Subuh itu ketika sebagian orang masih terlelap tidur, Fatimah sudah membersihkan dirinya dan merapikan tempat tidurnya, setelah ia menunaikan kewajibannya menghadap Sang pemilik Kehidupan.
Setelah mengeringkan rambut panjangnya dengan hairdryer dan mengenakan hijabnya, ia segera bergegas keluar dari kamarnya yang berada di lantai tiga rumah tersebut.
Di lantai tiga hanya terdapat tiga kamar, kamar utama milik tuan Candra. Sebelahnya adalah kamar Fatimah dan di depannya adalah kamar Glenn. Dulu sebelum di renovasi, kamar Fatimah adalah bekas gudang tempat penyimpanan barang - barang mendiang istri tuan Candra.
Fatimah nampak bergegas menuruni anak tangga menuju lantai pertama, tempat yang ia tuju adalah dapur bersih yang berada di bawah tangga. Dia bingung akan melakukan apa dan ia berpikir lebih baik membantu memasak para pegawai disana.
"Selamat pagi Nyonya ?" sapa Pak Mugi yang tiba - tiba sudah berada di belakang Fatimah ketika ia berjalan menuju dapur.
Mendengar ada yang menyapanya, Fatimah segera berbalik badan dan menyapa balik kepala pelayan itu. " Pagi Pak." ucap Fatimah dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
Pak Mugi sedikit tertegun ketika menatap Fatimah yang terlihat begitu cantik dengan senyumannya. "Apa anda butuh sesuatu Nyonya ?" tanya pak Mugi lagi.
"Saya hanya ingin memasak." ucap Fatimah ia melihat ke dapur sekilas.
"Disini sudah ada koki profesional Nyonya, anda hanya perlu menunggu dan tidak lama sarapan akan kami hidangkan." ujar Pak Mugi.
"Saya sudah terbiasa memasak untuk adik - adik saya Pak, jadi saya sedikit bingung kalau harus berdiam diri saja." sahut Fatimah.
"Jadi pagi ini ijinkan saya yang membuat sarapan pertama kali untuk suami saya." lanjut Fatimah lagi ia nampak memohon.
"Baiklah Nyonya, silakan !!" Pak Mugi sedikitpun tidak bisa membantah kemauan istri bossnya itu, selain karena takut di adukan ia juga tidak tega melihat wajah Fatimah yang tampak begitu polos.
"Terima kasih Pak." Fatimah nampak senang lalu ia bergegas masuk ke dapur dan memulai memasak yang di bantu oleh dua koki di rumah tersebut.
Tak berapa lama, semangkok besar nasi goreng sudah terhidang di meja makan. Dari aromanya saja rasanya pasti sangat enak, bahkan kedua koki yang membantunya tadi mengakui kalau Nyonya barunya itu sangat handal dalam memasak.
Beberapa saat kemudian semua anggota keluarga di rumah tersebut sudah berkumpul di meja makan
Glenn yang baru turun dari anak tangga menatap Fatimah sekilas, kemudian ia memalingkan mukanya dan berjalan menuju meja makan.
"Apa ada yang berani mengganti menu pagi di rumah ini ?" seru Jessi ketika melihat nasi goreng sudah terhidang di meja makan bukannya sandwich kesukaannya.
"Makanlah Jess, sesekali kita harus berganti menu. Tidak harus sandwich setiap hari." ucap tuan Candra yang mengangkat piringnya ketika Fatimah akan mengambilkan nasi goreng tersebut.
"Iya ini sangat enak, seperti buatan Mama. Kalau aku tahu Pak koki bisa membuat nasi goreng seenak ini, aku akan memintanya membuat setiap hari." celetuk Gio dengan mulut penuh makanan.
Jessica yang merasa penasaran ia juga mengambil nasi goreng kedalam piringnya dan segera memakannya. "Lumayan, tapi lebih enak buatan Mama." sahut Jessica ia nampak makan dengan lahap, tuan Candra yang melihat tingkah anak gadisnya itu hanya tersenyum kecil.
Fatimah yang merasa sedari tadi Glenn diam - diam memperhatikannya, ia langsung menundukkan pandangannya. Ia tidak bisa mengartikan pandangan laki - laki yang sedang duduk di depannya itu.
"Fatimah, terima kasih ya. Nasi goreng buatanmu selalu enak seperti biasanya. Aku berangkat ke kantor dulu ya , nanti kalau mau pergi kuliah ada sopir yang akan mengantarmu." ujar Tuan Candra dengan lembut, lalu ia beranjak dari duduknya.
