Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam kini Fatimah sudah berada di depan sebuah rumah yang terlihat sangat luas dan mewah.
"Ayo turunlah." perintah tuan Candra ketika melihat Fatimah masih tak bergeming dari duduknya.
"Baik." Fatimah mengangguk kemudian ia turun dari mobil, lalu berjalan mengekori tuan Candra yang sudah terlebih dulu berjalan di depannya.
"Selamat datang tuan." ucap seorang laki - laki yang sedang menunggunya di depan pintu masuk. Kemudian laki - laki itu menatap Fatimah yang terlihat tersenyum padanya. Ia hanya mengangguk kecil untuk membalas senyuman Fatimah.
"Kumpulkan semua pegawai di tempat biasa, sekarang !!" perintah tuan Candra dengan tegas.
"Baik tuan, secepatnya." ucap pria itu lalu berlalu pergi.
"Ayo masuklah, anggap saja ini rumah kamu sendiri." ujar Tuan Candra menatap lembut Fatimah.
Fatimah nampak takjub ketika melihat isi di dalam rumah tersebut, benar - benar rumah sultan pikirnya.
"Papa sudah pulang ?" terlihat seorang wanita cantik yang sedang menuruni anak tangga, namanya jessica Liem dua puluh tahun anak ke dua tuan Candra.
"Siapa wanita ini Pa ?" tanyanya lagi seraya melihat Fatimah dari atas hingga bawah, ia merasa wanita yang bersama Ayahnya itu sepertinya tidak asing baginya.
"Nanti kamu juga tahu, di mana kakak dan adik kamu ?" tanya tuan Candra pada anaknya itu.
"Tuh mereka." sahut Jessi seraya menunjuk ke arah tangga.
Terlihat dua laki - laki sedang menuruni anak tangga, laki - laki pertama terlihat tinggi besar seperti tuan Candra. Pria itu adalah anak pertama tuan Candra yang bernama Glenn Wijaya Liem 26 tahun dan anak ketiga Gio Wijaya Liem 15 tahun.
Fatimah nampak terkesiap ketika melihat laki - laki yang sedang berjalan ke arahnya dan langsung duduk di sofa depannya itu, ia tidak menyangka kalau Glenn adalah anak dari tuan Candra. Itu berarti pria itu akan menjadi anak tirinya, pikirnya.
Begitu juga dengan Glenn, ia sedari tadi menatap intens Fatimah dengan tatapan yang sulit dibaca.
Beberapa saat kemudian setelah semua anak dan pegawainya yang berjumlah sepuluh orang berkumpul, tuan Candra mulai membuka suaranya.
"Perkenalkan ini adalah Fatimah, istri saya." ujar Tuan Candra dengan tegas dan dingin.
Semua para pegawai itu nampak terkejut, bagaimana tidak sejak nyonya di rumah itu meninggal lima tahun yang lalu. Baru kali ini Tuannya itu membawa seorang wanita ke rumah, terlebih wanita yang di akui sebagai istrinya itu seumuran dengan Jessica. Anak kedua dari bossnya itu.
"Papa bercandakan ?" Jessica nampak protes bagaimana bisa tanpa ada omongan sebelumnya tiba - tiba ayahnya membawa istri baru ke rumahnya.
Glenn hanya diam saja tak bergeming dari duduknya, ia masih menatap intens Fatimah. Ada semburat kemarahan bercampur kekecewaan dimatanya.
Sedangkan Gio, laki - laki yang beranjak remaja itu hanya diam saja wajahnya sedikitpun tak menampakkan keterkejutan. Sepertinya ia tidak terlalu perduli dengan urusan keluarganya.
"Saya harap kalian semua menghormati istri saya seperti menghormati saya. Terutama kalian bertiga, Papa harap kalian tidak akan menyulitkannya selama ia tinggal di sini." ujar Tuan Candra dengan menekankan kata - katanya dan tidak mau di bantah.
"Pak Mugi, tolong antar istri saya ke kamarnya!!" perintah tuan Candra pada kepala pelayan tersebut, kemudian ia berlalu pergi ke ruang kerjanya meninggalkan ketiga anaknya yang penuh dengan banyak pertanyaan terutama Jessica.
Fatimah segera berdiri dari duduknya, ia nampak tersenyum ketika melihat Jessica yang menatap tajam padanya lalu ia mengikuti Pak Mugi untuk naik ke kamarnya.
