Hari berganti dengan begitu saja. Tiba saatnya melepas kepenatan. Namun, berbeda hal nya dengan Anin. Dirinya gugup. Hari ini hari sabtu. Saatnya dia untuk bertemu dengan orang tua Bagas. Dia tengah sibuk memilah milah baju yang akan dia kenakan.
"Pakai apa ya? Masak pakai dress sih. Haduh, pusing sendiri milihnya"
Tiin tiin
"Siapa lagi, ganggu orang aja lagi milih baju juga!"
Anin menghampiri pintu dan dilihatnya Bagas yang baru saja turun dari motornya.
"Kok belum siap sih?"
"Kok udah datang sih? Baru juga jam 10. Duduk dulu deh, aku ganti baju dulu"
"Iya, gak pake lama ya Yank"
"Hiiii, bisa gak sih panggilnya nama aja. Jijyk dengernya"
"Hahahaha, kan tunangan. Biar lebih spesial"
"Emang martabak, spesial. Udah ah, mas mau minum?"
"Gak usah, buruan ganti sana"
.
Anin akhirnya memilih mengenakan celana panjang warna coklat susu dengan atasan kaos putih polos yang dipadukan dengan blazer putih dengan hiasan bunga. Dandanannya yang minimalis membuatnya sangat cantik. Rambutnya ia kuncir kuda dengan menyisakan poni samping. Semakin menyempurnakan penampilan Anin
Anin menyambar tas nya, memasukkan hp dan dompetnya. Kemudian dia menuju pintu.
"Ayok berangkat"
Bagas menoleh ke sumber suara, dilihatnya penampilan Anin dari atas hingga bawah. Mata Bagas bahkan tak berkedip karena tersihir oleh pesona Anin.
Cantik... itulah kata hati Bagas.
"Woy, ayoooo. Kenapa? Baru lihat orang cantik?"
"E eh, ayo. Cantik dari mana? Biasa aja gini kok bilang cantik"
"Hilih, alibi!" Bibir Anin mencebik. Anin segera menutup pintu rumahnya. Bagas bergegas menstater motornya. Anin duduk di belakang, tangannya berpegangan pada besi belakang.
"Ck, pegangan dong Nin! Nanti jatuh gimana?"
"Gak, udah deh. Ayo cepetan jalan"
"Gak bakalan jalan kalo gak pegangan. Bahaya!"
"Ck, modus pasti ni"
Bukannya berpegangan pada pinggang Bagas, Anin malah berpegangan pada pundak Bagas.
"Haaahhh, terserah kamu aja lah Nin. Dasar kepala batu"
.
.
.
Bagas memarkirkan motornya di halaman rumah. Anin turun dari boncengannya. Anin melihat rumah Bagas sangat luas dan hawanya sejuk.
"Ayo masuk" Bagas berjalan mendahului Anin sambil menggandeng tangan Anin.
Anin agak gugup. Tangannya dingin. Merasakan tangan Anin yang dingin, Bagas menanyakan keadaan kepada Anin
"Kamu gak papa? Kok dingin banget sih tangannya"
"Gak papa, sedikit gugup aja"
"Tarik nafas dalam, hembuskan"
Anin mengikuti apa yang Bagas katakan. Bukannya dikeluarkan lewat mulut malah dikeluarkan lewat belakang.
Preeettt
Anin terkentut. Segera dia lari ke halaman rumah Bagas.
"Wkwkwkwk, disuruh buang perlahan dia malah kentut"
"Hish, diam dulu dong. Perut ku mulas ini" Muka Anin memerah karena malu. Anin menghampiri Bagas yang masih tersenyum.
"Udah dong Mas, jangan bikin tambah grogi" ucap Anin kesal
"Iya maaf, ayo masuk. Santai aja sih Yank"
Anin mencubit perut Bagas karena daritadi memanggilnya dengan sebutan Yank.
"Aw, sakit"
"Panggil nama aja bisa kan?"
"Emang salah, lagian di perjanjian gak ada bahas itu ya. Udah ayo masuk
Belum sempat Bagas membuka pintu, pintu rumahnya sudah terbuka. Seorang wanita paruh baya membukakan pintu untuknya.
"Kok malah di depan pintu. Ini calon mantu ibu? Cantiknya" Bu Rita memuji Anin. Anin dengan segera mencium punggung tangan Bu Rita sambil tersenyum.
"Ayo masuk dulu. Ayah ada di dalam. Kamu gimana sih Gas, kenapa gak dari dulu aja dikenalin ke ibu dan ayah?"
Yang ditanya hanya tersenyum nyengir. Bu Rita masuk ke dalam rumah disusul Anin dan Bagas.
"Yah, Ayah, ini calon mantu kita datang"
Ayah Ardhitama menoleh. Anin dengan segera mencium punggung tangan Ayah Bagas. Ayah Ardhi mengelus rambut Anun dengan lembut.
"Silahkan duduk" ucap Ayah
Ibu duduk di sebelah Ayah. Anin dan Bagas duduk berseberangan dengan kedua orang tua Bagas.
"Jadi namanya siapa mbak cantik?" sahut bu Rita
"Perkenalkan nama saya Anin. Anindya Wijaya. Saya masih kuliah ambil jurusan DIV kebidanan Yah, Bu"
"Gimana Yah, Bu? Jadi stop ya jodoh jodohin Bagas"
"Iya, kalo dari dulu kamu bawanya pasti ibu sama ayah gak bakalin jodohin kamu sana sini Gas"
"Oya Anin, orang tua kamu?"
"Orang tua Anin sudah lama meninggal yah, dulu waktu Anin masih SMP. Orang tua Anin meninggal karena kecelakaan. Dulu orang tua Anin juga tentara"
"Oh ya? Siapa namanya? Siapa tahu Ayah kenal?"
"Andi Wijaya. Nama Anin gabungan dari Andi dan Nindya"
"Andi Wijaya?? Kamu bener anaknya Andi Wijaya? Bu, coba ambilkan foto ayah yang di ruang kerja. Bener orangnya apa gak"
Ibu bergegas ke ruang kerja ayah mengambil foto yang dimaksud. Setelah menemukannya Ibu kembali ke ruang tamu.
"Ini yah"
"Bener ini nak Anin?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Gina Savitri
Hahaha...sumpah ngakak denger anin kentut, malu banget gak sih depan cowok baru kenal malah kentut 😂
2024-09-19
0
Risa Istifa
haaadddeeeehhhh malah preeeetttttt .. 🤦🏽♀️
2022-06-01
0
Neneng cinta
wkwkwk...ngakak🤣🤣🤣
2022-02-27
0