Pagi Sekali Anna berangkat dari rumah sakit untuk kembali kerumahnya. Ia bergegas menuju kamar untuk mandi dan menggantikan pakaian, hari ini Anna, Hans dan Juanda akan pergi ke perusahaan CCC, untuk membicarakan proyek pembangunan hotel milik perusahaan Andreas.
Anna buru - buru keluar rumah dan menunggu taxi.
Anna berjalan menuju halte tidak jauh dari rumahnya. Ia duduk termenung memikirkan kakek dan nenek di rumah Sakit.
Sebuah mobil mewah berwarna merah terang berhenti Tepat di depan Anna, pintu mobil bagian depan terbuka, Juanda keluar.
"Halo Hana, naiklah" Juanda membuka pintu belakang di dalam sudah ada Hans duduk dengan elegan dengan salah satu kaki terangkat di atas kaki lainnya, dan tangan yang menopang dagunya menatap ke samping kaca mobil.
"terimakasih" Anna tersenyum masuk ke dalam mobil duduk di samping Hans.
"selamat pagi Tuan" sapa Anna.
"pagi" jawab Hans tanpa menoleh
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, menuju perusahaan CCC miliki Andreas.
Sesampai di halaman perusahaan.
Mereka bertiga turun tepat di depan pintu utama perusahaan. Jonathan telah menunggu mereka bertiga menuju ruang utama Andreas.
Mereka menggunakan lif pribadi CEO, tak berapa lama mereka telah sampai di depan pintu ruangan CEO. Jonathan membukakan pintu dan mempersilahkan tamu masuk.
Ruangan yang cukup luas, dilengkapi dengan mana kursi tamu, dan 3 meja kerja. Mereka di sambut oleh Laura, yang membuat Hans dan Juanda kaget, Laura memeluk Anna dengan begitu akrabnya, hingga menanyakan kabarnya.
Setelah Andreas berjabat tangan ia pun langsung menghampiri Anna menanyakan kabar kakek dan nenek sehingga membuat Hans dan Juanda melongo.
Hans tidak percaya dengan apa yang ia lihat,
"apakah mereka sudah sedekat ini? atau mereka memang sudah saling kenal? " Ada banyak pertanyaan di dalam pikiran Hans dan Juanda.
Mereka semua duduk di kursi tamu, bercengkrama dan membahas masalah proyek yang akan di laksanakan 3 bulan lagi, hingga jam makan siang telah tiba.
Laura mengajak mereka semua untuk makan siang di restoran tepat di lantai bawah gedung perusahaan.
Hans adalah tipe orang yang sedikit bicara, gengsi dan jual mahal berbeda dengan Andreas yang menampakkan segala sesuatu secara langsung. Jika ia suka seseorang maka Andreas akan memberikan perhatian lebih.
Di restoran, mereka meja segiempat dengan 6 kursi. Andreas duduk tepat di samping Anna, sedangkan Hans dan Laura di depan mereka di ujung kiri dan kanan di isi oleh Juanda dan Jonathan.
Ketika makan siang, Andreas lebih banyak berinteraksi dengan Anna di bandingkan dengan Hans yang notabenenya sebagai Bos, sedangkan Anna hanya seorang pegawai.
Memahami situasi yang dibuat oleh Andreas, Laura selalu berusaha berinteraksi dengan Hans dan Juanda, tapi hanya Juanda yang berusaha berkomunikasi dengan Laura Sedangkan Jonathan tidak akan berbicara kecuali di berikan pertanyaan.
Andreas dan Anna berbicara tanpa canggung mereka terlihat tampak akrab dan dekat. Ada tatapan mata tajam penuh dengan kecemburuan.
"Sebenarnya Anna ini karyawan Hans atau Andreas" pertanyaan yang muncul dalam pikiran Hans.
Laura dapat merasakan panas api cemburu di meja makan. tak berapa lama pesanan makanan telah tersaji di meja mereka.
