Rilis 09/05/2020
Revisi 10/10/2020
Waktu berlalu begitu cepat. Biasanya hari-hari kita selalu sibuk, memiliki kesibukan dan jadwal yang telah ditentukan. Namun, kini kami hanya memanfaatkan waktu istirahat yang diberikan oleh Hwan Sajangnim.
Kamar Mi-Sun tertata rapi. Ditemukan seseorang yang masih tertidur lelap. Juga kamar Ji Ah, dia masih tidur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Sementara di kamar Yun Hea. ???
"Ara .."
Yun Hea berjalan menuju kamar Arora. Dia juga mengetuk pintu Arora.
TOK TOK TOK
"Araaa ..."
Masih belum ada jawaban.
"Ara."
"Masuk."
Suara Yun Hea membangunkan Arora.
Yun Hea pergi ke kamar Arora. Perlahan matanya langsung tertuju ke lantai karena buku-buku bertebaran disana.
"Kebiasaan. Kalau sudah selesai, cepat bereskan," kata Hea yang baru datang menasihati Arora.
Arora tak ingin mendengarnya bergegas menutupi wajahnya dengan selimut. Dia sangat mengantuk karena dia begadang membaca buku.
Yun Hea menarik selimut itu. "Bangunlah."
"Eunghtt...."
Namun Arora langsung menariknya kembali. Mengabaikannya.
"Kau sedang berada dimode dingin," ucapnya.
Yun Hea masuk ke dalam selimut dan ikut berbaring disebalah Arora.
"Ahh Hea eonni," sahut Arora ketika Yun Hea telah memeluknya.
Yun Hea sengaja memeluknya karena Arora sangat menyukai pelukan. Apalagi jika Arora dalam mode ini, dia terlihat kalem namun misterius.
Waktu berjalan lagi, mungkin sudah lama. Kami tidur bersama di sini. Arora bangun dan melakukan sedikit gerakan, sehingga Yun Hea pun tergerak untuk membuka matanya.
"Eonni," ucap Arora.
"Hmm?" seru Hea sembari menguap.
Arora tidak kembali bersuara. Membuat Yun Hea bertanya.
"Ada apa?" tanyanya. "Kenapa kamu diam setalah memanggilku."
"Aku hanya ingin memanggil saja," kata Arora.
"Mm aigo."
Yun Hea penasaran dengan buku-buku yang berserakan. Dia bertanya-tanya apa yang dia lakukan dengan buku-buku itu sekarang. Apakah dia mencari sesuatu pada buku-buku yang dibacanya.
Meski Yun Hea tahu, Arora selalu membaca berbagai buku apapun itu. Yun Hea secara tidak sengaja menemukan sebuah buku dan dia membukanya untuk membacanya, tetapi Yun Hue tidak mengerti isi dari buku tersebut.
Yun Hea mengatakan. Arora terlalu cerdas sehingga membuatnya terlihat semakin bodoh.
"Aku ingin bertanya, apa yang kamu lakukan dengan buku-buku itu?"
Arora melirik Hea. "Hanya ingin membacanya."
"Jadi benar kamu bisa membaca huruf latin? Bagaimana bisa?"
"Ma-maksudku aku suka dengan huruf latin, jadi aku ingin melihatnya yaa mempelajarinya meski aku tak paham hehe," imbuhnya dengan gugup.
Astaga Arora! Kamu hampir ketahuan. Mereka tidak boleh tahu, itu akan membuat mereka semakin curiga padaku.
"Jangan terlalu berlebihan jika kamu membacanya."
"Ne eonni."
"Kamu bisa saja sakit," seru Yun Hea kembali.
Arora menjawabnya lagi, "Ya eonni aku tidak akan melakukannya lagi."
Yun Hea membuang nafas. Dan berpikir itu akan terulang kembali.
DERT. DERT DERT. DERT.
Yeah, you could be the greatest
You can be the best
You can be the King Kong banging on your chest
Ringtone lagu Half Of Fame ponsel Arora bersuara.
Arora langsung menuju arah handphone itu tersimpan. Karena sulit untuk membawanya terhalang oleh Yun Hea. Arora meminta tolong.
"Gomawo," ucap Arora terhadap Yun Hea.
Melihat siapa yang memanggilnya, mata Arora langsung membulat dan menatap Yun Hea.
Hea mendapati reaski tersebut. "Who?"
Arora mengabaikannya dan segera mengangkat telepon. Dia bergegas pergi, dia keluar dari kamar.
📞
"Hallo ... Ne, bagaimana? Apakah kamu sudah menemukannya?"
