💌 Whisper of love season 2 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
"Selamat sore Ivannia." ucap Halbret tersenyum sambil menunjukkan deretan giginya.
Kedua wanita itu berpaling menatap sosok Lelaki yang tentu saja sangat di kenal Ivannia. Halbret bahkan mengedipkan salah satu matanya kepada Ivannia.
"Kau?" Ucap Ivannia dengan alis melengkung. Tentu saja ia terkejut, kenapa asisten kakaknya berada di kantornya. Tatapan tidak suka jelas ia tunjukkan kepada Halbret. Ia bangun dari duduknya yang di ikuti oleh Amber juga.
"Belum lama putus, kau sudah punya gebetan baru Ivannia?" bisik Amber mendelik sambil melirik ke arah Halbret.
Bukannya menjawab, Ivannia menatap Halbret dengan sinis. "Buat apa kau ke sini?"
"Siapa dia sebenarnya, sepertinya kau sudah mengenalnya?" tanya Amber penasaran. Ia memicingkan matanya, menatap lelaki itu dengan atraktif. Dari ujung rambut hingga mata kaki.
"Dia asisten Ivander yang bekerja di perusahaan Donisius." Jawab Ivannia tapi matanya tidak lepas memandang ke arah Halbret.
"Saya di perintahkan pak direktur menemui anda ibu Ivannia. Bisa saya duduk?"
"Buat apa kak Ivander menyuruhmu datang ke sini? bukankah aku sudah bilang akan terlambat pulang?" Kata Ivannia tidak suka. Sampai asisten Donisius datang ke sini? buat apa?
"Bisakah saya duduk nona cantik?" ucapnya kepada Amber karena Ivannia tidak merespon ucapannya.
"Silakan... silakan duduk tuan tampan." Ucap Amber tersipu. Tatapannya lurus menatap ke arah pria itu. Mata Amber berbinar membuat jiwa single nya meronta.
Ivannia membuang napas dengan kasar. Ia menatap Halbret tidak suka. "Sekarang katakan apa maumu?"
"Saya bisa minta coffee. Mungkin bisa mengakrabkan kita dan saya rasa kita juga bisa berbicara lebih santai." ucap Halbret tersenyum.
"Jangan basa-basi Halbret. Sekarang katakan apa maumu? atau aku hubungi security untuk mengeluarkan mu dari sini?" kata Ivannia sudah mulai jengah.
"Astaga, gak segitunya juga kali. Tujuannya kan baik-baik. Sebentar ya, biar aku akan memerintahkan Jessica membuatkan Coffee untuk tamu istimewa direktur kita." ucapnya sedikit terkekeh.
"Terima kasih, kalau bisa saya tahu namanya siapa ya nona? anda sehati dengan saya, bisa menjadi akrab seperti teman sejati mungkin?" Katanya Halbret memberikan tangannya.
"Hahahaha anda bisa saja, saya Amber..." ucap Amber tertawa. Wajahnya berhasil merona.
"Senang bertemu dengan anda Amber. Anda begitu cantik. Saya Halbret. " Ucapnya Halbret menyalaminya. Amber tersenyum menyambutnya dengan senang hati.
"Senang bertemu dengan anda pak Halbret."
Halbret tertawa renyah. "Jangan panggil bapak dong. Kita bisa saling menyebut nama. Itu lebih baik." ucapnya kembali.
"Hahahaha" Amber lagi-lagi di buat tertawa. "Siap! Panggil nama juga bisa." ucapnya melangkah memberikan perintah kepada Jessica untuk membuat minuman untuk mereka.
Ivannia sudah nampak kesal, Ia mendengkus dan merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Sementara Amber sudah duduk kembali. Ivannia berulang kali membuang mukanya ketika Halbret mengunci pandangannya untuknya.
"Apa kau ingin mengajaknya kencan Halbret? Kebetulan sekali ia..."
"Kau..." Ivannia tiba tiba bangun dari duduknya, membekap mulut Amber sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.
"Mmmmpppp... Mmmmpppp" Amber meronta, berusaha melepaskan tangan Ivannia.
"Awas, kau bicara lagi ya, persahabatan kita END." Ancam Ivannia berbisik. Amber mengangguk sambil tersenyum.
Halbret mengerutkan wajahnya, menatap Ivannia. "Ada apa ini? Jangan berlebihan Ivannia. Kau tambah cantik jika lagi kesal." ujar Halbret tersenyum menggoda.
"Ini bukan urusanmu." Ucap Ivannia ketus, ia melepaskan tangannya dari mulut Amber.
"Kau keterlaluan Vania. Aku hampir tidak bisa bernapas." Amber mengatur napasnya yang terdengar naik turun akibat perbuatan Ivannia.
