Para kakak senior memandangi Dinka dan Reta dari jauh. Tanpa Dinka tau dia sudah menjadi bahan perbincangan hangat di antara senior lelaki yang mengurusi ospek.
Akhirnya salah satu senior ada yang memberanikan diri mendekat ke meja mereka. Dengan bermodalkan sebotol minuman untuk mendekati juniornya Fahmi duduk di sebelah Dinka.
Fahmi menawarkan minuman yang dibawanya. "Nih buat loe" ucap Fahmi menyodorkan minuman. Dibenaknya dia sangat malu.
Reta merebut minuman di tangan kakak seniornya. Meminumnya tanpa sungkan. "Makasih kak" ucapnya tersenyum sambil mengajak Dinka pergi.
Mata Fahmi mengikuti langkah Dinka dan Reta. Membuka mulut nya sedikit karena kelakuan juniornya.
"Reta kamu tidak sopan" keluh Dinka. "Gak sopan dimananya?" tanya Reta heran.
"Ya itu tadi sudah merebut minuman senior kita. Jangan kasar begitu dong, kita masih baru disini harus sopan sama senior" ucap Dinka panjang lebar menasehati.
Reta menyilangkan tangannya di dada. Menatap jengah pada Dinka. "Yaelah cuma minuman doang ribet" gerutu Reta.
Mereka pulang dengan berjalan kaki. Sampainya di asrama Dinka langsung mandi karena merasa badan nya sudah risih. "Ka cepatan dong mandinya gue kebelet" teriak Reta dari kamar. Dia memegangi perut nya yang sakit. Berusaha menahannya.
Dinka pun keluar. Dia mengeringkan rambutnya dengan handuk. Reta masuk kedalam.
Setelah selesai dengan ritual mandi nya Reta mengajak Dinka mencari makan.
Dinka sedang mengobrol dengan tunangannya di telpon sambil menyisir rambut panjangnya.
"Dinka ayo cari makan" ajak Reta. Dinka tidak menanggapi temannya. Reta yang tidak sabaran mendorong Dinka keluar dari kamar.
"Aku belum selesai ta astaga" keluh Dinka. Reta tetap menarik tangan Dinka untuk cepat pergi. Seperti anak yang menarik tangan ibunya.
Dinka menghentikan langkahnya. Melepaskan tangan Reta dari tangannya. "Aku mau taruh sisir sama ponsel dulu" ucap Dinka. Dia berjalan kembali kekamar. Mengirim pesan singkat pada tunangannya.
"Makan disana yuks" ajak Reta menunjuk ke sebuah cafe. Dinka menggeleng. "Kenapa?" tanya Reta dia tetap menarik tangan Dinka memasuki cafe.
Mungkin akan menjadi hobi baru bagi Reta yang suka menarik tangan Dinka.
Didepan cafe Dinka berhenti. Reta bingung. "Duit ku gak bakalan cukup buat makan disini" jawaban dari Dinka membuat Reta mengernyit heran. "Gue yang bayarin deh" ujar Reta. Dia memesan banyak makanan. Dinka membuka buku menu dia melotot melihat harga makanannya.
"Loe mau pesen apa?" tanya Reta. Dinka menaikan alisnya. Dia mendekat kan wajahnya kedepan Reta. "Kita jangan makan disini ya harganya mahal" kata Dinka lirih. Reta tertawa. "Kan gue udah bilang gue yang bakal bayar" ujar Reta.
"Aku mau nasi goreng aja deh, minumnya cukup air putih" ucap Dinka. Reta memanggil pelayan untuk menulis pesanan mereka. Dia memesankan jus alpukat untuk Dinka.
+++
Hari kedua ospek di isi dengan acara yang bertemakan mempererat hubungan persaudaraan dan acara sosial.
Para senior harus memilih adik junior untuk menjadi anggotanya. Fahmi sengaja memilih Dinka agar bisa lebih mengenalnya.
Setiap kelompok berisikan 15 orang dan diketuai oleh senior. Setelah semua kelompok terbentuk mereka di bawa keliling kampus.
Dinka tidak satu kelompok dengan Reta membuatnya jadi sangat pendiam. Namun teman yang lain banyak yang mengajaknya mengobrol. Fahmi selalu berjalan di sebelah Dinka dan bertanya banyak tentang dirinya.
Waktu untuk istirahat datang. Dinka pergi kekantin menunggu Reta. Fahmi menjejerkan dirinya di samping Dinka. "Mau kekantin ya?" tanya Fahmi. Dinka yang canggung di dekati seniornya hanya mengangguk. "Bareng ya" bujuk Fahmi tapi tidak di gubris oleh Dinka.
Reta sudah duduk manis di kantin bersama makanan yang dipesannya. Dia memanggil teman sekamarnya. "Dinka disebelah sini" teriak Reta melambaikan tangan.
Fahmi yang melihat gadis tomboy itu tidak jadi ikut duduk bersama Dinka. Dia memilih bergabung dengan temannya yang lain.
Acara yang kedua yaitu sosial. Di area taman kampus sudah terparkir dua buah mobil donor darah. Para senior sudah lebih dulu mendonorkan darah dilanjutkan oleh para junior. Diantara mereka ada yang tidak mau donor karena takut jarum suntik ada juga yang memang tidak bisa untuk donor.
Reta walaupun tomboy tetapi takut akan jarum suntik. Itu yang membuatnya di tertawai oleh Dinka. Sebelum donor di cek golongan darah dan hemoglobinnya.
"Golongan darah kamu AB negatif ya kak" ucap wanita yang bertugas. Dinka sebelumnya tidak tau tentang golongan darahnya.
"Golongan darah ini masih terbilang cukup langka jadi jangan sampai terluka ya" nasehat petugasnya dengan senyuman. Dinka mengangguk.
+++
Semenjak pulang kuliah Reta sudah bolak-balik masuk kekamar mandi untuk membuang hajat. Perut nya sakit karena terlalu banyak makan. Dia takut asam lambungnya kumat.
"Wajah kamu pucet" ucap Dinka. Reta memegangi perutnya yang sakit. "Ambilin obat dilemari kecil itu" ucap Reta menahan rasa sakitnya.
Dinka mengambil obat dan membantu Reta meminumnya. "Kamu istirahat ya" pinta Dinka. Dia merebahkan badan Reta dengan hati-hati.
Dinka meletakkan kembali obat ke tempat semula. Dia melihat sebuah foto. Dia memegang foto itu. 'Pasti ini fotonya Reta waktu kecil, apakah dua lelaki ini kakaknya' gumam Dinka dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Sabrina Mariaivanova
halo
2022-05-31
0
Julita As
like
2021-03-14
0
Kirana
:)
2021-03-12
0