Anna bergegas pulang ke rumah dengan menggunakan taxi, ia diperbolehkan pulang terlebih dahulu, ia sangat khawatir dengan Nenek, dengan tergesa-gesa Anna masuk rumah, ia langsung menuju kamar nenek.
Anna semakin khawatir karena kamar kosong, Anna berlari ke kebun belakang berharap kakek dan neneknya berada di sana,tapi tidak ada siapa-siapa di kebun, ia berlari lagi mengambil tasnya dan segera mengambil ponsel dan mencari nomor kakeknya.
Anna benar-benar khawatir, tak sabar rasanya menunggu orang di seberang segera menerima panggilan teleponnya.
"halo, kakek dimana?" tanya Anna Gugup, belum ada jawaban.
"kakek,, kalian dimana?" Anna mulai merengek, setiap pulang kerja ia selalu disambut Nenek dan kakeknya, dan hari ini pertama kalinya Anna mendapatkan rumah kosong, ia mulai meneteskan air matanya.
"sayang, kamu dimana?" terdengar suara lembut Nenek.
"Nenek Anna dirumah, Nenek dimana?" tanya Anna sesegukan.
"matikan ponselmu, kakek akan kirimkan alamatnya" nenek memutuskan sambungan telepon, tak lama kemudian alamat rumah sakit tertera di layar ponsel Anna.
Dengan tergesa-gesa Anna mengambil tasnya mengunci pintu dan mencari taxi. Sesampai di rumah Sakit Anna berlari menuju koridor rumah sakit sehingga ia menabrak seorang dokter sangat cantik berjilbab tersenyum lembut ke arah Anna yang terlihat khawatir.
Dokter memegang tangan Anna, ia tersenyum
"tenangkan diri anda" Dokter wanita itu menepuk pundak Anna.
"Maafkan saya Dokter" Air mata Anna mengalir.
"tidak apa-apa, kendalikan diri anda Nona, mari saya antar" Dokter Nisa menggandeng tangan Anna menuju resepsionis, ia membantu menanyakan ruangan dimana nenek Anna di rawat, Dokter tetap setia menemani Anna hingga sampai ke ruangan Nenek dirawat.
"terimakasih Dok, Anda sangat naik" Anna berjabat tangan dengan Dokter Nisa
"sama-sama, kuatkan dirimu," Dokter Nisa menepuk pundak Anna dan Permisi meninggalkan ruangan.
Anna segera berlari memeluk neneknya dan menangis, Kakek memeluk dari belakang.
"sudahlah,, kasian nenek mu" Kakek mengusap punggung Anna, Anna melepas pelukannya dan mencium kening neneknya.
Nenek tersenyum lembut lebih seperti lemah.
"Kakek, nenek sakit apa?" tanya Anna mencium tangan keriput Neneknya.
"Nenek kecapean dan harus banyak istirahat" Kakek mengusap rambut cucunya. Nenek berbaring lemas di atas tempat tidur, kesehatannya telah menurun karena usia yang telah sangat renta.
"Nenek sudah makan?" tanya Anna.
"sudah, tadi kakek yang suap nenek" jawab kakek.
"kakek sudah makan?" tanya Anna lagi
"sudah, berbagi dengan nenek" kakek dan nenek tersenyum.
Seorang Dokter muda seumuran dengan Anna, masuk ke ruangan.
"selamat siang" dokter menyapa Nenek.
"selamat siang" Anna dan Kakek kompak.
"Dok, bagaimana keadaan nenek saya?" Anna mendekati dokter. Dokter muda tersenyum ia melihat wajah cantik khawatir dengan mata sembab namun tidak mengurangi kecantikan Anna, ia tidak menjawab pertanyaan Anna, dokter memeriksa tubuh Nenek dan berbicara sedikit menyemangati nenek supaya banyak makan.
Ia melihat Anna
"Anda bisa ke ruangan saya?" tanya Dokter
"bisa dok" jawab Nisa cepat, Dokter berjalan keluar ruangan.
Anna pamit kepada nenek dan kakek lalu mengikuti dokter Riduan menuju ruangannya.
"silahkan duduk" Dokter Riduan mempersilahkan Anna duduk di kursi depan Riduan.
"terimakasih" Anna menarik kursi dan duduk.