"Aku hanya ingin mencari tahu informasi mengenai Mario." kata Halbret.
Deg deg deg
Mendengar nama itu. Detak jantung Ivannia tidak beraturan, terpompa menjadi lebih kencang lagi. Hingga membuat jantungnya lemah. Raut wajahnya berubah. Rasa ngilu dalam hati tergores kembali, Ivannia mengingat perbuatan Mario kepadanya. Kenapa nama itu disebut kembali? Kenapa kakaknya ingin mencari tahu tentang Mario lagi? Biarkan saja dia mati, Ivannia sama sekali tidak perduli.
"Pak direktur ingin bertemu dengan lelaki yang bernama Mario itu. Sudah dua minggu ini aku tidak bisa tidur nyenyak. Sekarang pak direktur memberiku waktu tiga hari. Jika aku tidak menemukannya. Selesai hidupku Ivannia. Jadi aku mohon, bantu aku. Pak direktur memintaku untuk mencari informasi mengenai Mario secepatnya. Siapa sebenarnya Mario itu? Apa kau mengetahuinya Ivannia?" tanya Halbret.
Mendengar nama Mario, Amber tersenyum miring. "Dia lelaki brengsek Halbret?" ucapnya sinis.
"Apa?" Wajah Halbret mengerut.
Ivannia menoleh dan melemparkan tatapan tajam ke arah Amber. "Diam!" Ucapnya tanpa suara. Reflek Amber menutup mulutnya. Amber sedikit menunduk. Mata coklat milik Ivannia menyorot tajam.
"Aku tidak tahu siapa Mario itu. Sekarang lebih baik kau pulang. Jangan tanyakan masalah Mario lagi. Kau tidak akan dapat apa-apa." Ketus Ivannia dingin.
"Jangan seperti itu Ivannia. Bantu aku. Pak direktur yang memerintahkan aku untuk menemuimu ke sini. Kau pasti tahu, bantu aku ya, Please...! setidaknya kau beritahu kemana tempat Mario biasa nongkrong." pinta Halbret.
"Aku tidak tahu Halbret, Jadi tanyakan itu lagi."
"Soal tempat nongkrong, dia memang tidak tahu Halbret. Ivannia hanya datang ke apartemennya saja." jawab Amber.
"Kau sering ke tempat apartemennya? Kau mengenalnya Ivannia?"
"Mario itu, lelaki tidak punya hati, Halbret....! Dia adalah mantan kekasih Ivannia."
"What?" Bersamaan itu mata Halbret membulat sempurna. Wajah Halbret terlihat sangat kaget, "Kau serius?" tanya Halbret tidak percaya.
Ivannia terdiam. Ia menatap Amber dengan kesal. "Bisa tinggalkan kami Amber?" wajah ivannia menunduk. Toh Halbret sudah mengetahuinya.
"Tapi..."
"Nanti aku hubungi lagi." Kata Ivannia melembutkan suaranya, ia menatap sahabatnya agar mengerti untuk kali ini saja.
"Baiklah." ucapnya bangun dari duduk. "Halbret? Nanti jangan lupa titip nomor handphone mu ya." kata Amber melambaikan tangannya sambil tersenyum.
"Siap Amber!" Sahut Halbret mengedipkan salah satu matanya.
Ketika pintu terbuka muncul Jessica membawa minuman. Melihat ketegangan dari direktur operasional itu. Jessica tidak berani berbicara. Ia hanya meletakkan minuman dan memberikan senyum terbaiknya kepada Halbret.
"Silakan di minum, buat tamu istimewa ibu direktur." ucapnya seramah mungkin.
Ivannia tidak merespon. Ia merasa jengah melihat sikap Amber dan Jessica. Ivannia membuang napas panjang. Matanya menyorot tajam ke arah Jessica.
"Jika sudah selesai, kau bisa keluar!" perintahnya.
"Baik bu, saya permisi dulu." ucap Jessica pamit.
Ivannia tidak menjawab. Pintu tertutup sempurna, sesaat mereka terdiam. Larut dalam pikirannya masing-masing. Halbret hanya bisa tersenyum melihat sikap Ivannia. Ketika tatapan mereka bertemu. Ivannia dengan cepat membuang mukanya.
"Cerita yang ku dengar tadi, membuat udara di ruangan ini menjadi lebih menyegarkan Ivannia." Halbret mencoba mencairkan suasana.
Ivannia kembali menghembuskan napas singkat. Rasa panas seketika menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia tahu maksud ucapan Halbret. Karena dia bukan anak remaja yang baru terlahir kemarin.
"Aku lebih bersemangat hari ini. Sepertinya aku punya energi baru..."