Anna pamit ke toilet, ia harus menghubungi kakeknya, ia ingin tahu apakah kakek dan nenek sudah makan siang atau belum
Laura mengikuti Anna tanpa sepengetahuan Anna. Ia menunggu Anna di depan pintu toilet.
" Laura" Anna kaget ketika membuka pintu.
"maaf, apa aku boleh bertanya?" tanya Laura serius.
"tentu saja, ada apa" Anna tersenyum.
"Apakah kamu berpacaran dengan Hans" tanya Laura langsung hingga membuat Anna tertawa, orang-orang di sekitarnya menatap ke arah Anna, dengan cepat Anna menutup mulutnya dan menggeleng.
"baiklah, ayo kita kembali ke meja makan" Laura berjalan mendahului Anna
Anna tersenyum dan berpikir.
"Apakah Anna menyukai Hans?"
Ketika sampai di meja makan Anna kaget melihat piringnya telah terisi makanan, Laura tersenyum, ia tahu pasti itu ulah adik sepupunya.
"Aku yang memilih makanan untukmu, apakah ada yg tidak kamu suka" tanya Andreas dengan wajah khawatir.
"terimakasih,, aku tidak pemilih, aku bisa makan apa saja, bahkan jika aku kelaparan aku juga bisa memakan kamu" canda Anna duduk di kursinya, hingga membuat semua tertawa kecuali seseorang yang sedang mengaduk- aduk makanannya.
"benarkah, aku sangat ingin jadi makananmu" lanjut Andreas menambah keriuhan meja makan.
" Tuan Hans, kenapa anda tidak makan? apakah makanan tidak enak?" tanya Laura kepada Hans yang dari tadi tidak memakan makanannya.
"maaf, saya kepikiran pekerjaan uang masih banyak di kantor" jawab Hans mengelak.
"Bos, saya rasa pekerjaan kita telah beres sebelum berangkat ke sini" Juanda melihat Bosnya yang mendapat balasan tatapan tajam mematikan, sehingga Juanda kembali menunduk dan menghabiskan makanannya dengan segera.
"jika Anda terburu-buru, aku yang akan mengantarkan Hana pulang, karena setelah tanda tangan kontrak Hana tidak boleh melakukan pekerjaan lainnya" Andreas menatap serius kepada Hans.
"bahkan Anna boleh datang dan pergi ke perusahaan XXX dan perusahaan CCC" lanjut Andreas. Suasana meja makan menjadi dingin Hans dan Andreas saling bertatapan.
" Anda benar Tuan Andreas tapi Anna adalah karyawan saya, dan saya bertanggung jawab atas karyawan saya." jawab Hans
" Maaf Tuan Andreas, benar yang di katakan tuan Hans, saya juga sudah selesai makan" Anna menengahi mereka.
"Anna, aku dan Laura ingin mengunjungi nenek dan kakek mu" lanjut Andreas menatap lembut kepada Anna.
"tentu anda boleh mengunjunginya kapan saja" Anna tersenyum.
"saya juga harus ke kantor untuk membereskan pekerjaan saya" lanjut Anna.
"baiklah" Andreas lemah, Hans tersenyum penuh kemenangan. Laura, Juanda dan Jonathan hanya jadi penonton di meja makan.
"terimakasih atas makan siangnya" ucap Hans berdiri dan berjabat tangan dengan Andreas.
"sama-sama" jawab Andreas.
Mereka bertiga pamit, berjalan bersama menuju lobi utama, mobil telah menunggu di depan pintu.
kendaraan segera melaju menuju perusahaan XXX. Suasana dalam mobil sepi tanpa ada suara. Anna merasa canggung, ia tidak nyaman dengan suasana suram seperti ini tapi ia juga tidak tahu harus memulai pembicaraan tentang apa.
Hans menatap lurus ke depan, duduk dengan elegan.
"bagaimana kabar nenekmu" tanya Hans tanpa menoleh.
