Jalan kehidupan bisa naik dan turun. Tetaplah melangkah.
^^^-Anonim^^^
...----------------...
Sinar matahari yang terik menembus gorden di jendela kamar di mana Gisella beristirahat, silaunya membuat Ella terbangun.
Perlahan Ella membuka kelopak matanya menatap langit-langit kamarnya. Ella langsung terduduk. dimana aku, batinnya.
"Oh iya ... Ini rumah Emak Mila yang tadi menolongku," gumannya.
Ella keluar meninggalkan kamar kecilnya. Ruang tengah sepi, tak ada siapa pun. Ella berjalan-jalan masuk mengitari ruangan-ruangan di rumah itu. Sampai ke dalam dapur, ia hendak memasak sesuatu karena perutnya sudah lapar lagi. Ia mencari kompor. Dicarinya ke mana-mana. tetapi ia tak menemukan kompor.
"Kok rumah nggak ada kompornya ya?" gumamnya heran.
Menyerah, Ella kemudian pergi keluar. melihat-lihat sekitar lagi. Sampai di depan sebuah pintu, ia membuka pintu tersebut perlahan. Kamar mandi.
Dilihatnya sebuah lubang besar di dekat kamar mandi. "Apa ini?" gumamnya sambil menjulurkan kepalanya melihat ke dalam lubang tersebut.
"La.. Ella.. Kamu di mana?" terdengar suara Mak Mila memanggilnya.
"Ella di belakang, Mak" jawab Ella berjalan masuk ke dalam.
"Kamu ngapain di belakang? Mau ke kamar mandi?" tanya Mak Mila.
"Maaf Mak, Ella lancang melihat-lihat rumah Emak" jawab Ella sambil menundukkan kepalanya.
"Nggak papa La, kan kamu juga akan tinggal di sini," ucap Mak Mila.
Mak Mila mengajak Ella kembali ke belakang rumah.
"Ini kamar mandi, kalau kamu mau mandi dan mencuci, kamu nimba airnya dulu ya dari sumur itu," tunjuk Mila ke arah lubang besar yang dilihat Ella tadi.
"Gimana cara nimbanya Mak?"
Mila kemudian mengajarkan Ella cara menimba air dan menuang ke dalam bak kamar mandi.
"Gimana, sudah tahu kan La? Tapi ingat ya, embernya jangan sampai masuk kedalam sumur. Apalagi kamunya, hati-hati saat menimba."
"Iya, Mak."
Mak Mila melangkah lagi mengajak Ella ke dapur.
"Nah ini dapur. Kalau mau masak ambil kayu bakarnya disitu. Kayunya harus kamu nyalakan dulu, gini caranya." Mak Mila mengajarkan Ella cara membakar kayu.
"Ayo duduk sini, kamu pasti lapar kan? Ini tadi Emak belikan kamu nasi pecel di pasar. Makan dulu ya."
Ella masuk ke dapur mencari piring dan sendok, kemudian duduk kembali bersama Mila dan makan pecel bersama.
"La, sekarang kamu coba ceritakan kenapa subuh tadi kamu bisa di tepi ladang begitu?" ucap Mak Mila dengan lembut.
Ella yang sudah menghabiskan suapan terakhirnya, meletakkan sendok dan menatap Mak Mila, lalu menundukkan kepala kembali.
"Dari kecil, Mama tak suka dengan Ella. Waktu kwmarin pengambilan ijazah, Papa janji mau datang, tapi Papa kecelakaan saat membelikan Ella hadiah. Mama marah dengan Ella dan menyuruh Pak Ali membawa Ella ke panti asuhan, tapi Ella diturunkan oleh Pak Ali di jalanan."
"Itu mama tiri Ellaa?"
"Kata Bi Sum, Mama sendiri yang melahirkan Ella. Ella anak kandung Mama," jawab Ella tertunduk sedih.
"Ya Tuhan.. Ada seorang ibu kejam seperti itu?" gumam Mak Mila terkejut.
Ella cuma diam dan menundukkan kepalanya.
"Sudah gini aja, Ella mau tinggal di sini jadi anak Emak? Tapi kehidupan Emak ya begini ini, Subuh-subuh Emak ke ladang, memetik sayuran dan buah untuk dijual di pasar. Hasil penjualan untuk biaya hidup sehari-hari. Kalau Ella mau, Ella boleh ikut sama Emak, kalau nggak mau, ya Emak nggak maksa. Nanti biar Emak minta Pak Lurah buat antar Ella pulang."
"Ella nggak mau pulang kerumah Mak, nanti Mama marah lagi," jawab Ella kembali menangis.
"Cup cup sayang, jangan menangis lagi, kalau nggak mau pulang kerumah, Ella mau gimana?"
"Ella mau ikut Mak Mila aja ya?"
"Boleh.. Kalau gitu ayo kita ke rumah Pak RT. "
Mak Mila dan Ella pergi ke rumah Pak RT untuk melaporkan kedatangan Ella, yang diakui sebagai keponakan oleh Mak Mila.
Setelah semua beres, mereka kembali ke rumah.
