💌 Whisper of love season 2 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
Ivannia menatap tajam ke arah Amber. Ketika mobil mereka melaju meninggalkan minimarket.
"Kau sudah gila ya, kau hampir mencelakainya." Kata Ivannia membuang napas panjang.
"Perduli apa, biarin aja! Aku kesal dengan tampangnya itu." Amber membuang napas kesal.
"Jelas-jelas kau yang salah Amber. Tidak baik menyalahkan orang lain." keluh Ivannia.
"Kau menyukainya?" Amber tersenyum kecut. "Dia lumayan sih, tapi dia bukan tipeku." Kata Amber lagi.
Ivannia menggeleng, Ia menatap ke samping kaca mobil untuk melihat ke jalan. "Aku hanya menyukai Mario, atau jangan-jangan kau yang menyukainya?" ucap Ivannia.
"CK..." Amber berdecak. "Aku begitu kesal, saat matanya mendelik ingin menelanku Vania. Jadi aku terpaksa menyalahkannya. Dia lelaki arogan."
"Jadi kau sengaja?" ucap Ivannia tidak percaya.
"Ya, awalnya aku terkesan dengan tampangnya itu, namun hatiku berubah ketika dia membentak ku." Ucap Amber dengan seringai tipis. "Emang dia siapa sampai semarah itu, hanya karena coffee tumpang saja dia hampir menelanku. Cih.. Dasar lelaki lemah." Kata Amber memandang sekilas ke arah Ivannia lalu ia kembali fokus menyetir.
"Ya, jelas lah dia marah, coffee itu panas Amber dan mengenai tangannya. Ya..pasti dia kaget lah. Mana kau menuduhnya memeras pula."
"Ck... lagi-lagi kau memihak lelaki arogan itu."
"Sudah ah...ngapain juga kita ngebahas dia. Kita ganti topik." Kata Ivannia sambil membuka ponselnya. Ia kembali memeriksa pesan WhatsApp yang di kirimnya kepada Mario. Semua sudah di baca namun tidak di balas. Ivannia membuang napas lesu.
"Apa Mario belum menghubungi mu?" Kata Amber.
"Ehmmmm."
"Cih..Pasti ia bermain-main dengan perempuan lagi."
"Astaga Amber..." Ivannia membuang napas lesu, "Jangan berpikir negatif terus dong. Mario bukan tipe lelaki seperti itu." sambungnya lagi.
"Kita lihat saja, siapa diantara kita yang benar." Ucap Amber santai. Mobil mereka tiba memasuki basement hotel ternama di Australia.
Setelah memarkir mobilnya dengan baik, Ivannia dan Amber berjalan menuju lift. Namun langkah Ivannia terhenti.
"Aku melupakan sesuatu di mobil Amber." Kata Ivannia.
"Melupakan apa?" Kening Amber mengerut.
Ivannia tersenyum. "Aku meninggalkan iPhone yang baru aku beli tadi." Ia mengedipkan matanya kepada amber.
"Astaga, sudah ambil sana!" Amber melempar kunci mobil untuknya.
"Kau bisa masuk duluan. Tidak usah menungguku. Oke! " Kata Ivannia tersenyum lalu berjalan menuju basement hotel. Amber sudah lebih dulu naik ke atas menggunakan lift.
Ivannia melangkah semangat untuk mengambil handphone yang baru di belinya saat mereka berkeliling tadi. iPhone keluaran terbaru yang harganya tiga puluh juta. Lumayan menghabiskan setengah bulan dari gajinya. Ivannia tersenyum, jika bosan ia bisa menggantinya lagi.
TIT
Mobil terbuka otomatis ketika Ivannia mengarahkan kunci remote ke arah mobilnya. Ia mengambil ponsel iPhone 11 Pro Max 512GB. Ia tersenyum ketika ponsel sudah ada ditangannya.
"Sekarang aku tuanmu ya." Kata Ivannia tersenyum sambil memeluk handphone yang baru di belinya.
Ivannia kembali menutup mobilnya. Beberapa langkah ke depan, matanya menangkap sesuatu yang menarik perhatiannya. Sosok yang sangat di kenalnya.
DEG
"Mario?" Ia tersenyum sumringah dan ingin menghampiri kekasihnya itu. Namun tiba-tiba muncul seorang wanita, Mario menyambutnya dan memeluk pinggang wanita itu dengan mesra. Mata Ivannia terbelalak. Mario tersenyum lembut menatap wanita itu yang sedang tersipu malu. Terdengar tawa kecil menggelitik dari rayuan Mario. Tatapan mereka beradu penuh asmara.