Anna melihat Hans tanpa menjawab pertanyaannya, hingga Hans menoleh dan memutar badannya ke arah Hana membuat wajah mereka sangat dekat. Dengan reflek mereka kompak memundurkan kepala masing-masing. Anna menoleh ke jendela begitu juga dengan Hans.
"nenekku masih dirawat" jawab Anna memenangkan hatinya yang kaget dengan situasi canggung.
Begitu juga dengan Hans, ia merasa wajahnya sangat panas, mungkin jika ada cermin ia ingin melihat wajahnya apakah terbakar. Juanda tersenyum melihat kedua orang yang berada di kursi penumpang dari cermin.
Dari sejak masuk mobil Juanda curi-curi pandang di cermin mobil untuk melihat kelakuan Bosnya uang pertama kali duduk berdekatan dengan wanita.
Sesampai di kantor, Anna menuju ruangannya bertemu dengan rekan-rekannya. Hans berjalan cepat diikuti Juanda ia langsung masuk ke kamar mandi dan mencuci mukanya.
Ia masih merasa panas pada wajahnya. Hans keluar dari kamar mandi, Juanda memperhatikan Bosnya yang sangat aneh.
"kenapa bos? apakah kamu alergi makanan?" tanya Juanda yang melihat wajah Bosnya merah.
Hans tidak menjawab ia merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang dan memejamkan matanya. Ingatan tentang wajahnya yang terlalu dekat dengan Hana yang menyisakan jarak beberapa centimeter saja membuat Hans gelisah, ia merasa tubuhnya menjadi panas dingin dan jantungnya berdetak lebih kencang dan tak beraturan.
"Juan, panggilkan, Reyhan, aku merasa tidak enak badan" Hans berbicara Tanpa membuka matanya.
Juanda segera menghubungi nomor Reyhan dokter pribadi Hans.
30 menit kemudian Reyhan datang, dokter muda dan tampan dengan kacamata melekat di hidungnya. Ia sangat khawatir, Hans adalah sepupunya.
Dengan cepat ia mendekati Hans menyentuh wajahnya yang sedikit merah dan sedikit panas. Reyhan menatap Hans yang masih berbaring di atas sofa memejamkan mata. Biasanya dia selalu menyambut kedatangan Reyhan.
"apa yang kau rasakan?" tanya Reyhan curiga
Hans mengambil tangan Reyhan DNA meletakkan di dadanya.
"periksa jantungku, ini tidak normal" Hans membuka matanya Reyhan menuruti permintaan saudaranya, ia mendengarkan detak jantung Hans menggunakan alat pendeteksi detak jantung.
Reyhan tersenyum
"Apakah kamu terkejut" tanya Reyhan
"apakah aku terkena serangan jantung?" Hans beranjak dan duduk memegang dadanya.
"mungkin" Reyhan merapikan perlengkapan dokternya. Hans menarik tangan Reyhan.
"apakah aku akan segera mati" tanya Hans memelas. Juanda mulai khawatir, melihat gelagat bosnya.
"berikan aku obat penenang" Hans meminta kepada Reyhan.
"aku akan kerumahmu nanti malam" Reyhan berjalan keluar ruangan diikuti Juanda yang penasaran dengan keadaan bosnya.
" bagaimana keadaan bosku? tanya Juanda sebelum Reyhan Berlalu.
",Dia baik-baik saja" jawab Reyhan tersenyum
😊
thanks for reading ☺️
terimakasih
Dukung terus Author yang lagi belajar menulis 😊
baca juga "Cinta untuk Dokter Nisa"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Aep Saepurahman
hehehe belum pernah jatuh cinta kali si bos
2023-12-30
0
Lasmanah Ramdani
hadeeeh Hans kebangetan masa kamu ga tau klo itu virus cinta sedang menyerang 🤣🤣
2022-03-06
0
Kenzi Kenzi
sakit cinta........jatuh hati nya......wkwkwkwkwk...ceo falling in love
2021-07-19
0