Ribut

Anin meninggalkan Ana yang masih syok atas ucapan Bagas. Anin hendak menuju kelas, dan tak sengaja berpapasan dengan Adit.

Anin merapikan rambut dan baju nya. Berlenggang sampai bertatapan dengan Adit.

"Hai Nin, kelas pagi?"

"Hai kak, iya"

"Eh udah dulu ya, kakak juga ada kelas pagi"

"I iya kak" Anin sedikit kesal. Setiap bertemu Adit, Anin merasa diacuhkan olehnya. Hanya sapaan dan berlalu. Selalu seperti itu

Apakah ini namanya cinta bertepuk sebelah tangan?

Di kelas

"Woy, Bu Nita gak bisa masuk gaes, anaknya sakit" Seru teman sekelas Anin yang merupakan penanggung jawab mata kuliah x

"Ah elah, tau gitu berangkat siang gue" jawab teman Anin yang lain

"Iya sama" sahut yang lain

"Tapi kita dapat tugas suruh buat video tentang bab ini. Seolah olah kita emang lagi praktek ada yang jadi dosen ada yang jadi mahawiswa ada yang jadi pemilik tempat praktek. Jadi sekelas dibagi 2 kelompok. Biar cepet pake nya absen aja ya"

"Jangan absen dong, gue ogah sekelompok sama benalu centil!" sahut Ana

"Siapa juga yang mau sekelompok sama nenek lampir!" balas Anin

"Heh, mulut kalo ngomong dijaga ya!"

"Yang mulai duluan siapa, hah? kenapa mau berantem? ayok sini. Mumpung kelas batal!" tandas Anin

"Ooo nantangin lo ya"

Ana segera maju dan menjambak rambut Anin. Anin yang diserang tidak membiarkan Ana begitu saja menjambaknya, tangannya dengan cekatan mencakar muka Ana. Ana yang merasakan perih di wajahnya menggunakan tangan yang satunya untuk menampar Anin. Saat hendak menampar, suara yang tidak asing berada di ambang pintu.

"Ana, Anin. Berhenti! Kalian ini sudah tidak waras apa?! Berkelahi seperti ini, mau jadi apa kalian? petinju? atau tukang labrak?"

"Anin nih Bu Mayang, saya diserang terlebih dulu olehnya" sahut Ana

"Enak aja kalo ngomong!" jawab Anin sambil mendorong bahu Ana sedikit keras. Ana menjatuhkan dirinya.

"Tuh kan Bu Mayang lihat sendiri, saya korban bu"

"Udah, cukup! kalian berdua ke ruangan saya sekarang!" Ucap Bu Mayang membentak mereka berdua

Anin dan Ana mau tidak mau mengikuti bu Mayang menuju ruang dosen

Tari yang telat datang nya bingung

"Eh, gak jadi kuliah nih?" tanya Tari bingung

"Gak jadi Ri, bu Nita anaknya sakit. Tapi kita dikasih tugas kelompoknya dibagi 2 menurut absen aja biar gampang. Anin ribut sama Ana, noh mereka lagi dibawa ke ruang dosen" kata teman Tari sambil menunjuk mereka yang berjalan ke ruang dosen

"Hah? Ya Allah, kenapa lagi sih mereka?"

"Yang nyolot Ana duluan, semoga kali ini keadilan berpihak ke Anin. Oya. nanti sampaikan ke Anin dan Ana ya buat videonya di lab C. karena ruangan itu yang kosong"

"Oke, gue susulin mereka dulu deh Sis. Makasih infonya"

Tari bergegas menuju ruang dosen. Dia menunggu Anin dan Ana di depan ruang dosen dengan harap harap cemas.

Ceklek pintu ruang dosen terbuka. Anin keluar seorang diri. Melihat itu, Tari mendekatinya.

"Lo kenapa lagi sih Nin?"

"Bukan gue Ri, tuh nenek lampir! Kesambet setan lorong kali"

"Apa sih masalahnya?"

"Tadi pagi gue dianter Mas Bagas, gue gak tau Ana dan Mas Bagas kenal bagaimana, pas Ana tanya, Mas Bagas bilang lagi nganter calon bini. Trus abis itu kita ketemunya di kelas, eh taunya kosong. Malah ngajak ribut dia, gue dibilang benalu centil. Gak terima dong gue..." Anin bercerita sambil masih memegang rambutnya yang masih pedas karena dijambak Ana