Nisa menuju pasien yang diinformasikan oleh perawat tadi.
"Anin?"
"Kak Nisa?"
"Kamu pasien yang alergi udang? Kakak kira siapa. Habis makan apa sih kok sampe kamu gak tau?"
Belum sempat Anin menjawab, Bagas dan kedua orang tuanya menghampiri Anin dan Nisa.
"Kamu sudah baikan, sayang?" tanya ibu
"Anin gak papa kok Yah, Bu. Gatalnya juga mulai berkurang"
"Kalian kenal sama Anin?"
"Ini tunangan aku"
Kata kata Bagas membuat Nisa sedikit melongo karena kaget.
"Anin kapan boleh di bawa pulang ya dokter yang terhormat?" kata Ayah dengan nada tidak suka kepada Nisa
"Sekarang juga boleh kok om, saya resepkan dulu obat yang harus di tebus dan silahkan selesaikan administrasi nya. Kalo begitu saya permisi dulu" Nisa segera menuliskan resep dan meninggalkan ruangan UGD.
.
Bagas menyelesaikan administrasi dan menebus obat yang diresepkan tadi.
Matahari mulai tergelincir. Semburat cahaya oranye muncul menandakan hari akan berganti gelap. Anin dibawa pulang ke rumah Bagas.
"Nanti kamu nginep aja ya sayang, ibu masih khawatir sama kamu" kata ibu yang masih memapah Anin masuk ke dalam rumah.
"Gas, ambilin air gih buat Anin. Biar obatnya bisa diminum"
"Iya Yah" Bagas bergegas ke dapur mengambil air minum dan segera kembali ke ruang tamu.
"Emang tadi ada makanan yang mengandung udang bu?" tanya ayah bingung karena beliau ingat tidak ada udang saat makan tadi.
"Mungkin tomyam nya pake kaldu udang Yah. Ibu juga gak tau. Ternyata kamu sama persis seperti almarhum ya, ayah kamu dulu juga alergi udang"
"Duh yang inget mantan, ayah mah apa atuh?"
"Ih, ayah ni. Kan ayah juga tahu kalo almarhum memang alergi udang" protes ibu tak terima
"Nih Yank minum dulu obatnya. Habis ini langsung tidur ya. Biar cepet pulih"
"Aku dianter pulang aja mas, gak enak kalo nginep"
"Gak enak sama siapa sih nak? Bagas? Tenang aja, gak bakalan dia macam macam kalo ada ayah"
"Bukan Yah, Anin gak enak sama tetangga Anin. Nanti malah jadi bahan ghibah"
Sontak semua yang mendengar tertawa. Anin bersiap untuk pulang. Dia mencium punggung tangan orang tua Bagas.
"Sini peluk dulu sama ibu, baik baik ya sayang. Sering main ke sini. Biar ibu ada temennya"
"Iya bu, ya sudah Anin pulang dulu. Ayah sama Ibu juga baik baik di rumah ya. Jangan berantem karena almarhum ayah Andi, hehehe"
"Jelas Ayah yang menang dong Nin, udah dapat Bagas dan adiknya lhoh, sekarang dapat calon mantu cantik lagi" goda ayah
"Hahaha, ayah bisa aja"
Tiin tiin
"Anin pulang dulu, udah gak sabar di dalam mobil, assalamualaikum"
"Waalaikum salam. Hati hati bawa mobilnya Gas"
"Iya yah"
.
Dalam perjalanan Anin ingin bertanya banyak hal. Tentang Nisa dan juga Ana. Tapi niatnya diurungkan. Menurutnya itu tidak penting karena mereka hanya berpura pura jadi untuk apa masuk ke dalam hidup seseorang terlalu jauh.
"Ada yang pengen ditanyain?" Bagas memulai percakapan seolah tahu yang dipikirkan Anin
"Hm? Apa? Gak kok, gak mau tanya"
"Nisa adalah mantanku, kami putus karena orang tua Nisa terutama ibunya menentang hubungan kami. Menurutnya, tentara itu tidak akan bisa mencukupi kebutuhan hidup anaknya. Mau tidak mau hubungan kami harus berakhir. Kamu kok bisa kenal Nisa?"
"Kak Nisa anak paman aku, aku tidak terlalu akrab dengannya. Karena bibi melarang kami sedekat saudara"
"Ooh gitu"
"Masih cinta sama kak Nisa?"
"Hahahah, kalaupun masih emang bisa apa?"
"Ya perjuangin lah, buktiin kalo kamu itu bisa menjadi seperti yang bibi minta"
"Gak lah, udah cukup hati aku sakit. Dia aja gak mau diajak berjuang bersama ngapain aku harus merjuangin dia?"
Anin hanya tersenyum getir. Dia tahu bahwa Bagas masih memiliki rasa untuk Nisa, tapi dia berbohong. Hal itu membuat hati Anin sesak. Entah mengapa, saat ini ingin dia teriak.
"Kamu tadi lihat kan gimana ayah gak suka dengan Nisa? Ibu aja acuhnya minta ampun. Aku gak bisa kalo suruh ngelawab orang tua, karena sekali aku melawan pasti akan ada yang terjadi. Entah besoknya atau lusa"
"Ooh, kalo Ana?"
"Ana itu adik sahabat aku, kakaknya itu dokter di kesatuan kesehatan TNI. Ana kayak ulet, nempelin mulu. Jadi risih sendiri. Masih ada yang mau ditanyakan?"
"Gak, Kak Nisa sebenernya baik kok. Cuma takut sama bibi aja, makanya dia gak pernah ngelawan. Jadi, kalo emang masih cinta ya saran aku coba perjuangin"
"Hahaha, udah gak usah bahas Nisa lagi. Mantan. Manis dalam ingatan"
"Yeeeee, kalo diinget terus juga gak bakalan move on"
"Move on kan gak bisa semudah membalikkan ikan yang lagi di goreng"
"Hahaha, membalikkan telapak tangan keles"
"Kenapa gak bilang sih kalo ada alergi? Ibu pasti marah nanti"
"Yang aku khawatirin malah bukan alerginya. Ibu tadi nanya, kenal Mas dari mana? Aku jawab dari bang Raka. Kenal Raka dari mana? Aku jawab lagi bang Raka dulu kakak kelas Anin"
Bagas berpikir cukup lama. Dia takut jika rencana nya terbongkar. Bagas tahu betul bagaimana ibu nya. Dia harus bagaimana?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
LF Febriani Nora
makin kesni makin suka sma crita🥰
2022-08-25
0
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
ternyata orang tua mereka punya cerita menarik ya.
dan seorang Bagas dikelilingi oleh fans dan mantan yang notabene nya sepupu Anin
hatiku nelongso 🤔🤔🤔
2021-12-27
0
Puji Harti
weleh ternyata dunia selebar layar hp doang jd anin ketemu bagas yg mau di jodohin dl.. 😂😂😂
2021-10-11
0