Di dalam kamar utama dimana ada Pradana dan Mandala.
Mentari sudah mulai mengintip dibalik awan. Malu- malu sinarnya menembus gumpalan awan. Selimut tebal itu mulai tersingkap diantara dua insan yang terkulai di atas peraduan. Dua insan yang masih polos di atas kasur empuk dikamar sekotak. Keduanya masih menggeliat mengikuti irama yang membentuk gesekan jiwa. Permainan biola dengan ritme maju mundur menimbulkan suara keluhan yang tak bisa diartikan. Sampai merasa letih terkapar lemas dengan senyuman puas diantara keduanya.
" Mandala sayang! Apakah kamu bahagia?" tanya Pradana sambil mengusap lembut rambut mandala.
Mandala mengangguk pelan. Di dekatkan wajahnya sampai begitu dekat ke wajah suaminya. Hembusan nafasnya semakin membuat hasrat Pradana semakin bangkit. Gejolak nya kini mulai memberontak. Pradana mulai mengecup bibir Mandala dengan hangat dan pelan. Awalnya pelan namun semakin lama, meraup sampai detak jantung keduanya kembali ber genderang dengan hebatnya. Kini kembali terjadi pergumulan suami istri itupun terjadi. Suara- suara aneh kembali terdengar dan tak terkontrol di luar pintu kamar itu sehingga Yasinta yang baru, saja datang dari pasar mendengar kembali keluhan dan teriakan keenakan dari dalam itu. Yasinta lalu bergegas melangkahkan kakinya menuju dapur yang letaknya dibelakang rumah itu.
Yasinta menarik nafasnya dengan kasar. Dia harus membiasakan dirinya dengan situasi tersebut. Mungkin saja ini sudah jalan hidup nya. Tetapi tidakkah mereka sedikit saja menjaga perasaan nya? Walaupun sebenarnya Pradana memang belum menyukai Yasinta. Cinta nya hanya untuk Mandala.
Hari ini Yasinta memang ingin menyibukkan dirinya dengan pergi ke pasar untuk belanja. Setelahnya dia tidak mau berdiam diri. Menyibukkan diri akan mengurangi banyak berpikir dan meratapi nasib. Hal itu akan semakin membuat hidupnya seperti tidak berharga di rumah itu.
Yasinta mulai memasak makanan dari bahan- bahan yang tadi di beli di pasar. Dia harus mulai cuek di dalam rumah itu. Jangan lagi diambil hati. Walaupun ada niatan untuk tidak memikirkan tapi masih saja terpikir kan. Yasinta masih bertahan dengan keadaan nya. Mempunyai madu yang tinggal satu atap dengan dirinya. Yasinta bertekad akan tetap bertahan terhadap pernikahan nya dengan Pradana. Walaupun sampai sekarang dirinya tidak pernah sekalipun disentuh oleh Pradana.
"Apakah di dunia ini, ada wanita selain aku yang bernasib sama seperti aku ini? Memiliki suami namun tidak pernah disentuh sekali pun. Dan memiliki madu lalu tinggal dalam satu rumah." kata Yasinta sambil menangis.
Tangannya mulai mengupas bawang merah dan putih untuk bumbu. Setelah itu memetik cabai kecil dan besar. Yasinta ingin membuat sambel. Walaupun pikiran nya sedikit kacau, namun dia tetap ingin sibuk dan membuatkan makanan untuk suami dan juga madunya. Dia ingin tetap melayani suaminya. Memberikan kebaikan karena dirinya masih istri dari Pradana.
Setelah satu jam berlalu. Yasinta sudah siap dengan masakannya. Dia mulai menyajikan hasil masakannya di meja makan. Sayur sup ayam, sambel kecap, iga bakar dan kerupuk sudah tersaji di atas meja makan itu. Dengan senyumnya, Yasinta mulai duduk di ruangan makan itu. Menanti sang suami dan madunya keluar dari kamar.
" Kenapa mereka belum keluar juga? Apakah mereka tidak lapar semalaman bertempur?" pikir Yasinta.
Yasinta mulai melangkah ke kamar utama yang ada suami dan madunya itu. Pelan- pelan mulai mengetuk pintu kamar itu. Dan pintu itu akhirnya dibuka oleh Mandala. Senyuman mengembangkan terlempar dari bibir keduanya.
" Iya, ada apa mbak Sinta?" tanya Mandala dengan ramah. Terlihat Mandala sudah berpakaian rapi tampaknya siap mandi.
" Hem itu, aku sudah memasak. Ayo kita makan bersama! Dimana Mas Pradana?" ucap Yasinta.
" Oh Mas Pradana masih mandi, mbak!" jawab Mandala.
" Oh begitu yah! Mandala! Kamu jangan telat makan yah. Ada bayi didalam perut kamu. Setelah mas Pradana selesai mandi, ajak makan bersama yah!" kata Yasinta.
" Ada apa sayang?" tanya Pradana kepada Mandala.
" Ini mas! Mbak Sinta mengajak kita makan bersama. Katanya Mbak Sinta sudah memasak." jawab Mandala.
" Sinta! Kami mau makan di luar sekalian mau belanja keperluan Mandala dan anak kami nanti." kata Prada memberi tahu kepada Yasinta.
" Oh begitu yah!" sahut Yasinta berusaha menyembunyikan rasa kecewa nya.
Mandala yang melihat raut wajahnya Mbak Yasinta sedih dan kecewa mulai menghibur nya.
" Mbak Sinta, Jangan khawatir! Nanti kalau aku pulang dari jalan- jalan, aku pasti makan masakannya mbak Sinta deh. Masakannya mbak Sinta pasti sangat enak!" kata Mandala pelan dekat ke telinga Yasinta.
" Atau aku boleh mencicipi sekarang, mbak?" tambah Mandala sambil melangkah ke meja makan.
" Hai Mandala sayang! Kamu mau kemana sayang? Ayo kita berangkat sekarang!" kata Pradana sambil menarik tangan Mandala. Mandala hanya menatap Mbak Yasinta dengan pandangan penuh iba.
" Mbak Sinta! Kami pergi dulu yah! Kami cuma sebentar kok!" teriak Mandala yang masih bersikap sopan dan selalu menghormati Yasinta.
Yasinta hanya melemparkan senyumnya kepada Mandala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments