“HATI-HATI, KAMU DIAWASI.”
Kerongkonganku tercekat saat melihat peringatan yang tertulis di mode screensaver ponselku itu.
Siapa yang melakukan ini?
Apa betul aku diawasi? Untuk apa?
Kepalaku nyut-nyutan saat sadar betapa banyak keganjilan sejak aku masuk ke rumah ini.
Dengan tergesa, aku segera keluar dari kamar dan mencari Rikian untuk bertanya.
Aku melewati kamar Josh dan tepat sekali, Rikian baru saja keluar kamar untuk mengantarkan makan malam untuk Josh.
“Dokter Selena, jam kerja sudah selesai bukan?” tanya Rikian sekaligus mengingatkanku atas peraturan yang dibuat Celine.
“Iya Pak, saya kesini mencari Bapak. Apa kemarin Bapak sempat mengamankan ponsel saya saat saya diserang oleh Josh?”
Dahi Rikian tampak mengernyit. Dari situ aku sudah tahu jawabannya.
Bukan dia.
“Ponsel dokter hilang? Apakah sudah ketemu?” tanyanya.
Aku segera bereaksi untuk menutupi kejadian.
“Oh sudah Pak, tadi pagi sebelum terapi saya menemukannya di dekat karpet. Tapi gantungan ponselku saya hilang, saya pikir Bapak mungkin melihatnya jadi saya tanya,” bohongku.
“Saya tidak lihat Dokter, mau saya bantu carikan?” tawarnya.
“Oh tidak usah, itu gantungan biasa saja kok. Aku akan cari besok pagi di sekitar karpet” kataku buru-buru.
Aku kemudian mengonfirmasi hal yang menggangguku sejak kemarin.“Pak, kenapa Ibu Celine tidak memerintahkan ada yang menjaga kamar Josh ya?”
“Ibu Celine tidak mau banyak orang terlibat dan mengurusi tuan muda, Dokter. Mungkin takut menyebar informasi bahwa tuan muda sakit keras," jelasnya.
"Sebagai gantinya Ibu Celine memasang kamera pengawas dan mengunci kamar dari luar,” tambah Rikian.
Kamera pengawas?
Apa aku diawasi dari kamera pengawas?
“Oh begitu, hanya dipasang di depan kamar ini saja kah?” tanyaku.
Untungnya, Rikian tidak merasa bahwa aku sedang mengorek-ngorek sesuatu dan tetap menjawab pertanyaanku.
“Sebetulnya seluruh rumah ini dipasangi kamera kecuali kamar pribadi masing-masing. Tapi kemarin malam, Ibu Celine juga memasang kamera di dalam ruangan tuan muda. Mungkin untuk mengecek perkembangannya, Dokter.”
Ternyata begitu.
Pantas saja Celine bereaksi sangat berlebihan tadi pagi dengan mengatakan aku akan merayu Josh.
Ada kamera pengawas yang mengawasi seluruh interaksi Josh dengan orang lain di kamarnya. Baru dipasang pada malam kemarin, kemungkinan sebelum aku masuk ke kamar pangeran tadi malam?
Mungkin dia memperhatikan gerak-gerikku tadi malam dan salah sangka akan hal itu?
Lalu siapa yang memperingatkanku bahwa aku sedang diawasi?
“Siapa saja yang diperbolehkan untuk masuk ke ruangan Josh oleh Ibu Celine pak?”
“Hanya Ibu Celine, saya, Bu Dokter dan Suster Diana.”
Oh tidak.
“Apakah Suster Diana kemarin malam sudah tiba disini?”
RIkian menggaruk-garuk jenggotnya dan mengingat kembali.
“Tidak Dok, Suster Diana baru datang pagi ini. Saya sendiri yang memerintahkan supir untuk menjemput suster di Bandara karena dia baru pulang mengujungi keluarganya di luar kota.”
Lututku lemas mendengarnya.
Tidak ada seorangpun yang bisa memberikan peringatan lewat ponselku di rumah ini.
Rikian tidak tahu menahu.
Diana baru sampai pagi ini dan hanya keluar untuk mengobati lukanya, setelah itu dia selalu disampingku.
Sudah pasti tidak mungkin Celine.
Tidak mungkin ada satu orangpun diantara mereka.
Kecuali satu orang di luar kami.
Josh Rainer.
Sebetulnya apa yang sedang terjadi?
Rikian pamit kepadaku untuk menyiapkan makan malam di bawah. Aku pun berlalu kembali menuju kamarku dengan fikiran yang kalut.
Josh mampu mengganti bajunya sendiri dan meletakkannya di tempat pembuangan baju kotor di kamar mandinya.
Josh mampu mematikan lampu utama lewat remote control yang tergantung di sebelah tempat tidurnya.
Jika dugaanku benar, Josh mampu memberikan pesan peringatan padaku dengan mengotak-atik ponselku.
Ia lalu meletakkannya di kabinet ruang tamu sebelum Celine dan Rikian memasang cctv di kamar tidurnya.
Namun Josh selalu berpura-pura tidak merespons apapun yang aku tanya. Hanya hari ini saja dia menunjukkan perkembangan yang signifikan dengan berempati padaku. Bahkan memelukku.
Apakah kepura-puraan ini karena dia tahu bahwa ada kamera pengawas di kamarnya?
Apakah artinya dia tidak mau kelihatan ada perkembangan dalam dirinya?
