Senyuman Fatimah
"Menikahlah dengan saya !!" ujar seorang laki - laki paru baya yang masih terlihat tampan meski sudah berusia setengah abad.
"Beri saya waktu untuk memutuskannya." sahut gadis cantik berhijab itu dengan raut wajah sendunya. Gadis itu bernama Fatimah yang berusia dua puluh satu tahun.
"Satu Minggu." ucap laki - laki itu lagi yang di ketahui bernama Candra Wijaya Liem. Dia adalah salah satu donatur di Panti asuhan dimana Fatimah dibesarkan di tempat tersebut.
Fatimah hanya memandang sendu laki - laki yang sedang duduk di depannya itu tanpa menyahutinya.
"Setelah satu Minggu, Buldozer akan datang dan segera menghancurkan tempat itu. Saya tidak bisa banyak membantumu, karena tanah itu milik negara yang akan di jadikan jalur jalan Tol." ujar tuan Candra lagi.
"Ba - bagaimana jika saya setuju menikah dengan anda tuan ?" sahut Fatimah suaranya seakan tercekat di tenggorokannya.
"Saya akan memindahkan tempat itu ke gedung milik saya." ucap tuan Candra dengan tegas.
"Pikirkan baik - baik, setelah kamu memutuskan hubungi saya segera. Kamu masih menyimpan nomor telepon saya kan ?" tutur tuan Candra lagi, kemudian ia beranjak dari duduknya dan berlalu pergi meninggalkan Fatimah yang masih nampak tercengang.
Bagaimana tidak tercengang, ia harus menikah dengan seorang laki - laki yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri. Sejak ibunya meninggal tiga belas tahun yang lalu, tuan Candra lah yang membawanya ke Panti asuhan tersebut.
Sejak saat itu tuan Candra menjadi donatur tetap bahkan hampir setiap bulan beliau mengunjunginya di panti. Pertama kali ia bertemu laki - laki itu ketika saat itu ibunya menghembuskan napas terakhirnya di sebuah rumah sakit dimana ibunya di rawat. Ia mengaku sebagai teman ibunya dan ibunya juga memintanya untuk menjaganya.
"Woy, bengong saja dari tadi ?" seru Natasha, ia menepuk punggung Fatimah. Gadis berwajah oriental itu adalah salah satu sahabatnya Fatimah di kampus.
Saat ini Fatimah kuliah semester akhir di sebuah Universitas internasional milik tuan Candra, sebuah kampus elit yang di isi oleh orang - orang kaya yang berwajah oriental seperti Nathasa atau berwajah bule seperti Daniel kekasih dari Nathasa, bahkan hanya dialah satu - satunya mahasiswi yang menggunakan hijab.
Dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi tuan Candra lah yang membiayai pendidikannya. Maka dari itu Fatimah sedikitpun tidak menaruh curiga jika orang tua asuhnya itu akan mempersuntingnya.
"Mbak, es teh satu !! ucap Nathasa pada pelayan restoran yang kebetulan lewat di depannya.
"Sendirian, mana Daniel biasanya nempel kayak perangko ?" tanya Fatimah.
"Ada kuliah dia." sahut Nathasa sambil mengeluarkan notebook dari dalam tasnya.
"Balik yuk, sebentar lagi seminar di mulai." ajak Fatimah setelah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Astaga, aku lupa kalau hari ini ada seminar di kampus kita. Kamu tahu, aku sudah menunggu hari ini. Karena Glenn Wijaya Liem yang akan menjadi pembicaranya. Aku sering kepo'in medsosnya, dia sekarang tambah ganteng tahu dan lebih penting lagi dia masih jomblo." ujar Nathasa dengan antusias, ia bercerita dengan panjang kali lebar yang membuat Fatimah hanya geleng - geleng kepala menghadapi sahabatnya yang absurd itu.
"Susah ya punya teman enggak ada akhlaknya, sudah punya kekasih tapi masih saja memuja cowok lain." sahut Fatimah lirih sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Sebelum janur kuning melengkung kita bebas untuk memilih pasangan yang cocok buat kita." ujar Nathasa yang kini sudah berjalan beriringan menuju kampus yang berada disamping restoran tersebut.