"sebenarnya Nenek anda tidak sakit, dia hanya kelelahan, dan kesehatannya berkurang karena usianya yang telah renta" Dokter Riduan menjelaskan, Anna mengerti tidak ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit tua.
"Terimakasih Dok, apa yang harus saya lakukan?" tanya Anna asalan.
"Tidak ada, pasti anda mengerti" Dokter Riduan menatap Anna yang tertunduk. Anna mengangguk.
"Sebenarnya kakek anda juga sudah tidak begitu sehat lagi, hanya saja ia memaksakan diri, beruntung Kakek dan nenek anda selalu menjaga pola makan dan pola hidup sehat, sehingga mereka bisa menjaga kesehatan sampai setua ini" Dokter Riduan melanjutkan penjelasannya sehingga membuat Anna mengangkat kepalanya dan menatap Dokter Riduan.
Anna keluar dari ruangan Dokter Riduan dengan langkah gontai, ia berhenti dan duduk di kursi koridor rumah sakit, ia tak bisa lagi menahan air matanya, ia menangis sesenggukan,, seorang diri, pikirannya kacau, kakek dan neneknya sudah tua, dan ia tidak menyadari itu, karena ia tidak ingin ditinggal sendiri, andai bisa Anna menginginkan keabadian untuk kakek dan neneknya, Anna tak punya siapa-siapa selain Kakek dan neneknya, bahkan ia tidak mengenal orang tuanya.
Anna menyadari ia sudah terlalu lama meninggalkan kakek dan neneknya, ia menghapus air matanya dan berusaha untuk tersenyum.
Anna terus berpikir, nenek harus di rawat dan Kakek akan selalu setia menemani nenek, tapi jika kakek memaksakan diri merawat dan menjaga nenek, itu akan berpengaruh pada kesehatan kakek, dan kakek juga bisa jatuh sakit.
Perlahan Anna membuka pintu kamar, ia melihat Kakek dan nenek tertidur. Anna masuk dan menutup kembali pintu ia duduk di sofa, melihat wajah Kakek dan neneknya. Anna merasakan ponselnya bergetar, ia mengambil ponsel dari saku tas, ia melihat pesan dari Juanda
*Juanda ->"apakah bos Hans telah menghubungimu?"
*Anna ->"belum"
*Juanda -> "kamu dimana?"
*Anna -> " *rumah Sakit"
** Juanda -> "*kenapa?"
** Anna -> " nenekku sakit"
Ponsel Anna bergetar, tapi bukan pesan melainkan panggilan dari nomor tidak di kenal, Anna melihat kakek dan neneknya yang masih tertidur, perlahan Anna keluar ruangan dan duduk di kursi koridor rumah sakit. Anna menggeser layar ponselnya.
"halo selamat siang, dengan siapa?" Anna menjawab panggilan.
"halo Hana, saya Andreas, kamu dimana?"
"saya di rumah sakit, Tuan"
"kenapa kau masih memanggil Tuan?, lupakan kenapa kau di rumah Sakit? apakah kamu sakit, dirumah sakit mana?" tanya Andreas panjang lebar. Anna tersenyum, Andreas adalah CEO yang lucu, pantes saja ia sangat butuh Laura.
"nenek ku sakit, aku akan mengirimkan alamat rumah sakit" jawab Anna.
"cepatlah aku akan kesana" ucap Andreas.
Anna memutuskan sambungan telepon dan mengirimkan lokasi rumah sakit.
Anna melihat ada pesan dari Juanda yang belum ia baca karena menerima telepon dari Andreas. Ia menanyakan alamat rumah sakit. Anna segera membalas pesan Juanda dengan mengirim alamat rumah sakit.
Anna beranjak dari kursi menuju ke kamar Nenek, ia membuka pintu perlahan melihat kakek mengusap air matanya ketika berbicara dengan nenek dan menggenggam lembut tangan Nenek.
Anna tidak bisa mendengarkan suara kakek, tanpa sadar air mata Anna mengalir. Anna melangkah kakinya mendekati Kakek.
"Kasian cucu kita belum ada yang menemaninya," kakek berucap pelan yang kini telah di dengar oleh Anna.