Dan mengapa Josh selalu tantrum di depan Celine?
Mengapa dia melakukan ini?
Di saat kepalaku ingin pecah karena terlalu banyak berfikir, suara dari ponsel membuyarkanku.
Aku mengecek ponselku dan menemukan nama yang tidak asing.
Becca.
“Becca?” aku langsung mengangkatnya.
“Selena! Bagaimana pekerjaan barumu? Bagaimana kabar Josh?”
Aku membalas sekadarnya dengan mengatakan aku baik-baik saja dan tengah berusaha untuk secepat mungkin mengembalikan ingatan Josh.
Aku juga mengatakan padanya bahwa Josh saat ini masih mengalami trauma yang membuatnya sulit merespons dan berbicara pada kami semua.
“Tapi dia betul-betul hilang ingatan kan, Sel? Apa jangan-jangan dia hanya trauma saja tapi sebetulnya masih memiliki ingatannya?
Ucapan Becca mengusikku.
Dokter Bernard tidak pernah salah mengdiagnosa. Tidak mungkin Josh hanya trauma psikis dan tidak mengalami amnesia retrograde bukan?
Namun, aku kembali berfikir.
Josh dapat mengganti bajunya sendiri dan memilih piyama yang sering dia gunakan berwarna biru.
Josh juga gampang saja mematikan lampu lewat remote yang hanya diketahui oleh orang yang biasa menginap disini.
Dan jika dugaanku benar, Josh juga dapat mengotak-atik hapeku dan meletakannya diatas cabinet ruang tamu. Tempat yang sudah pasti akan jarang dilirik oleh Ibu Celine dan Rikian.
Apa sebetulnya Josh tidak kehilangan ingatannya?
Apakah Josh hanya berakting dramatis dan berlaku seakan-akan mengalami trauma pascakecelakaan?
Semuanya benar-benar ganjil saat ini.
Aku bisa saja membeberkan pada Becca semua keanehan ini.
Namun dengan kedekatannya dengan Celine dan masih banyak misteri yang Josh Rainer simpan, firasatku mengatakan lebih baik aku tidak menceritakanya pada sahabatku ini.
“Mengapa kamu tidak percaya pada Dokter, Bec?” kataku sembari bercanda. “Yang mendiagnosanya adalah Dokter Bernard, ahli neurologis nomor satu di negeri ini. Aku juga sudah melakukan berbagai terapi, dan malang sekali tuan muda ini betul-betul tidak ingat siapa dirinya,” balasku.
Ini tidak baik. Aku terlalu banyak berbohong hari ini.
Dan aku pun membohongi sahabatku.
Maafkan aku Becca. Namun, aku harus tahu misteri yang disembunyikan keluarga ini sebelum aku bisa menentukan sikapku.
Aku tahu, aku hanyalah dokter yang urusannya hanya untuk menyembuhkan orang.
Namun aku berhak tahu apa yang sedang terjadi di sekitarku agar aku tidak dimanfaatkan, utamanya memanfaatkan profesiku yang sangat mulia ini.
Ya, yang aku khawatirkan saat ini adalah aku sedang dimanfaatkan. Entah untuk apa.
“Hahaha baiklah jika murid dari dokter nomor satu di Indonesia sudah berkata seperti itu, aku sih percaya,” ujarnya.
Aku lalu merujuk pada topik penting yang mungkin bisa membuka misteri yang terjadi di rumah ini.
“Bec, aku seharusnya menanyakan ini dari dulu. Kamu ada hubungan apakah dengan Josh Rainer?”
Di ujung sana, Becca tampak terdiam beberapa detik sebelum menjawabku dengan ceria.
“Duh ceritanya panjang, nanti aku ceritakan langsung saat ketemu ya. Bagaimana kalau hari Sabtu depan kamu ke rumahku? Kamu bisa sekaligus mengembalikan.. uang.. yang diminta Ibuku,” Becca tampak terbata-bata saat mengingatkanku pada “uang balas jasa kematian Dio”.
“Bagaimana kalau lusa saja kan hari Sabtu juga tuh. Kebetulan aku ada libur satu hari,” kataku ingin mempercepat urusanku dengan keluarga Dio.
“Ayah dan Ibuku masih dinas di luar negeri dan baru tiba Jumat depan, Sel. Makanya aku ajak kamu Sabtu depan, gimana?” tawarnya.
Aku memang belum ada janji apapun minggu depan.
Walaupun aku sangat ingin sekali urusan ini bisa segera kelar secepatnya pada minggu ini.
Tapi tenang saja Selena, kamu sudah memiliki uangnya. Kamu sudah aman sekarang.
“Baiklah, kita ketemu Sabtu depan ya.”
“Sepakat. Kabari aku tentang perkembangan Josh ya.”
Aku menutup telefon Becca dengan pikiran yang semakin berdesing bak gasing.
Apakah aku sedang dimanfaatkan oleh Ibu Celine?
Dan apakah aku sedang dipermainkan oleh Josh Rainer?
Apakah aku dapat mempercayai sahabatku sendiri, Becca?
Aku benar-benar tidak memiliki jawabannya. Alih-alih semakin membiarkan pikiranku gila, aku kembali mengambil ponsel dan mengetik pesan untuk Anna.
“Na, aku butuh saran logis dan rasional darimu. Lusa bisa ketemu?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Yeni Eka
Becca juga mencurigakan
2021-03-08
2