan dari dalam.
Ivannia membuka kenop pintu dan mendorong daun pintu masuk ke dalam. Ivander terlihat sedang asyik menatap ponselnya sambil tersenyum. Apalagi jika bukan video call dengan Joevanka. Baru saja bertemu, mereka sudah saling merindu. Ia hanya tersenyum dan berusaha untuk menyembunyikan lukanya. Ivannia langsung duduk di sofa.
"Hai, adik ipar...!" Joevanka menyapa Ivannia dari layar ponsel.
Ivander memberikan ponselnya kepada adiknya agar bisa bicara dengan Joevanka.
"Hai, Joe...apa kabar?" Tanya Ivannia seakan tidak terjadi apa-apa dengan dirinya.
"Kabar baik adik ipar. Sudah pulang dari liburan Ivannia?" tanya Joevanka.
"Ya, baru sampai."
"Ehm, aku tahu dari Gavin, tadi dia cerita kalau kalian bertemu di Australia."
"Ya, kami memang bertemu di sana."
"Sepertinya ada angin segar adik ipar."
"Angin segar? Maksudnya?" ucap Ivannia mengernyitkan keningnya.
"Hahaha bukankah angin segar memang sangat kita butuhkan adik ipar? termaksud saya sendiri juga. Benarkan sayang? kapan kita liburan Ivander?" Kata Joevanka terkekeh dari seberang.
"Sabar, kita akan liburan kemana pun yang kau mau setelah kita menikah." Jawab Ivander.
"Aku tunggu sayang." Kata Joevanka tertawa.
"Kalian membuatku menggeleng." keluh Ivannia ikut tersenyum.
"Hahaha Maafkan kami adik ipar. Baiklah, mungkin kalian ingin bicara. Aku akhiri duluan ya. Sampai bertemu besok ya sayang." Ucap joevanka kembali.
"Oke, my Bunny." Kata Ivander.
Ivannia tersenyum dan melambaikan tangannya kepada Joevanka. Panggilan video call terputus. Ivannia menyerahkan handphone Ivander kembali.
"Jam berapa sampai Vania?"
"Dua jam yang lalu kak,"
"Bagaimana liburanmu?" Tanya Ivander menyandarkan punggungnya pada sofa.
"Buruk kak."
"Buruk?" Ivander menaikkan alisnya setengah. Ia menatap Ivannia dengan sorot mata tanda tanya.
"Aku bertemu Mario di sana?"
"Mario kekasihmu yang pernah kau ceritakan itu?"
"Ehmmmm,"
"Apa yang dilakukan Mario, sampai liburan adikku menjadi buruk?"
"Dia bersama wanita lain kak."
"Apa?" Ivander sudah meninggikan suaranya.
"Dia tidak mencintaiku sama sekali." Ucap Ivannia terang-terangan.
Lagi-lagi Ivander di buat terkejut mendengar pernyataan Ivannia. "Berani dia menyakitimu?" Desis Ivander dengan nyala api yang terpancar dari matanya. Ivander mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Dia mempermainkan perasaanku hanya untuk balas dendam kepadamu kak." ucap Ivannia menjepit bibirnya dan memandang Ivander dengan mata berkaca-kaca.
"Balas dendam? apa maksudmu?" Ivander sangat terkejut. Raut wajahnya berubah menegang. Selama ini ia tidak pernah punya masalah kepada orang lain. Ia benar-benar memperhitungkan kembali dengan hati-hati, takut akan melukai orang-orang yang sangat disayanginya. Apalagi itu menyangkut kerjasama bisnis.
Ivannia menarik napas dalam-dalam. Mencoba mengumpulkan kekuatan untuk mengatakan kepada Ivander. Walau bagaimana pun ia ingin tahu kebenaran. Walau dalam hati kecilnya ia begitu mempercayai kakaknya. Ivander tidak seperti yang dikatakan Mario. Ini hanyalah kesalahan pahaman saja.
Mario memang dikenal sebagai sosok yang egois, intoleran, kasar, dan arogan. Mario juga dikenal lelaki yang keras. Ia mudah percaya dengan hanya omongan saja. Sama sekali tidak mencari tahu kebenaran dulu. Sifat-sifat negatif dari Mario sudah sudah terlihat sejak awal perkenalan mereka. Namun Mario bisa mengembalikan kepercayaannya. Sehingga Ivannia semakin jatuh ke dalam pesonanya. Saat ini Ivannia hanya menyesali dirinya. Ia hanya melihat penampilan dari luar saja. Dan ini adalah pembelajaran buat Ivannia. Mario akan bisa benar-benar menjadi duri dalam daging di kehidupannya jika ia tidak tahu kebenaran ini. Sekarang ia hanya ingin Ivander menjelaskan semua kepadanya. Apa yang terjadi pada ayah Mario.
.
.
BERSAMBUNG
.
.
💌BERIKAN LIKE DAN KOMENTARMU💌
💌 BERIKAN VOTEMU 💌
💌 BERIKAN BINTANGMU💌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Nana Grace
Mantap Thor
2021-08-18
0
Viviana Friska 💖
penasaran
2021-07-28
0
Viviana Friska 💖
Lanjut dong
2021-07-28
0