Ivannia langsung mengangkat tangannya. Gestur yang sangat dipahami Halbret, agar ia tidak bicara lagi. Ternyata pak direktur dengan Ivannia memiliki kesamaan. Sering angkat-angkat tangan.
"Apakah tujuanmu ke sini hanya untuk membicarakan sesuatu yang tidak bermutu Halbret?"
Perkataan Ivannia sangat tenang namun benar-benar menusuk. Wajah Ivannia sangat sulit ditebak oleh Halbret. Ia hanya tersenyum, lebih jelasnya Halbret tambah menyukai sifat gadis itu. Matanya benar-benar mengunci Ivannia.
"Oke, Maaf..maaf..Melihatmu benar-benar mengingatkan ku dengan warna langit di pagi hari tadi. Begitu cerah ketika aku langsung melihat wajah indah mu itu sendiri."
"Sekarang kau keluar!! " Ivannia sudah bangkit dari duduknya. Wajahnya sudah tampak marah. Ia bahkan meremas tangannya cukup erat. Suasana ruangan itu seketika berubah horor. Raut wajah Ivannia yang begitu dingin, tiba-tiba begitu menusuk hati Ivander. Halbret merasa dirinya saat ini, seperti berada di kutub Utara.
"Keluar...!!!!" Nada suara Ivannia sudah naik satu oktaf.
Sepersekian detik ia ingat tujuannya. Halbret ikut bangun dari duduknya dan berusaha menenangkan Ivannia dengan tangannya yang terbuka. "Sabar, sabar Ivannia, aku minta maaf..aku memang tidak bisa menguasai diriku jika sudah berhadapan denganmu. Aku akan menjaga ucapanku. Aku tidak akan menyinggung masalah perasaanku. Tujuanku hanya ingin mendapatkan informasi mengenai Mario. Bisakah kita duduk kembali?" pintanya dengan nada lembut.
"Aku tidak ingin bicara denganmu Halbret, selagi aku masih berbaik hati. Sekarang kau keluar dari ruangan ku!" Ivannia meluapkan emosinya. Ia menaikkan alisnya lebih tinggi lagi.
"Jangan seperti itu Ivannia. Maafkan aku. Oke.." Kata Halbret berusaha menenangkan Ivannia. Ia memberikan senyum yang siap membuat Ivannia terbayang selalu.
Namun yang di dapat Halbret sorot mata Ivannia saat ini sudah siap menenggelamkannya ke lumpur hidup. Lumpur yang terdiri dari campuran air, pasir, dan juga tanah liat. Campuran dari bahan-bahan tadi menghasilkan gerakan turun naik yang sangat kuat,sehingga membuat Halbret di hisap dan tidak ada siapapun yang bisa menyelamatkannya.
Ivannia menghela napasnya, menatap Halbret yang memohon membuatnya sedikit luluh. Tapi jika ia mendengar rayuan gombal itu lagi. Ivannia akan siap menendangnya dari kantor ini. Ia lalu menarik napas panjangnya. Lalu tersenyum miring disertai decak samar.
"Bisakah kita duduk kembali?" Kata Halbret mengulang ucapannya. Ia masih berharap Ivannia luluh.
Ivannia tidak memberikan jawaban. Ia hanya kembali duduk dan menyilangkan kakinya dengan posisi tangan bersedekap.
"Aku tidak mau lama-lama, aku hanya memberikanmu waktu 15 menit. Dimulai dari sekarang!"
DEG!
Jantung Halbret memukul hanya dengan mendengar kalimat itu dan tatapan serius dari Ivannia. 15 menit tentu saja tidak cukup baginya mendapatkan informasi mengenai Mario. Saat ini Halbret seperti sedang melakukan wawancara saja. Oh my God!
Pandangan mereka bertemu. Membuat jantung Halbret seperti berhenti. Rasanya ia seperti terbunuh oleh tatapan Ivannia. Ia bahkan tersenyum sinis penuh kemenangan. Ivannia seperti wanita yang berhasil menghisap darah mangsanya.
BERSAMBUNG
❣️ Coba kita bayangkan bagaimana jika Halbret memang di telan lumpur hidup? 🙄
Aku rasa Halbret tidak akan sanggup menggombal lagi 🤣
.
💌BERIKAN LIKE DAN KOMENTARMU💌
💌 BERIKAN VOTEMU 💌
💌 BERIKAN BINTANGMU 💌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Viviana Friska 💖
Wakakakakak pengen nabok pake sendal nih wajah halbret
2021-07-28
0
Kustri
halbret ganjen, suka tebar pesona..jgn jodohkan ama ivania, ga relaaa
2021-04-16
0
Susilawati Dewi
dasar penggoda si halbert ini
2021-03-16
0