Hari di mana kami pergi berlibur. Liburan sesuka hati tanpa batasan sama sekali.
Namun, meski begitu kami harus berhati-hati karena kami adalah idola yang dikatakan sukses sangat cepat setelah debut hampir lima tahun. Konser tour dunia kami sukses besar. Bagi kami, kami sangat bersyukur dan berterima kasih.
Perjuangan bertahun-tahun ini dapat terbalaskan. Mendapatkan cinta dari mereka para penggemar.
Kami datang ke bandara ditemani oleh manajer kami. Manajer Bong membantu kami agar bisa leluasa untuk pergi.
"Ayo ayo cepat. Lima menit lagi ..."
Kami terlambat pergi ke bandara. Kami berlari-lari untuk mengejar waktu.
Di mana Manajer Bong tidak bisa masuk sekarang.
"Oppa terima kasih ..." kata Arora.
"Kamsahamnida oppa."
Diikuti oleh para member lain.
"Jaga diri kalian di sana."
"Ne ..." jawab kami saat berlari.
Pesawat kami pun lepas landas.
Langit malam begitu indah, memandang dari balik jendela pesawat. Tidak seperti biasanya, Arora dan juga yang lainnya begitu amat senang dan bahagia. Perjalanan ini harus kami nikmati.
Arora sangat senang begitu senangnya sehingga ia ingin memberikan cahaya yang indah pada teman-temannya. Tapi, ia tidak bisa.
Arora masih merasakan takut untuk melihat reaksi mereka terhadapnya soal kekuatan yang Arora punya. Ia belum sanggup untuk itu. Juga merasakan khawatir tentang hubungan dengan mereka setelah rahasia ini terungkap. Arora tidak mau menghancurkannya. Merasakan dilema.
...***...
Tiba malam hari esoknya. Waktu Eropa.
Di bandara kami telah dijemput oleh Abe, kakak Arora. Kami masih merasa mengantuk, dan sedikit lemas. Kami belum begitu tersadar. Arora seperti biasa mengambil permen untuk dimakannya, agar Arora ada kerjaan untuk mengunyah permen.
Kami menuju rumah Arora terlebih dahulu untuk beristirahat karena tidak jauh dari bandara. Sedangkan villa akan memakan waktu yang lebih banyak daripada itu.
Di perjalanan menuju rumah Arora.
"Abang, kenapa kamu yang harus menjemput kami?"
"Kenapa?" tanya Abe dengan bahasa Indonesia sembari menyetir.
Arora dengan polosnya berganti menggunakan bahasa Jerman. "Nutzen Sie die Gelegenheit, um meine Freunde zu sehen? (Apakah kamu mengambil kesempatan untuk melihat teman-temanku?)"
Abe mengacak-ngacak rambut Arora. Arora pun langsung menyingkirkan tangan tersebut.
Melihat ke arah belakang. Mi-Sun, Yun Hea, dan Ji Ah berada di kursi belakang. Mereka sangat lucu dengan mata yang ingin tertidur.
Apa yang mereka bicarakan? Bahasanya terlalu banyak, bikin pusing. Dalam hati Mi Sun yang mengantuk.
"Kalian tidur saja. Ketika sampai nanti aku bangunkan."
Mereka mengangguk.
"Ne .."
Sesampainya di rumah Arora. Kami disambut oleh kedua orangtua Arora. Namun kami tidak begitu banyak mengobrol dengan mereka karena ini sudah larut malam. Mereka menyuruh kami untuk beristirahat lebih dulu.
Di kamar milik Arora. Arora bersama Yun Hea. Sedangkan Mi Sun dan Ji Ah mereka tidur di kamar tamu.
Arora bergegas ke kamar mandi. Dan Yun Hea tengah duduk di tempat tidur memandang kamar milik Arora. Kedua kalinya mengunjungi rumah Arora beserta keluarganya. Namun, saat itu ia belum pernah masuk ke kamarnya ini.
Arora pun telah kembali.
"Eonni belum tidur?"
"Aku jadi tidak mengantuk," serunya. Kemudian ia melihat ke arah banyaknya buku disini.
"Wow," sahutnya beranjak melihat buku-buku yang tertata rapih tersimpan di rak.