Jantungnya Ivannia berdegup kencang saat Mario mengecup mesra leher wanita itu. Ivannia menelan salivanya begitu susah. Matanya berkedip cepat. Mereka berjalan mesra sambil melempar senyum dan masuk ke dalam mobil. Ivannia juga kembali masuk ke dalam mobil. Adegan mesra itu kembali mereka lakukan di dalam mobil. Ivannia dapat melihat dengan jelas. Mereka terlihat bahagia, aksi saling memegang pipi dan membelai rambut terlihat jelas disana.
Ivannia mencengkeram setir mobil dengan kuat. Tangannya terasa dingin. Seakan ada aliran listrik yang menjalar keseluruh tubuhnya membuatnya begitu marah. Hatinya sakit seperti dicengkram oleh sebuah tangan. Namun saat ini Ivannia tidak ingin menjatuhkan air matanya, ia tidak mau menangisi pria yang telah mengkhianatinya. Ia ingin melihat sampai dimana kejujuran Mario saja. Ia mengambil ponselnya dan menghubungi Mario. Matanya tidak mau lepas menatap ke depan. Terus melihat adegan mesra dari Mario dan wanita itu. Ivannia mencoba menenangkan dirinya, ia menarik napas dalam. Meski kerutan di dahinya kini tak pernah pudar.
Ia mencari nama Mario di ponselnya dan langsung menghubungi pria brengsek itu.
Masuk tapi tidak di angkat. Ivannia tersenyum kecut sambil menaikkan alisnya. Ia kembali menghubunginya.
Tut...tut..tut..
tersambung namun tiba-tiba TIT. Mario mematikan panggilannya. Matanya menatap lurus melihat pasangan yang terus bercumbu itu.
"Dimatikan? Kau mematikan panggilan dariku?" Wajah Ivannia sudah nampak kesal. Ia membuang napasnya dengan kasar. Ia masih tidak percaya dan kembali menatap ponselnya. Dengan tarikan napas yang panjang. Ia kembali menghubungi Mario.
"NOMOR YANG ANDA TUJU SEDANG TIDAK AKTIF ATAU BERADA DI LUAR JANGKAUAN. COBALAH BEBERAPA SAAT LAGI."
Ivannia melihat dengan jelas Mario membuang ponselnya ke kursi belakang dan terus mencium wanita itu. Ivannia menurunkan ponselnya. Hatinya begitu terpukul. Dada Ivannia benar-benar terbakar. Api dihatinya tersulut. Panas membara. Ivannia memegang dahinya. Mencoba untuk bernapas. Mencoba untuk memahami, namun ini terlalu nyata. Debaran jantungnya semakin cepat. Mario mengkhianatinya. Ivannia masih kalut dengan logika dan perasaan yang saling membentur. Kenapa ia begitu mudah percaya dengan lelaki. Itu adalah kelemahannya. Dari Waktu Ivannia sekolah sampai sekarang, semua lelaki itu brengsek selalu mengkhianatinya.
Ivannia mengecangkan rahang. Dadanya benar-benar panas sekarang. Emosinya membara. Ia ingin melabrak Mario dan memakinya. Namun mobil itu sudah lebih dulu meninggalkan basement. Dengan mulut yang terbuka ia kembali menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Ia melemparkan ponselnya dibagian samping kursinya. Ia masih belum percaya. Dengan cepat Ivannia menghidupkan mesin mobil dan Ia pun mulai menginjak pedal gas untuk mengikuti mobil itu. Ivannia hampir saja kehilangan jejak. Ia terus menyalip beberapa kendaraan yang mencoba menghalanginya. Ivannia memacu mobilnya begitu cepat. Mobilnya akhirnya tidak jauh dari mobil Mario. Ia melihat jam digital di mobilnya. Sudah pukul sembilan malam.
"Mau kemana mereka? " lirih Ivannia, matanya tidak lepas melihat mobil itu. Mobil berwarna putih memasuki sebuah restoran ternama di Australia. Daddy sering juga mengajaknya ke tempat ini, jika daddy sedang melakukan perjalanan bisnis ke Australia.
Ivannia memarkirkan mobilnya agak jauh dari Restoran. Ia tidak ingin Mario melihatnya. Sebelum turun, Ivannia mencoba menghubungi kembali. Tetap tidak aktif. Mario menonaktifkan handphonenya. Ivannia kembali tersenyum miris.
"Aku akan mempermalukan mu di tempat ini lelaki brengsek." Ivannia turun dengan terburu-buru.
"BRAK!"