Mereka berpegangan tangan, Nenek meneteskan air matanya, ia tahu usia mereka berdua sudah sangat tua, mereka tidak bisa lagi menemani dan menjaga Anna, mereka berharap Anna bisa menikah sebelum mereka pergi meninggalkan Anna untuk selamanya.
Anna mematung tak bergerak hanya Air matanya yang mengalir deras membasahi pipi mulusnya. Terdengar ketukan pintu, hingga membuat Kakek dan Anna menoleh ke arah suara.
Laura masuk kedalam kamar diikuti Andreas. Mereka membawa dua buah parcel besar dan satu buket bunga.
Laura sangat menyukai Anna, ia tahu Anna adalah wanita yang baik dan mandiri, ia tahu persis sepupunya yang ceroboh itu telah jatuh cinta pada pandangan pertama ketika melihat kesempurnaan dalam diri Anna baik secara skill, kecerdasan, dan tentu kecantikan dari dalam dan luar.
Laura memeluk Anna yang membuat Anna sedikit kaget tapi ia tetap membalas pelukan Laura, setelah melepas pelukannya Laura mendekati Kakek dan nenek, meletakkan parcel buah di atas meja dan memperkenalkan diri, ia dan adiknya adalah rekan kerja Anna.
Kakek dan nenek sangat senang ketika melihat seorang pria Tampan membawa buket bunga, melewati Anna dan memberikan bunganya kepada nenek. Andreas menyapa Nenek, ia memperkenalkan dirinya, Andreas mencium tangan Nenek dan nenek tersenyum serta mengusap kepala Andreas, Kakek tersenyum bahagia begitu juga Anna ia sangat bahagia bisa melihat senyum kakek dan neneknya.
Ia tidak menyangka Andreas akan berbuat seperti itu, seorang CEO perusahaan besar, bahkan memperkenalkan diri sebagai rekan kerja Anna. Laura memperhatikan perlakuan sepupunya, dan sesekali melirik Anna yang tersenyum bahagia walaupun sisa air mata masih berbekas di pipinya dan mata sembab masih terlihat jelas.
***
Ruangan Hans
Hans memegang ponsel Juanda, ia yang berkirim pesan dengan Anna menggunakan ponsel Juanda, ia mondar-mandir di ruangannya seperti setrikaan. Juanda hanya mengamati Bosnya, tidak berani berbicara.
"Juan, apakah kita harus kerumah sakit?"tanya Hans bingung, belum sempat Juanda menjawab pertanyaan Hans.
"tidak, aku tidak punya alasan untuk kerumah sakit, aku tidak dekat dengan karyawan ku" jawab Hans sendiri.
Juanda garuk-garuk kepala yang tidak gatal. Hans menduduki sofa panjang miliknya, sepertinya ia sudah lelah mondar-mandir.
"Bukankah Bosnya tidak suka perempuan, eh tunggu dulu, Anna bukan tipe wanita penggoda tapi ia adalah wanita cantik, cerdas, cuek dan sangat berprestasi" pikir Juanda.
Ia ingat, Setelah melihat Anna melakukan presentasi dengan sempurna Hans langsung meminta data diri tentang Anna, bahkan ia mencari tahu kampus tempat Anna kuliah, Hans membongkar habis kehidupan Anna.
"apakah Bosnya benar-benar telah jatuh cinta untuk yang pertama kalinya? " otak Juanda berpikir keras. Dilihatnya Hans sudah memejamkan mata tertidur di atas sofa.
Juanda menepuk jidatnya. Sepertinya Hans berpikir sangat keras untuk pergi kerumah sakit atau tidak, hingga ia tertidur lelap, atau ia telah bermimpi tentang Anna, ingin sekali Juanda menggoda Bosnya, tapi ia tak berani. Ia hanya bisa menunggu diam tanpa melakukan apapun. 🤔
***
Thanks for reading 😊
Mohon dukungannya 😍
Love you readers 💓
Baca juga Novel ku berjudul "Cinta untuk Dokter Nisa"
terimakasih 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Aep Saepurahman
anna banyak yang suka nih
2023-12-30
0
Karate Cat 🐈
kegedean gengsi bos.. keduluan andreas tuh.
2023-01-24
0
Siti Ramlah
cinta untuk dokter anisa ....kreen skli crita the best thoor
2021-12-27
1