Menikahi Pembunuh Pacarku
Duniaku terasa runtuh.
Air mataku bahkan sudah mengering dan tak mampu menetes lagi.
Di depan sana, keluarga dan teman-temanku bergantian mengetuk pintu kamarku sejak kemarin.
Mereka mencoba menyemangatiku dan memeluk dukaku. Beberapa diantara mereka datang dengan makanan kesukaanku, buah-buahan bahkan santunan uang.
Aku tetap bergeming di atas tempat tidurku. Tidak ingin diganggu.
Aku ingin sendiri.
Aku ingin lenyap saja.
Aku ingin menyusulmu, Dio.
Aku sungguh tidak kuat lagi.
Kring..kring..
Telfonku berdering. Entah untuk keberapa ratus kalinya. Aku bahkan tidak mengeceknya sama sekali sejak kemarin.
Aku hanya ingin diam.
Diam tenggelam dalam imajinasiku.
Menemukan Dio disana, memeluknya erat. Tidak mau melepaskannya.
Dio yang selama ini selalu melindungiku.
Dio yang sangat hebat dan rela berkorban untukku.
Dio, lelaki yang kupacari delapan tahun lamanya dan seharusnya kunikahi besok.
Dio, yang kini sudah tergeletak di dalam kubur akibat kecelakaan mobil yang dialaminya kemarin.
Dio yang tidak meninggalkan pesan apa-apa, kecuali satu pesan singkat yang dia kirimkan kepadaku sesaat sebelum nyawanya terenggut.
"Tunggu aku Selena."
Aku sungguh hancur.
Aku sudah menunggumu, Dio. Bertahun-tahun aku disampingmu. Maukah kamu membawaku sekarang ke duniamu?
Tok..tok..tok..
Pintu kamarku kembali diketuk. Aku masih bergeming. Pandanganku masih tak beralih dari kolase foto di dinding kamarku yang rajin kuhiasi.
Semuanya berisikan potret aku dan Dio.
Saat pertama kali kami mengenal saat kuliah.
Saat kami merayakan hari jadi setiap tahun.
Saat kami lulus kuliah bersama.
Saat aku harus mengantar Dio melanjutkan kuliah di luar negeri.
Saat Dio melamarku, hingga saat kami melangsungkan pre-wedding.
Ya, kolase foto dinding ini adalah sejarah cinta kami.
Tentu saja cinta kami tidak berjalan mulus. Banyak halangan yang kami lalui, khususnya dari status keluargaku yang tidak bisa disandingkan dengan keluarganya.
Awalnya, keluarganya dengan tegas menolakku. Ayah hanyalah pensiunan guru, sedangkan ibu adalah guru bimbingan belajar (bimbel) panggilan.
Aku sendiri berusaha keras mengejar ketertinggalan keluarga kami. Aku belajar siang dan malam untuk mendapatkan beasiswa berkuliah di institusi terbaik di negeri ini. Aku berupaya membangun jaringan kerja hingga akhirnya aku bisa menduduki posisi dokter muda di salah satu rumah sakit swasta di ibu kota saat ini.
Sementara itu, Dio berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya adalah politisi yang sukses. Ibunya adalah sosialita sedangkan Dio sendiri adalah calon diplomat yang mendapatkan penugasan untuk bekerja di Kedutaan Besar Polandia selama tiga tahun ke depan.
Seharusnya, setelah menikah nanti aku akan menemani dia membangun karirnya disana. Aku seharusnya disana untuk melihatnya menggapai mimpi menjadi duta besar dalam beberapa tahun ke depan. Sementara aku, sudah berencana untuk mengejar gelar spesialisasi di Polandia sebagai psikiater.
Kini, semuanya tak berbekas lagi.
"Nak."
Suara ibu terdengar lirih di balik pintu. Aku tahu tidak baik mendiamkan mereka yang sangat peduli padaku. Namun, aku benar-benar tidak punya keberanian untuk menghadapi dunia saat ini.
Aku tidak sanggup menerima belas kasihan semua orang bila aku membuka pintu. Aku sudah cukup hancur dan melihat mereka mengasihaniku akan membuatku semakin jatuh.
"Nak, ayah dan ibu Dio datang. Mereka..." suara ibu bergetar tidak sanggup menyelesaikan perkataannya.
Mataku terbelalak. Firasat buruk seketika menyelimutiku mendengar kalimat ibu yang menggantung.
Oh tidak, tolong jangan perburuk keadaan ini.
Aku bergegas berlari menuju pintu. Masih berharap semua ini adalah mimpi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
HIATUS
Mampir bawa like thor ❤
2021-03-16
1
Nilam Nuraeni
hy..semangat ya nulis nya, semoga sukses💪❤
2021-03-15
1
Yeni Eka
Bagus banget ceritanya, tulisan nya juga rapih
2021-03-07
1