Ceklek
"Bi bibi! A ada yang bisa Anin bantu bi?" Anin terbata bata karena tidak menyangka yang sekarang berdiri di depan pintu rumahnya adalah Bibi nya.
"Gak perlu basa basi, mana amplop yang paman mu kasih? Cepat serahkan kepada ku. Jangan harap kamu bisa menikmati uang itu. Sudah ku katakan berapa kali, jangan pernah terima uang dari paman mu. Kamu itu selalu jadi beban kami. Cepatlah pergi dari kota ini. Jangan mengganggu kami. Sudah cukup kami dibebani olehmu" sentak Bibi Anin.
Lidah Anin kelu, dia tidak bisa lagi untuk berucap. Hanya buliran bening yang sekarang sudah jatuh lah yang mewakili perasaab hatinya.
Bibi Anin selalu menganggap Anin adalah beban bagi mereka. Beliau selalu merendahkan dan mencaci Anin. Berbeda dengan paman Anin yang begitu menyayangi nya.
Anin tersadar dari lamunannya, segera dia kembali ke dalam rumah mengambil amplop itu. Dia kembali ke depan pintu, disana bibi nya sudah tidak sabar menunggu nya.
"Mana sini cepat amplopnya!" kata bibi Anin tidak sabar seraya merebut amplop yang masih di pegang Anin.
"Ingat ya! Kalo kamu masih berani nerima uang dari paman kamu, saya pastikan kamu angkat kaki dari kota ini" tambah bibi Anin seraya meninggalkannya.
Hati Anin sakit. Dia merasa dirinya menjadi pengemis untuk pamannya sendiri. Padahal, Anin sama sekali tidak pernah meminta kepada paman nya. Anin merasa rindu kepada kedua orang tua nya.
"Sabar Nin, Ayah, bunda kemana Anin harus bercerita? Anin kangen sama kalian. Apa kalian gak kangen sama Anin? Terlalu lama Anin sendiri. Toling segera jemput Anin. Anin pengen bersama kalian" air matanya lolos dari pelupuk matanya.
.
.
.
Jam menunjukkan pukul 15.00 WIB. Anin segera bersiap menuju kafe x. Anin mengenakan kaos hitam favoritnya, celana jeans biru dan sepatu putihnya. Dandanan nya simpel tapi membuatnya cantik. Anin memang gadis yang gak suka neko neko apalagi untuk urusan dandan berdandan dan pakaian. Apapun yang akan dikenakannya selalu pas. Tubuhnya yang ideal memang pas jika dipakaikan apapun.
Anin memasktikan lampu rumah sudah dinyalakan, mengecek kompor sdh tidak menyala, air pun sudah dimatikan. Selesai melakukan pengecekan Anin segera keluar dan mengunci pintu nya.
Anin memutuskan untuk berjalan kaki ke kafe tersebut karena dekat dengan rumahnya hanya sekitar 20 menit ia akan sampai.
Saat Anin hampir sampai ke kafe x, dia melihat anak kecil yang tiba tiba berlari menyebrang ke jalan raya. Sang ibu yang terkejut melihat anaknya berlari setengah berteriak memanggil nama anaknya, Anin yang melihat dari arah berlawanan melihat motor yabg sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Tanpa mempedulikan sekitarnya Anin berlari menuju anak kecil tersebut. Dannnn.....
Ciiiiiiiiiiiiiiiittttttttttt.
Suara rem itu terdengar sangat keras. Orang yang di sekitar pun kaget dibuatnya. Ibu dari anak kecil tadi berlari menuju anaknya. Anin dan anak kecil tadi ditolong oleh warga dibawa ke pinggir jalan. Ibu itu berterima kasih kepada warga dan Anin yang telah menyelamatkan anaknya.
Di sisi lain pengendara motor itu sempat jatuh, tapi hanya sedikit goresan di tangannya yang terkena aspal. Dia berjalan menuju Anin yang masih syok.
Pria itu sedikit kesal dengan tindakan Anin.
"Eh, mbak! Lain kali ati ati dong. Anaknya dijagain yang bener! Jalanan umum nih, jalan raya! mobil motor pada lalu lalang" kata pria berkulit agak legam itu.
"Anak? Eh mas, situ yang harusnya hati hati. Mentang mentang jalanan lenggang bawa motor ngebut!" kata Anin sambil mendongak melihat pria yang memarahi nya
Deg.. deg.. deg.. hati Anin berdetak. Pria yang dihadapannya sangat tampan, rambut cepaknya lesung pipit di pipi nya hidungnya yang mancung bak prosotan kulitnya yang legam mampu mempesona Anin.
Sedangkan yang sedang dilihat Anin hanya bingung melihat sikap Anin.
"Kenapa? Gak pernah lihat orang ganteng?" jawab si pria
Blush, wajah Anin merona karena ketahuan dia sedang mengagumi sang pria.
"Diiiihhhhh, situ ganteng? Kaca di rumah gak burem kan? Siapa juga yang merhatiin situ!" jawab Anin asal
Saat sang pria hendak menjawab bahunya ditepuk oleh seseorang dan pria itu menoleh.
"Maaf mas, anak saya nyebrang sembarangan tadi. Saya lalai. Sekali lagi maafkan saya. Saya belikan obat dulu untuk lukanya"
"Eh, gak usah bu. Jadi anak ini anak ibu? Saya kira anak mbak nya tadi" jawab pria itu sambil berbalik dan mendapati Anin sudah berlalu.
Gimana gaes alurnya? perlukah ditambah konflik? tinggalkan jejak ya. Biar author makin semangat 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Gina Savitri
Blm sampai kafe udah ketemu duluan 😊 jodoh emang kayanya 😄
2024-09-18
0
Qaisaa Nazarudin
Lha ini kan cowoknya yg mau bayar anin jadi pacar pura2 nya..
2024-05-27
0
Suprihatin
selalulah peran utama terkena tindasan dulu ya Thor
2023-05-01
0