Ayah menyodorkan foto yang ingi ditunjukkannya kepada Anin. Anin menerima foto tersebut dan melihatnya. Tiba tiba matanya dipenuhi cairan bening. Dengan satu kedipan saja membuat cairan itu lolos begitu saja di pipi Anin.
Anin mengusap air mata nya. Tapi dia tidak bisa lagi menahan tangisnya. Tangan nya ia gunakan untuk menutup mukanya. Dia menangis karena terlalu rindu dengan almarhum ayahnya. Senyum yang ada di foto itu membuatnya mengingat saat almarhum ayahnya tersenyum kepadanya.
"Ibu ambilkan minum dulu" Ibu menyadarkan Anin dimana sekarang ia berada.
Bagas memberikan tisu dan mengusap punggung Anin.
"Maaf yah, Anin terbawa suasana. Iya benar itu ayah Anin" kata Anin dengan suara agak serak
"Ayah dan almarhum ayah kamu dulu itu satu tim. Kami itu sahabat. Dekat sekali. Ayah juga sangat terpukul saat mengetahui kejadian itu. Ayah mencari kamu, karena ada janji yang harus ayah penuhi"
Ibu kembali dari dapur dan memberikan minum kepada Anin.
"Minum dulu sayang, kamu yang sabar ya. Masih ada kami, anggap kami orang tua kamu sendiri"
"Janji apa yang ayah buat dengan almarhum?" tanya Bagas begitu antusias dengan cerita ayahnya
"Janji untuk menjaga dan menjodohkan putri almarhum dengan putra ayah"
"Uhuk uhuk uhuk" Anin yang sedang minum terbatuk karena kaget dengan yang diucapkan ayahnya
"E e, ayah beneran Yah? Emang janjinya gitu?" Bagas pun kaget dengan ucapan ayahnya.
"Memang jodoh ya kalian, tanpa kami turun tangan kalian malah udah ketemu sendiri" Ibu tersenyum melihat ekspresi Bagas dan Anin.
"Tau gak Gas, Ibu itu mantan nya almarhum lho"
"Apaan sih Ayah ini, itu udah cerita lama"
"Untung berpaling ke Ayah, kalo gak, mana mungkin ada cerita kalian" timpal Ayah
"Ibu beneran mantan nya ayah Anin? Heheh, dunia sesempit itu ya ternyata. Ketemunya ya itu itu lagi" sahut Anin
"Iya, dulu ibu memang pernah menjalin kasih dengan ayah kamu, tapi waktu itu ayah kamu tugas di luar negeri dan waktu itu Ayah memang gak ikut tugas itu. Almarhum menitipkan ibu sama ayah. Eh, tau nya jodoh"
"Ooh, begitu. Ayah ini main tikung temen sendiri"
"Ya gak papa dong, kalo gak ditikung emang kalian lahir di dunia ini?"
Suasana rumah yang ceria dan hangat membuat Anin betah. Dia merasakan kehangatan dari seorang Ayah dan Ibu yang sudah lama tidak ia rasakan.
.
Waktu menunjukkan 12.00 WIB. Waktunya makan siang. Ibu memesan makanan dari aplikasi. Anin membantu ibu menyiapkan makanan.
"Nin tolong panggilkan Ayah dan Bagas"
"Iya bu" Anin bergegas ke ruang tamu
"Yah, Mas makanan nya udah siap"
"Oke, ayo Gas, ayah udah laper"
Mereka makan dengan tenang di meja makan. Tidak ada obrolan di antara mereka. Hanya suara sendok yang bertabrakan dengan piring. Selesai makan Anin mencuci piring.
"Kamu kenal Bagas dimana Nin? Soalnya dia itu setelah putus dengan pacarnya selalu tertutup kalo masalah percintaan"
"Anin kenal mas Bagas dari bang Raka, bu. Anin dikenalin pas itu mas Bagas lagi patah hati. Kenalan ya niatnya cuma temenan aja, eh tau nya berlanjut" kata Anin sambil nyengir
"Oh gitu, terus kenal Raka dimana?"
"E e itu bu, bang Raka dulu kakak kelas Anin" jawab Anin asal
Raka kakak kelas Anin? Raka kan besar di Yogyakarta. Padahal saat ayahnya meninggal dia langsung dibawa ke Semarang. Ada yang aneh gumam ibu dalam hati
Anin menggaruk tangan dan tengkuk lehernya yang gatal. Wajahnya sudah merah, seluruh tubuhnya menjadi panas. Dia ikut duduk di ruang tamu di samping Bagas. Dia masih menggaruk bagian tubuhnya yang gatal.
"Kamu kenapa Yank? Kok muka kamu merah gini sih" Bagas khawatir dengan ayang beb nya
"Gak tau nih, Mas. Gatal banget terus rasanya tubuh aku panas"
Ibu yang memperhatikan Anin teringat dengan sesuatu.
"Kamu ada alergi dengan makanan gak sayang?" tanya ibu khawatir
"Iya bu, Anin alergi dengan udang" katanya masih sibuk menggaruk garuk
"Gas, kamu gimana sih. Kemarin ibu tanya pacarmu ada alergi apa gak kamu bilang gak ada. Haduh, kamu ini gimana sih Gas"
"Bagas beneran gak tau Bu"
"Udah udah, ributnya nanti aja. Gas kamu siapin mobil. Antar Anin ke rumah sakit" perintah Ayah
Bagas bergegas mengambil kunci mobil. Anin duduk di belakang bersama ibu, Ayah mendampingi Bagas di depan.
.
Anin langsung dibawa ke UGD rumah sakit terdekat. Dia langsung mendapatkan penanganan dari tim medis.
Bagas masih mendaftar. Tiba tiba seorang perempuan menggunakan jas putih menghampirinya.
"Bagas" kata perempuan itu
Yang dipanggil menoleh ke sumber suara. Mata Bagas tidak percaya dengan apa yang ditangkap oleh matanya. Hatinya berdesir. Sayatan itu kembali menganga.
"Nisa?"
"Iya, kamu ngapain disini? Siapa yang sakit?"
"Tunangan aku"
"Tunangan?"
Saat Bagas ingin menjawab. Seorang perawat menghampiri mereka menjelaskan tindakan yanh telah dilakukan untuk pasien.
"Gas, aku tinggal dulu ya"
"Oh ya silahkan"
Nisa menuju UGD. Bagas yang sudah selesai mendaftar bergegas ke arah orang tuanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Gina Savitri
Ternyata emang mau di jodohin sama bagas ya anin 😄
2024-09-19
0
Heny Ekawati
kan jdi jifoh beneran tuh bagas dan anin
2021-10-01
0
buna Risma
aq kl alergi gtu malah d beliin cetrizin😀😀
2021-09-20
0