"...."
"Baiklah, aku akan segera ke sana."
Arora memutuskan panggilannya, saat membalikan badannya ternyata Yun Hea sudah berada disini.
"Kamu mau pergi? Siapa yang menelepon mu?" tanya Yun Hea.
"Hea eonni, aku harus keluar sebentar. Aku mau bersiap-siap dulu," seru Arora tersenyum dan melangkah pergi meninggalkan Hea.
...***...
Arora sudah pergi beberapa setangah jam yang lalu. Sementara Yun Hea sedang duduk di sofa menatap televisi yang menyela, tetapi mata itu tidak melihatnya.
Ji Ah baru saja keluar dari kamar mandi, melihat Yun Hea sedari tadi seperti itu.
"Hea."
Masih tidak ada balasan.
"Yun Hea .." Dan akhirnya Yun Hea pun tersadar.
"Ne?"
"Kamu melamun. Ada apa?" tanya Ji Ah.
Yun Hea terlihat kebingungan. Ia mengusap-usap wajahnya. "A-aku, eonni?"
"Ne?" seru Ji Ah.
"Aku selalu merasa Ara sedang menyembunyikan sesuatu," ucapnya.
Kemudian Yun Hea melanjutkan kembali ucapannya.
"Apa eonni pernah merasakannya juga? Pagi ini Ara terlihat mencurigakan lagi dan aku tidak berani untuk bertanya."
Ji Ah berpikir. "Ah .. Ara." Di menghela nafas. "Kamu tahu, Ara sudah seperti itu sejak dulu. Dia itu sangat tertutup." Sedikit tertawa.
"Tidak eonni ..."
Tiba-tiba Mi Sun datang. "Ada apa ini?"
Ji Ah dan Yun Hea langsung melihat ke arahnya. "Ini, dia bilang hari ini Ara sedang menyembunyikan sesuatu." Sembari beranjak dari duduknya. "Kita tahu kan dia memang seperti itu," lanjutnya melangkah pergi.
Ji Ah tidak ingin menganggap negatif rekan kerja, teman, dan sudah dianggap sebagai saudara perempuannya sendiri, Arora. Meski Ji Ah merasa aneh, tapi dia tetap berpikir positif untuk menghindari perselisihan di antara kami. Ataupun ia akan mengatasinya dengan caranya sendiri kepada Arora.
“Ohh Ara. Dia memang gadis misterius. Black Angle,” seru Mi Sun dengan tenang sambil menyantap jajanan di meja.
"Eonni jangan terlalu berpikiran negatif, mungkin Ara hanya ingin kita tidak khawatir."
"Justru karena dia begitu, itu membuatku khawatir," ungkap Yun Hea.
Yun Hea tidak bisa berbuat apa-apa, dia menyerah pada segalanya. Mereka berdua selalu berpikiran positif. Jika memang ada kendala, Yun Hea harus mencari tahu sendiri.
.
.
.
🕊️🎶
Bersambung ...
^^^Epilog_______^^^
Malam hari sebelum Yun Hea datang menemui Arora di kamar.
Semua orang sedang tertidur di kamar mereka masing-masing. Kecuali Arora.
Arora mendapatkan paket. Segera ia keluar dari asrama untuk mengambilnya.
Ia masuk ke dalam lift. Menekan tombol. Lift itu bergerak ke bawah.
Sampainya di bawah. Ia menuju pos apartemen untuk mengambil paketnya.
"Gomawoyo, gamsahamnida ahjussi."
Arora kembali masuk ke asramanya. Segera ia masuk ke dalam kamar.
Arora membuka paket yang dikirimkan oleh kakak laki-lakinya, Abe.
Sebuah buku.
Arora membuka perlahan lembaran pertama. Berisikan tulisan yang sama tentang sekumpulan Mitos dan Legenda dan berisi kisah-kisah mengenai Dewa dan Pahlawan, sifat dunia, dan asal usul serta makna dari praktik ritual.
Ia berdiri beranjak untuk mengambil buku yang lain yang ada di rak. Rak yang dipenuhi oleh buku-buku miliknya, figur Marvel dan Disney. Juga beberapa hadiah dari penggemarnya.
Membawa semua buku untuk menghubungkan teka-teki dari semua yang ada dalam dirinya.
Sampai larutnya ia terus membaca. Memberi tanda pada sebuah kalimat yang diperlukan. Dan terus menganalisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Mampir lagi kak, semangat 💪😊
2020-11-03
1
Djohan
Lanjut😊
2020-09-12
1
Sept September
semangat kakakkkk
2020-09-12
1