Ivannia membanting pintu mobilnya dengan cepat. Lalu berjalan dengan jantung terus memicu dengan kencangnya. Beberapa langkah ia berhenti, Ivannia dapat melihat dengan jelas ke duanya kembali bermesraan. seperti tidak ada tempat lain lagi. Tidak ada rasa malu, jelas sekali mereka menunjukkan perilaku brengseknya. Ia melihat jelas Mario mlumat singkat bibir wanita itu lalu saling memandang penuh cinta. Rahangnya mengencang. Api cemburu membakarnya habis. Napas Ivannia keluar dengan terbata-bata. Posisi mereka membelakangi arah pintu masuk restoran. Ivannia menarik napasnya dalam-dalam. Mereka berdua masih asyik bercengkrama sambil menunggu pesanan.
Tak tahan dengan segala gejolak di dalam dadanya. Dengan cepat Ivannia melangkah masuk ke dalam restoran.
"Selamat malam nyonya, apa anda sudah reservasi tempat?" Kata seorang pelayan wanita yang berdiri di dekat pintu restoran.
Tidak ada jawaban dari Ivannia. Ia hanya menunjukkan ketegangan dan wajah dingin. Matanya berkilat penuh kemarahan.
DEG DEG DEG
Ivannia berusaha bersikap tenang. Namun tidak bisa saat melihat Mario mencium pipi wanita itu dengan mesra. Benar-benar pasangan yang di mabuk cinta. Ivannia melangkah panjang dan mendekat. Ia tersenyum sinis kepada Mario.
"Kau benar-benar lelaki yang menyedihkan." Kata Ivannia mengambil botol wine dan....
Sssuuurrrr....!
Wine mengalir dari atas kepala Mario sampai ke tubuhnya. Sampai membuat Mario dan wanita itu kaget.
"Kenapa kau kaget?" Sinis Ivannia.
Semua mata tertuju pada aksi Ivannia. Mereka berbisik-bisik. Yang jelas mereka sudah dapat menilai sang kekasih pasti kepergok selingkuh. Ivannia menuang minuman anggur seperti video slow motion.
"Kau lelaki brengsek yang pernah aku temui." Ucap Ivannia memandang keduanya dengan senyuman pedih dengan tatapan tajam. Ivannia meletakkan botol wine setelah habis dituang.
Mario kini tersadar, ia sudah dipermalukan. Ia bangun dari duduknya dan tatapan Mario saat ini benar-benar mengoyak Ivannia. Napasnya tercekat tertahan di dadanya. Ia hilang kesabaran lalu menarik tangan Ivannia keluar dari restoran.
PLAK..!
Dengan kekuatan penuh, Mario mengayunkan tangannya, menampar pipi Ivannia dengan begitu keras, suara tamparan itu begitu nyaring sampai membuat Ivannia kehilangan keseimbangan dan terhuyung mundur. Wanita yang bersama Mario ikut keluar menyaksikan sendiri bagaimana Mario menampar keras pipi Ivannia.
"Kau pikir aku mencintaimu? "Jemari kuat Mario mencengkeram baju Ivannia dan menatap Ivannia dengan tajam.
Ivannia meringis menahan rasa sakit, pipinya yang terasa sakit tidak sebanding dengan sakitnya perkataan Mario. Ivannia menatap tajam, ia bahkan menantang Mario.
"Sama sekali aku tidak mencintaimu, kau hanya wanita yang kupakai untuk membalaskan dendamku terhadap Ivander yang brengsek itu."
Cuih...! Ivannia langsung membuang salivanya ke wajah Mario ketika ia memaki kakaknya Ivander.
"Jangan sebut nama kakakku dengan mulut kotormu itu." geram Ivannia penuh kemarahan.
Sepersekian detik ketika wajahnya terkena saliva Ivannia, ia langsung mendorong tubuh Ivannia.
"Sayang kau tidak apa-apa?" Kata wanita itu mendekat dan memberikan tisu kepada Mario.
Mario tersenyum sinis. Ia menatap Ivannia dengan emosi yang semakin memuncak.
"Kau akan menyesal melakukan ini. Lihat saja Keluarga Donisius akan hancur ditanganku." Desis Mario dengan kilatan kebencian.
.
.
BERSAMBUNG
❣️ Mario pikir ulang dong mau menghancurkan Donisius 🤣 Jangan-jangan kau sendiri yang akan hancur di tangan babang Ivander 🤭🤭🤭
.
.
💌BERIKAN LIKE DAN KOMENTARMU💌
💌 BERIKAN VOTEMU 💌
💌 BERIKAN BINTANGMU 💌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
💜bucinnya taehyung💜
kamuuuu mau menghancurkan donisius...ga bisa tsaaaay... aku terbahaaak loh.. mario klo menghalu suka kelewatan
2021-10-27
0
💜bucinnya taehyung💜
kamuuuu mau menyingkirikan donisius...ga bisa tsaaaay... aku terbahaaak loh.. mario klo menghalu suka kelewatan
2021-10-27
0
Viviana Friska 💖
Awas lho Mario keluarga ivannia orang besar
2021-07-28
0