Sudah tiga hari sejak aku keluar dari rumah sakit.
Yang artinya sudah seminggu Dio meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya.
Dan artinya, tersisa waktu tiga minggu untukku melunasi hutang biaya pernikahan yang mencapai setengah miliar itu.
Aku masih berpikir keras, apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan uang sebanyak itu?
Aku tidak ingin ayah dan ibuku, yang bertahun-tahun hidup sederhana, merelakan harta terakhirnya hanya untuk hutang ini di masa tuanya.
Aku juga sebetulnya tidak ingin merepotkan Gery dan Anna. Namun mereka bersedia meminjamkanku sejumlah uang dengan setengah memaksa.
Bahkan, mereka kompak mengatakan jika aku menolak bantuan, maka persahabatan kami akan berakhir.
Aku harus mencari kerja sampingan.
Pekerjaan yang fleksibel sehingga tidak menganggu jam kerjaku sebagai dokter.
Aku masih memutar otak, mencari ide untuk menemukan tambahan uang saat mendengar suara knalpot motor berhenti di depan rumahku.
Suara motor Gery.
Gery turun dari motor dan langsung masuk ke rumahku tanpa mengetuk pintu.
Gery memang sudah kuanggap seperti kakakku sendiri. Ibu dan ayahku juga tidak pernah mengusik kedekatan kami sejak kami kecil.
Maklum, Ibu Gery adalah teman dekat ibuku yang kenal karena masuk dalam anggota PKK komplek. Dulu, kedua ibu kami bahkan selalu bercanda bahwa kami akan dijodohkan saat kami besar.
Candaan itu tentu tidak terwujud. Lewat Gery, aku dikenalkan kepada Dio, teman band nya waktu SMA dulu. Lewat aku, Gery bisa mengenal Becca, pacar pertamanya yang tidak bisa dia lupakan hingga kini.
Sampai hari ini, Becca selalu ada di hari Gery dan tak akan pernah terganti.
Bisa dibilang, aku dan Gery senasib. Kami datang dari lingkungan sederhana namun mencintai pangeran dan putri tanpa sengaja.
Aku bernasib lebih baik karena Dio mau memperjuangkanku hingga mendekati hari pernikahan kami. Sementara Gery menyerah pada nasibnya setelah Ibu Dio meneror keluarga Gery habis-habisan untuk memutus hubungannya dengan Becca.
Kini, Dio sudah tidak ada. Keluarga Dio bahkan ingin menyakitiku dengan meminta balas budi uang pernikahan kami yang gagal.
Gery lah yang paling mengerti situasi ini karena dia pernah diperlakukan sama buruknya dengan keluarga itu.
tok..tok..tok..
"Sel, aku anterin kerja ya," sahut suara Gery dari balik pintu.
Aku memang tengah bersiap untuk kembali bekerja setelah seminggu absen. Gery datang di saat yang tepat untuk menjemputku.
Aku membuka pintu dan menemukan Gery sudah siap dengan setelan kerjanya.
Sebetulnya, tempat kerja Gery tidak searah dengan rumah sakit tempatku bekerja, namun dia merasa hal itu tidak masalah.
Aku sungguh sangat beruntung memiliki sahabat sebaik Gery.
"Kok tumben mau nganterin?"
Gery agak sedikit kikuk menjawab namun dia akhirnya membalas
"Kamu kan belum stabil Sel. Lagian, selama ini kamu biasa dianter jemput Dio kan," Gery agak menyesal mengatakan itu pada karena raut mukaku pastilah berubah.
"Sori Sel, aku gak bermaksud ngingetin kamu tentang Dio. Aku cuma khawatir," ucapnya buru-buru.
Aku mencoba tersenyum sambil merangkulnya keluar rumah. Ibu dan ayahku sedang lari pagi bersama sehingga aku langsung saja pergi tanpa pamitan.
"Yuk, udah banyak pasien yang nunggu aku buat disembuhin nih!"
Gery mengelus atas kepalaku, "Ini baru namanya Selena!"
Sudah lama aku tidak dibonceng Gery, kali ini kami berpergian lagi bersama seperti saat SMA dulu.
Jalanan menuju tempat kerjaku cukup macet, namun Gery adalah mantan pembalap liar saat sekolah dulu sehingga ngebut saat macet bukan masalah baginya. Aku tiba 30 menit lebih cepat dari biasanya.
Setelah tiba, Gery bersikeras untuk ikut sarapan di kafetaria rumah sakit denganku. Aku mengatakan itu tidak perlu karena dia akan telat datang ke kantornya, namun dia tidak peduli.
"Hari ini kamu aneh, Ger, " kataku heran.