Yun Hea terpukau dengan semua buku-buku yang dimiliki Arora. Ini di luar prediksi yang dia pikirkan. Baik kamar asrama maupun kamar di rumahnya tetap saja dipenuhi dengan buku-buku. Tak lupa juga dengan figure kesukaannya.
Buku-buku ini membenarkan pertanyaan dari IQ Arora yang tinggi tak lupa dengan apa yang di dapatkannya saat masih sekolah bersama Mi Sun. Piagam prestasi yang banyak walaupun mereka sekolah khusus seni, akademik prestasi Arora sangat menumpuk saat itu dan membanggakan sekolahnya.
Kami pun pernah menontonnya dimana Arora mengikuti perlombaan cerdas cermat mewakili sekolahnya. Itu sangat mengagumkan mengalahkan banyak sekolah terutama sekolah umum.
Di sekolahnya Arora mendapatkan julukan sebagai Profesor Idol.
Namun mendengar julukan tersebut. Sebagai orang yang dekat dengannya. Kami mengenali Arora sebagai orang bodoh di antara kami.
"Kamu membaca semua ini??"
"Ya eonni," seru Arora sembari melakukan suatu hal disana.
"Kalau aku sepertinya tidak kuat untuk membaca semua ini," ujar Yun Hea.
"Matamu sudah minus jangan terlalu diporsir jika membaca," sambungnya.
"Nee eonni .."
Walaupun Yun Hea juga pintar tapi dibandingkan dengan Arora terlewat sudah.
Arora hanya tersenyum mendengar hal itu. "Eonni jika haus, ambil saja ini."
"Nde."
Namun tak sengaja ia mendapati kembali buku yang aneh.
"Buku apa ini?" tanya Yun Hea.
"Buku ini terlihat kono dan... Yunani lagi?"
Arora masih terdiam bahwa Yun Hea mendapati buku seperti itu kembali.
"Untuk apa kamu membacanya, Ara? Sepertinya ini mirip dengan buku yang aku temukan di kamar asrama mu."
"Umm..."
"Sejak kecil kamu membaca buku-buku seperti ini?"
"Mmm..."
"Ara?"
"Aku hanya penasaran dengan itu. Aku menyukainya," tutur Arora langsung bergegas ke tempat tidur.
"Sebaiknya kita harus tidur, eonni," sambungnya.
Yun Hea masih diam memandang buku yang ia pegang itu.
"Baiklah, mari tidur."
...🕊️🎶...
^^^ Epilog_______^^^
Di kamar tamu Ji Ah dan Mi-Sun berada.
"Waaaww ..." Mi-Sun selalu terpaku dengan sesuatu hal kecil yang ia lihat dan terima.
Dia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.
"Ganti pakaian dulu Mi-Sun."
"Aku mau langsung tidur saja eonni. Aku sudah ngantuk."
"Nanti keringatmu menempel diseprai. Cepat ganti dulu."
Mi-Sun bangkit dengan malas. "Ne, ne..."
Mi-Sun masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamar.
Tok Tok Tok
"Who?" kaget Ji Ah mendengar suara ketukan pintu.
Segera Ji Ah membukanya. Mungkin itu adalah Arora dan Yun Hea.
Dibukanya. Cklek.
Bukanlah kedua orang yang dipikirannya. Melainkan.
"Hallo." Dia tersenyum lebar namun sedikit kikuk. Membawa sebuah nampan menyajikan minuman.
"I just wanted to carry this for you ..." Masih berpikir. "Ji Ah and Sun."
"Ne. Gomawo." Ji Ah benar-benar gugup berhadapan dengan kakaknya Arora. Kim Abe Meier.
Ji Ah mengambil nampan itu.
"Good night."
"Nee." Ji Ah hanya bisa menjawab iya saja dan tersenyum.
Abe lalu pergi. Ji Ah menutup kembali pintu kamar.
"Eonni? Siapa yang datang?" Mi-Sun baru saja keluar dari kamar mandi.
"Abe-ssi. Dia membawakan ini pada kita." Ji Ah meletakkan nampan itu. "Minumlah dulu, Mi-Sun."
"Abe-ssi sangat perhatian." Mi-Sun membawa gelas berisi air dan meminumnya.
Ji Ah pun melakukannya, menegukkan air.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Mampir lagi kak, semangat 😊
2020-11-26
1
dionyzeus
likee
2020-11-19
1
Yhu Nitha
like1
2020-08-29
1