Sepanjang perjalanan menuju kampus banyak mahasiswa yang menggoda Nathasa, entah karena memang wanita itu yang cantik atau memang karena pakaian yang ia gunakan terlalu seksi.
Tetapi ketika melihat Fatimah, mereka lebih banyak menunduk atau memalingkan muka. Entah karena Fatimah tidak menarik bagi mereka karena pakaiannya yang serba tertutup atau memang karena ingin menghormatinya.
Fatimah bukanlah gadis yang berwajah biasa, bahkan dia sangat cantik dengan lesung pipi di kanan kirinya serta gigi gingsulnya yang membuatnya terlihat semakin manis. Ketika ia tersenyum atau tertawa, ia terlihat sangat cantik dan bagi kaum Adam yang melihatnya maka akan sangat sulit untuk berpaling. Tapi sayang, Fatimah jarang sekali tersenyum ia lebih sering memasang wajah juteknya.
Setelah sampai tempat seminar, ternyata tempatnya sudah penuh. Mau tidak mau mereka duduk di bangku paling belakang, bagi Fatimah itu tidak masalah. Asal suara sang pembicara terdengar di telinganya itu sudah cukup.
Lain halnya dengan Nathasa, ia tidak peduli dengan materi seminar. Bisa melihat cowok idolanya dari dekat dia sudah sangat bahagia, tapi kali ini ia sepertinya sangat kecewa.
"Ayo semuanya tenang, tuan Glenn Wijaya akan segera memasuki ruangan ini." seru salah satu panitia.
Tak berapa lama terlihat seorang laki - laki berwajah oriental dengan postur tinggi dan proposional yang pastinya ganteng ya. Ia berjalan naik keatas panggung, ia adalah Glenn Wijaya Liem. Laki - laki berusia dua puluh enam tahun, seorang pengusaha muda dan sukses. Tetapi sayang dia terlihat sangat dingin dan arogan.
Menggunakan kemeja biru muda yang menutupi otot - otot tubuhnya yang menonjol, dengan lengan yang ia gulung sampai siku hingga menampakkan bulu - bulu tangannya yang sedikit lebat dan itu membuatnya terlihat macho.
Banyak kaum Hawa yang bersorak histeris ketika laki - laki itu baru menyapa peserta seminar, suara baritonnya yang berat membuat peserta perempuan semakin terhipnotis.
Begitu juga dengan Nathasa ia nampak histeris, sepanjang seminar ia sibuk mengambil gambar laki - laki itu dengan ponselnya.
"Akhhh, gantengnya." teriak Nathasa histeris ketika mengambil gambar Glenn yang kebetulan pandangannya ke arahnya.
"Faa, apa kamu melihatnya. Dia sepertinya melihatku tadi ?" tanya Nathasa pada Fatimah yang sedang duduk di sebelahnya.
"Enggak tahu dan tidak mau tahu." sahut Fatimah cuek.
"Astaga cogan pada betebaran di mari." seru Nathasa ketika melihat kedua asisten Glenn yang tidak kalah ganteng.
Sedangkan Fatimah ia lebih banyak menunduk, karena Glenn sedari tadi mengawasinya dengan intens dari atas panggung.
Fatimah bukanlah kepedean karena laki - laki tampan itu menatapnya, karena sejak awal ia masuk kuliah tiga tahun yang lalu. Laki - laki itu yang sebagai seniornya di kampus diam - diam sering memperhatikannya dan tersenyum padanya padahal di kampus Glenn terkenal pria yang dingin dan arogan.
Banyak cewek - cewek kampus yang mengejarnya tapi laki - laki itu sama sekali tidak tertarik, bahkan sangking dinginnya ia mendapat julukan pangeran es.
Berbeda dengan mereka yang memuja ketampanan Glenn, justru Fatimah tidak tertarik sama sekali ia bersikap biasa saja. Ia masih mengingat nasehat mendiang ibunya, jangan pernah pacaran karena pacaran hanya akan membawa pada kemaksiatan.
Nasehat itu yang ia pegang hingga sekarang, tapi bukan berarti dia tidak mempunyai teman laki - laki hanya saja ia membatasinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Eva Karmita
mampir di karya mu yg ini otor 🙏😊
2024-07-20
0
Abie Mas
cocok fatimah sm glen
2024-06-25
0
maulana ya_manna
mampir thor
2022-08-29
0