Sesampainya di rumah, Mak Mila pergi ke belakang untuk mencuci pakaian, diikuti Ella yang mau membantunya. Akhirnya mereka mencuci baju bersama sambil bersenda gurau.
Sore hari, Emak mulai sibuk di dapur untuk memasak makan malam mereka, Ella yang tak ada kegiatan pun ikut membantu di dapur.
"Mak, kenapa nggak pakai kompor gas?" tanya Ella.
"Kompor gas mahal La, belum lagi beli gasnya. Kalau kayu bakar kan tinggal ambil di ladang atau hutan sekitar, jadi nggak usah beli. Emak juala sehari kadang dapat dua puluh lima ribu, kadang kalau rame lima puluh ribu," ucap Emak yang sedang menggoreng telur dadar.
Ella terdiam mendengar cerita Emak, otaknya berputar. Kalau sehari dapat 25.000, berarti kita harus hemat, batinnya.
Ella memperhatikan Mak Mila dari cara menyalakan api dan mematikannya.
"Besok subuh, Ella ikut emak ke ladang ya, terus ikut ke pasar," ucap Mila disaat mereka makan malam.
"Iya Mak" jawab Ella.
Sebenarnya Ella masih belum kenyang tapi karena Emak cuma goreng dua telur dan masak nasi sedikit, mau nggak mau Ella menahannya. Ia tak mau merepotkan Mak Mila.
Setelah membereskan piring makan mereka, Mak Mila berkata "La.. Emak tidur dulu ya, sudah lelah. Besok harus bangun subuh, kamu juga jangan malam-malam tidurnya."
"Iya Mak."
Ella akhirnya masuk ke dalam kamar, duduk diatas ranjang kayunya.
Aku harus bisa menjalani kehidupan di sini. Aku harus bersyukur masih ada Emak yang mau menerimaku.
Di ambilnya dompetnya dari dalam tas ransel, di keluarkan foto dirinya bersama papanya.
"Pa.. Cepat sembuh ya. Ella sekarang baik-baik saja di rumah Mak Mila," ucap Ella lirih sambil mengecup foto itu.
Karena di rumah Mak Mila tak ada televisi, Ella yang tak ada kegiatan pun memilih untuk tidur, dipejamkan matanya rapat-rapat hingga ia terlelap di rumah barunya itu.
###
"La, ayo bangun."
Ella terbangun mendengar panggilan Emak, segera Ella bangun dan keluar dari kamarnya.
"Ayo mandi La, abis ini kita ke ladang," ucap Mak Mila yang sedang sibuk di dapur.
Tanpa disuruh dua kali, Ella pun segera bangun dan pergi mandi.
"Makan dulu, agar tidak kelaparan nanti, La. Karena kita nggak tentu jam berapa pulang dari pasarnya," ucap Mak Mila yang sudah melahap sebuah singkong rebus.
Ella pun segera menyesap teh manis hangat dan menghabiskan singkong rebusnya.
Mereka berjalan menuju ladang, jalanan masih gelap sepi, udara pagi di kebun masih begitu dingin. Ella tak terbiasa berjalan jauh seperti ini, tetapi ia menguatkan dirinya agar tidak merepotkan Mak Mila. Ia tak mau lagi diusir seperti dulu.
Setelah sampai di ladang, Emak membuka karung yang dibawanya dari rumah.
Ella memperhatikan semua yang dikerjakan Mak Mila dari mulai menebas daun pisang, mencabut singkong, serta memetik daun singkong.
"Ayo bantu Emak, ikat dan rapikan ini," perintah Mak Mila.
Ella mengikuti cara Mak Mila melipat daun pisang, mengikat daun singkong, dan juga menyimpan umbi singkong.
Setelah semua selesai, Mila memasukan hasil panennya ke dalam karung dan menggendongnya di punggung.
"Ayo La, sekarang kita ke pasar."
Ella cukup kaget, baru saja ia duduk beristirahat sambil mengikat daun singkong, sekarang ia sudah harus berjalan lagi menuju ke pasar. Semoga saja pasarnya tak jauh, harapnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...HAI!! Terima kasih buat para pembaca yang sudah mendukung saya agar tetap semangat melanjutkan cerita ini setiap harinya!!...
...Agar saya tetap semangat update, dukung saya terus dengan memberikan LIKE, dan VOTE sebanyak-banyaknya ya!!...
...Jangan lupa tinggalkan bintang lima...
...(⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️)...
...dan klik FAVORIT agar tak ketinggalan episode selanjutnya ya!!...
...Terima kasih.❤...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
G@mbru_Afi
Gak terasa nanti jadi langsing La..
2022-11-25
0
mei
otw langsing Ella... semangat 💪
2022-04-18
0
PeQueena
ini gambaran dari kehidupan...bersyukur kita bisa diberikan kehidupan yg layak tanpa kekuarang...bahkan diluaran sana msh ada yg kurang beruntung dari kita.
INTINYA BERSYUKUR DENGAN SEGALA PEMBERIAN TUHAN 🤲
2022-04-06
0