"Ini kamar anda Nyonya." ujar Pak Mugi ketika membuka daun pintu tersebut untuk Fatimah.
Fatimah sangat takjub ketika melihat kamarnya, tiga kali luasnya dari pada kamarnya di Panti. Nuansa pink mendominasi kamarnya tersebut.
"Apa saya tidak salah masuk kamar Pak ?" Fatimah melihat Pak Mugi yang masih berdiri tak jauh darinya.
"Ini kamar yang sudah tuan Candra persiapkan sebelumnya untuk anda Nyonya." sahut Pak Mugi.
"Baiklah kalau ada perlu, anda bisa panggil saya atau pelayan yang lain." lanjut Pak Mugi kemudian ia berlalu pergi.
Sedangkan di ruang keluarga, Glenn dan adiknya masih tak bergeming dari duduknya.
"Bagaimana ini Kak, bisa - bisanya Papa menikah tanpa menunggu persetujuan dari kita ?" Jessica duduk di sebelah Glenn berharap Kakaknya itu menanggapi perkataannya.
"Kakak juga tidak tahu." sahut Glenn, ia terlihat mengusap wajahnya dengan kasar lalu beranjak pergi meninggalkan Jessica dan diikuti oleh Gio di belakangnya.
"Akan ku buat wanita itu tidak betah disini." batin Jessica kesal.
Tuan Candra yang sedang berada di ruang kerjanya, nampak memegang bingkai foto pernikahannya dengan mendiang istrinya.
"Maafkan aku sayang." gumam tuan Candra.
Tak lama kemudian terdengar ketukan pintu dari luar dan pintu langsung terbuka, nampak Glenn masuk dan berjalan kearah Ayahnya.
"Pa." panggil Glenn.
"Papa belum bisa menjelaskan sekarang Nak, tolong jaga dia untuk Papa." ujar Tuan Candra pada anak sulungnya itu.
"Tapi Pa ?"
"Papa capek, Papa akan istirahat dulu." tuan Candra beranjak dari duduknya lalu menepuk bahu anaknya itu, kemudian ia pergi meninggalkan Glenn yang masih berdiri mematung.
Glenn melihat bingkai foto pernikahannya orang tuanya yang tergeletak diatas meja kerja Ayahnya. "Kenapa Papa tega menghianati Mama, kenapa harus wanita itu Pa ?" Batin Glenn seraya melihat bingkai foto tersebut.
Sedangkan Fatimah yang sedang berada di kamarnya merasa sangat canggung, sedari tadi ia tak bergeming dari tempat duduknya di salah satu sofa di kamar tersebut.
"Kenapa bengong ?" suara Tuan Candra membuyarkan lamunan Fatimah.
"Tidak apa - apa tuan." sahut Fatimah ia segera berdiri dari duduknya.
"Panggil saja bapak." ujar Tuan Candra.
"Baik Pak."
"Ini akan menjadi kamarmu selama di sini dan saya akan tidur di kamar saya sendiri."
"Tapi Pak,...." Fatimah belum menyelesaikan perkataannya tapi tuan Candra sudah menyelanya.
"Walau kita tidak tidur sekamar, kamu tetap istriku."
"Sekarang istirahatlah, besok pagi kamu ada kuliah kan !!" ujar Tuan Candra kemudian ia berlalu keluar.
"Kalau ada apa - apa jangan sungkan untuk mengatakan padaku." lanjut tuan Candra ketika sudah berada di ambang pintu, ia menatap Fatimah sekilas lalu menutup pintu tersebut.
Fatimah masih berdiri mematung mendengar perkataan tuan Candra, meski ada perasaan lega karena dia tidak akan tidur sekamar dengan laki - laki yang telah menjadi suaminya itu tapi ia bertanya - tanya dalam hati sebenarnya untuk apa beliau menikahinya.
Meski sudah berusia lima puluh tahun, tuan Candra tidak terlihat tua. Badannya tinggi besar dan terlihat sangat sehat serta nampak lebih muda dari umurnya. Kalau bukan soal ****, sebenarnya apa tujuan beliau menikahinya. Apa untuk merawatnya, tapi beliau bukan termasuk orang yang berpenyakitan. Pikir Fatimah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
MUSFIRA
Sangat penasaran
2023-10-13
1
Miss Typo
masih penasaran
2023-03-03
0
ibah
Ceritanya masih penuh dengan misteri
2021-12-12
2