Gery hanya tertawa cengengesan menanggapiku. Kami bersisian menuju kafetaria yang terletak di belakang gedung utama.
Kami tiba di kafetaria yang sudah dipenuhi para petugas kesehatan untuk sarapan. Gery memanduku mencari tempat duduk yang kosong. Anehnya, kami malah menuju ke salah satu meja yang sudah diduduki seorang wanita.
Wanita berambut ikal panjang berwarna coklat yang sekilas mengingatkanku kepada Dio. Saat kami tiba, wanita itu menoleh dan suasana familiar menyelimutiku.
Becca.
Becca berdiri dan langsung memelukku. Kami berpelukkan lama, Becca masih terlihat emosional dan matanya sembab. Gery langsung sigap mengelap air mata Becca dan setengah memeluknya dari samping.
Ternyata inilah tujuan Gery berkelakuan aneh di pagi ini.
Dia ingin mempertemukan aku dan Becca.
Kami saling menanyakan kabar dan bertukar rasa. Sampai akhirnya Becca kembali menangis dan meminta maaf padaku.
Becca menghela nafas, " Pertama, aku ingin minta maaf karena syarat konyol dari ayah dan Ibuku ini kamu jadi menderita."
"Aku juga minta maaf karena tidak bisa membantumu, karena Ibuku tau kita dekat sehingga uang tabunganku dia bekukan sampai bulan depan."
Apa?
Sebegitu bencinya kah Om Ferdi dan istrinya kepadaku? Sebegitu inginnya kah dia ingin membuatku tercabik sampai mati?
"Sebetulnya Dio juga punya tabungan masa depan. Dan penerima darurat bila dia meninggal adalah kamu, Sel."
Air mataku yang sudah kering selama seminggu ini kembali mengucur.
Aku kembali merasa hancur mengetahui orang yang paling aku kasihi betul-betul memberikan seluruh hidupnya untuk menjamin hidupku.
"Tapi, Ibuku sudah bergerak duluan dan mencairkan uangnya atas nama dia. Aku sungguh minta maaf terlambat mengetahui ini Sel," ujarnya.
Kalau boleh memilih, aku sungguh tidak ingin mendengar semua ini lagi.
Aku sudah mengalami minggu yang buruk dan tidak mau mendengar apapun yang menambah buruk suasana hatiku.
"Gak masalah, Bec. Aku sudah cukup hancur sampai tidak bisa merasakan sakit lagi," getirku.
Entah mengapa, Becca sangat merasa bersalah.
Dia lalu memegang tanganku dan mengatakan dia punya satu cara untuk membebaskanku dari pembayaran pernikahanku sendiri ini.
"Kamu kenal Josh Rainer?" tanya Becca.
Aku menggeleng, Gery mengangguk.
"Dia adalah CEO baru di perusahaaan tempat aku bekerja," sahut Gery. "Ayahnya meninggal bulan lalu, dan setelah itu dia menggantikan posisi ayahnya," jelas Gery.
Gery tampak menghela nafas saat melanjutkan, "Namun, seminggu ini dia hilang."
Hilang?
"Dia tidak hilang," sahut Becca cepat.
Becca terlihat pucat saat mencoba melanjutkan kalimatnya, "Josh.. sebetulnya dia sedang sakit keras."
"Dia butuh dokter pribadi untuk menyembuhkannya. Ini harus dirahasiakan karena menyangkut kelanjutan perusahaan, karena sakit Josh tidak biasa."
"Kenapa harus dirahasiakan?" sewot Gery.
"Karena perusahaanya adalah perusahaan terbuka dan sedang berkembang pesat. Dalam satu bulan ditinggal dua CEO bukanlah hal yang bagus untuk kelangsungan harga saham perusahaan," jelas Becca. "Tolong Gery rahasiakan ini dari seluruh teman kerjamu juga."
"Dia sakit apa?' tanyaku penasaran.
"Hilang ingatan," Becca menjawab sedih. "Karena kecelakaan dan empat hari lalu sudah menjalani operasi."
"Jika kamu bersedia, aku akan bicara dengan Ibunya untuk membayarmu di depan sehingga kamu bisa membayar utang ke Ibuku. Bagaimana Sel?"
Apa aku punya pilihan lain?
Aku tidak perlu berpikir lebih panjang.
"Kapan aku bisa bertemu Josh Rainer?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
HIATUS
Like 💞 like 💞 like 💞
2021-03-16
1
Yeni Eka
Aku masukan favorit thor, bagus banget ceritanya.
2021-03-08
1
pecinta time travel
aku rasa Josh Rainer ada sangkut pautnya dengan kematian dion
2021-03-03
1