Jessica langsung tersedak mendengar perkataan Ayahnya, ia langsung menaruh sendok dan garpunya meski ia masih ingin menghabiskan nasi goreng di piringnya itu.
"Pelan - pelan Jess." ucap tuan Candra.
"Apa kamu tidak ke kantor ?" tuan Candra melihat Glenn yang hanya mengenakan celana boxer dan kaos rumahan.
"Agak siangan Pa, nanti Glenn langsung meeting di luar." ucap Glenn singkat sambil menikmati sarapannya.
"Ayo Gio, berangkat bareng Papa." ujar Tuan Candra seraya berlalu pergi yang di ikuti oleh Fatimah dan Gio di belakangnya.
Setelah mengantar suaminya keluar, Fatimah kembali masuk kedalam. "Hei perempuan kampung, jangan mentang - mentang kamu menikah dengan Papaku. Kamu bisa berbuat sesukamu di rumah ini." teriak Jessica ketika Fatimah berjalan kearah meja makan.
"Maaf Jess, aku tidak mengerti maksudmu ?" ucap Fatimah sembari membersihkan bekas makan tuan Candra dan Gio.
"Apa kamu yang sudah mengganti menu sarapan di rumah ini ?" bentak Jessica.
"Aku hanya membuat nasi goreng kesukaan suamiku, kalau kamu tidak suka kamu bisa meminta koki di rumah ini untuk membuatkan sandwich kesukaanmu itu. Tapi sepertinya kamu juga menyukai nasi goreng yang sudah ku buat ?" ucap Fatimah dengan lembut tapi penuh sindiran, ia melirik sekilas piring Jessica yang hanya menyisakan sedikit nasi goreng di sana.
"Kamu." Jessica sudah melayangkan tamparannya tapi Fatimah segera menahan tangannya.
"Pergunakanlah tanganmu untuk hal kebaikan." ucap Fatimah kemudian melepaskan lengan Jessica lalu ia membawa beberapa piring bekas ke dapur.
"Perempuan sialan, awas kamu ya !!" Jessica menggerutu sambil melihat kepergian Fatimah.
Pak Mugi dan para pegawai yang melihat pertengkaran di meja makan itu hanya bisa diam tanpa berani melerai.
Sedangkan Glenn yang sedari tadi duduk di meja makan tersebut hanya acuh kemudian dia beranjak dari duduknya.
"Menarik." batin Glenn sambil berlalu pergi ke kamarnya.
Beberapa saat kemudian Glenn yang masih menggunakan celana rumahan, ia nampak duduk di sofa ruang santai di lantai tiga. Fatimah yang baru menginjakkan kakinya di lantai tiga tersebut, ia langsung menghentikan langkahnya ketika melihat Glenn yang sedang duduk di sofa di depan kamarnya.
Mata mereka saling menatap dan terkunci beberapa saat, kemudian Fatimah segera menunduk dan melanjutkan langkah kakinya menuju kamarnya. Ketika melewati sofa yang Glenn duduki, Fatimah mengangguk kecil kemudian meninggalkan Glenn yang masih intens menatapnya.
"Tunggu !!" suara bariton Glenn menghentikan langkah Fatimah.
"Ada apa ?" tanya Fatimah tanpa membalikkan badannya.
"Apa kamu tidak mengerti sopan santun, kalau berbicara sama orang itu harus berhadapan ?" ujar Glenn dengan menekankan kata - katanya.
Fatimah langsung berbalik badan menatap Glenn sekilas lalu menunduk. " Ada apa ?" tanya Fatimah.
"Jangan berpura - pura polos, sudah berapa lama kamu menjadi simpanan Papa ?" bentak Glenn ia beranjak dari sofa dan berjalan mendekati Fatimah.
"Aku tidak mengerti maksudmu ?" tanya Fatimah balik. Kini ia menatap tajam Glenn, ia merasa tidak terima di tuduh menjadi simpanan ayahnya.
"Dulu aku pikir kamu bisa masuk kampus itu karena jalur prestasi, tapi setelah ku selidiki Papa yang membiayai semuanya. Apa sudah selama itu kamu menjadi simpanan Papa ?" sentak Glenn ia berjalan semakin mendekat kearah Fatimah hingga gadis itu memundurkan langkahnya dan menabrak tembok di belakangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Abie Mas
glen kalaj garcep dr bapaknya
2024-06-25
0
Miss Typo
Glen cemburu tuh 😁
2023-03-03
0
Herma Wati
cemburu bilang bos...
2022-03-01
1