

Tunangan Bayaran

 

Mengandung Bau Perhatian

Selesai mencetak tugas akhir, mereka mampir di kafe x. Setelah mencari meja yang kosong segera mereka memesan makanan.

"Eh mbak yang kemarin lagi" sapa pelayan kafe x

"Hehe iya mas"

"Silahkan dinikmati. Pacarnya gak ikut mbak?" goda si pelayan sambil memberikan pesanan makanan mereka.

"Ih, udah dibilang bukan pacar juga. Cuma temen!" jawab Anin dengan wajah bersemu.

"Iya deh iya, saya tinggal dulu mbak"

"Makasih mas"

"Emang lo punya pacar? kok gak ngasih tau sih, namanya siapa kerjaannya apa ganteng gak?" tanya Tari yang begitu antusias.

"Cih, satu satu kek nanyanya. Bukan pacar! Kemarin gue ketemu sama klien gue itu... Dia tentara, asli Ri ganteng. Hitam maniiiiissss. Kalo lagi senyum lesung pipit nya beuuuuhhhhh, bikin klepek klepek dehhh"

"Mana sih, lihat foto nya dong. Penasaran gue"

Anin menyodorkan hp nya dan diterima oleh Tari. Tari sampai dibuat menganga ketika melihat foto profil Bagas.

"Pantes lo gak mau nolak tawarannya. Sambil menyelam minum air sih lo. Sekalian cuci mata" Tari membaca chat Anin bersama Bagas.

"Duit nya Ri, dia langsung bayar lunas lhooo"

"Ini, ini chat nya ke lo kok mengandung bau bau perhatian sih? Jangan jangan dia ntar beneran suka sama lo Nin"

"Hilih, perhatian dari mana? Orang chat begitu doang kok perhatian"

"Hilih, itu sekarang kenapa muka lo bersemu semerah tomat?"

"A apaan sih, cepetan abisin. Terus belajar inget besok ujian. Hah, gak kerasa ya Ri bentar lagi lulus. Cari kerja lagi, ngumpulin duit lagi buat hidup sama nabung buat kuliah profesi"

"Iya ya Nin, semoga lo keterima PNS deh Nin, jadi agak mengurangi beban lo"

"Amiin, semoga ya"

Klunting... Hp Anin berbunyi menandakan ada chat yang masuk.

Bagas : lagi dimana? Ketemuan yuk, biar lebih meyakinkan kalo kita emang beneran pasangan

Me : lagi di kafe kemarin, emang kamu libur?

Bagas : iya libur, tunggu sekitar setengah jam ya, otw 🏃‍♂🏃‍♂🏃‍♂

Me : gak usah lari, naik motor aja biar cepet

"Gue dikacangin nih, chat an sama siapa sih?"

"Bagas"

"Pantes senyum sendiri"

"Dih, siapa yang senyam senyum"

"Lo suka ya ama dia?"

"Uhuh uhuk, apaan sih Ri, gak usah ngaco deh. Hatiku masih buat kakak Adit tercintrong. Hahaha"

"Hilih, alibi lo doang itu. Yakin gue, lo bakalan jatuh hati beneran sama yang ini"

"Udah sih, jangan digodain mulu"

"Maaf lama" Kata Bagas menghampiri Anin setengah berlari

Anin dan Tari menoleh ke sumber suara. Mereka berdua mengagumi Bagas dengan kaos hitam nya membuat otot lengannya menyembul keluar. Senyumnya merekah bagai bunga yanh sedang mekar membuat pipi Anin memerah. Tari pun sama hal nya dengan Anin.

"Ehem ehem" Bagas membuyarkan angan mereka

"E eh, oya mas, kenalin temen aku. Tari. Tari ini Mas Bagas"

"Halo, aku Bagas" kata Bagas sambil mengulurkan tangannya.

"Ta Ta Tari" Tari masih melongo melihat Bagas lebih tampan dari fotonya meskipun kulitnya hitam.

"Kalian ni kebiasaan nya sama apa gimana? Belum pernah lihat orang ganteng juga?"

"Cih, mulai deh congkaknya. Silahkan duduk"

"Bukan gak pernah lihat orang ganteng mas, kalo ini sih jelmaan dewa" kata Tari sambil masih memandangi Bagas

"Udah dong Ri, Mas Bagas jadi risih tuh lo liatin mulu" sahut Anin Kesal

"Iya deh iya yang lagi cemburu"

Blushhhh.... wajah Anin yang tadinya sudah normal kembali memerah, bahkan lebih merah dari yang tadi.

Klunting... Hp Tari berbunyi. Dia membaca chat yang masuk.

"Nin, gue balik duluan ya. Bokap baru pulang dari NTB nih" Tari beranjak

"Lhah gue gimana?" sahut Anin bingung. Entah kenapa sekarang dia merasa canggung kepada Bagas

"Mas Bagas, titip Anin ya. Tolong anterin pulang juga" jawab Tari sambil nyengir dan berlalu

"Dasar lo ya, besok belajar sendiri. Gue gak mau nemenin lo belajar" kata Anin setengab berteriak kepada Tari.

"Gak usah teriak, pekak telinga aku Nin"

"Maaf, Mas, pindah tempat duduk sana"

"Pindah kemana?"

"Sini lah, depan aku"

"Gak ah, kan lagi latihan jadi pasangan"

"Hilih, modus!"

Bagas hanya tersenyum, dia senang menggoda Anin.

"Pesen apa?"

"Gak usah, minta punyamu aja"

"Ya sudah, jadi mulai dari mana?"

"Mmm, cerita diri kamu"

"Kan kemarin udah"

"Belum lengkap Nin"

"Ya sudah" Anin mulai menceritakan kisah hidupnya tanggal lahirnya alamat rumahnya teman terdekatnya jadwalnya hingga 2 bulan ke depan.

"Sekarang giliran aku ya, jadi aku anak nomor 1 dari 2 bersaudara. Adik aku Bidan PNS di pedalaman. Ayah purnawirawan TNI, ibu purnawirawan guru. Kerjaan aku kamu tau sendiri, usaha aku banyak. Sawah punya, toko matrial bangunan alhamdulillah lagi laris larisnya"

"Cih, songong lagi. Gak tanya tentang usaha ya"

"Hehehe, bercanda" kata Bagas sambil mengacak acak rambut Anin

Perlakuan Bagas yang memang menjiwai perannya untuk berpura pura membuat Anin semakin nyaman berada di dekat nya.

"Pulang yuk, udah mendung kayaknya"

"Ayok" kata Bagas

Sampai di parkiran Bagas mengambil motornya. Anin naik di jok belakang

"Dianter kemana neng?"

"Pelupa, kan tadi udah bilang alamat rumah aku di jalan kelinci 3"

"Hehehe, maaf ya. Ya sudah, pegangan dong!"

"Gak, aku pegangan belakang aja"

"Terserah kamu lah Nin" Bagas melajukan motornya meninggalkan kafe x. Entah kenapa Anin senang saat diantar pulang oleh Bagas.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***