Hayley bergegas pergi meninggalkan ruangan VIP tersebut dan mencari toilet, karena tidak adanya pengalaman datang ke restoran seperti ini, membuat Hayley kesulitan.
"Maaf, mbak. Toilet di mana, ya?" tanya Hayley pada seorang waiters.
"Di ujung sana, silahkan, mbak," ujar wanita itu ramah.
Hayley langsung melangkahkan kaki menuju toilet, bibirnya terus saja komat-kamit menggerutu karena sikap Kathrine yang seakan memusuhinya.
"Padahal kan dia sendiri yang nyuruh Mr.Ice nikah, sekarang kok kayak aku ini musuhnya sih," gumam Hayley, ia menghentakkan kaki berkali-kali karena kesal, Aaron mengajaknya datang ke sini bukannya untuk berkenalan secara baik-baik malah di anggap seperti obat nyamuk.
"Nggak tau malu banget ih, mereka berdua. Peluk cium di tempat umum, di depanku lagi, hih!" Hayley merasa frustasi, jika saja dia punya keberanian untuk pulang sendiri dari tempat ini pasti dia sudah pulang, sayangnya gadis itu sama sekali tidak membawa uang. Percuma saja berada di tempat ini, seharusnya berada di rumah dan menghabiskan waktu di kasur empuk lebih menyenangkan, pikir Hayley.
Usai buang air kecil di toilet, Hayley memilih duduk di bangku kosong tidak jauh dari toilet pria, entah mengapa dirinya enggan kembali menemui sepasang kekasih yang sedang di mabuk asmara, Aaron dan Kathrine.
Hayley mengayunkan kakinya ke depan dan ke belakang seperti anak kecil, bibirnya cemberut, ia merasa kesal dan bosan.
"Eh, eh." Seorang laki-laki yang lewat hampir tersandung kaki Hayley, laki-laki itu sibuk menatap layar ponselnya hingga tidak melihat Hayley yang mengayunkan kaki hingga mengenai betis laki-laki yang akan lewat di depannya.
"Eh, maaf, Tuan. Maaf," ujar Hayley, ia langsung berdiri dan mencoba membersihkan celana laki-laki itu yang terkena sepatunya.
"Nggak usah, aku bisa sendiri," ucap laki-laki itu sambil menunduk, mengibaskan tangannya beberapa kali untuk membersihkan celana hitam yang sedikit kotor.
Hayley merasa bersalah karena ketidaksengajaannya, ia meminta maaf berkali-kali sambil menunduk malu.
"Hayley bukan?" ujar laki-laki itu sambil menunjuk wajah Hayley.
"Kok tau, kita pernah bertemu, ya?" tanya Hayley, ia mencoba mengingat wajah laki-laki berpostur tubuh tegap tinggi dengan bola mata kecoklatan, hidung mancung dan rahang tegas itu seakan mengingatkan Hayley pada seorang laki-laki yang pernah bertemu dengannya di suatu acara.
"Kita pernah bertemu, kamu kan sekretarisnya Aaron, yang pernah datang di pertemuan para investor seminggu yang lalu," ungkap laki-laki itu dengan sopan.
Hayley menganggukkan kepalanya, sekarang ia ingat dengan jelas pertemuannya dengan laki-laki itu.
"Oh ya, kamu belum tau namaku. Perkenalkan, aku Marcellus Gerarld, panggil saja Marcel," lanjutnya.
"Baik, Tuan Marcel, maaf tadi aku nggak sengaja," ujar Hayley.
"Panggil Marcel saja, paling kita juga seumuran," ungkap Marcel sambil terkekeh pelan. "Oh ya, ngapain di sini?" tanyanya lagi.
"Emm ... anu, aku abis dari toilet," jawab Hayley, ia tidak tau harus menjawab apa, karena ia juga bingung dengan apa yang ia lakukan di dekat toilet pria.
"Terus? ngapain duduk di sini? kamu sama siapa kesini?" pertanyaan Marcel membuat Hayley bungkam, ia malu jika harus mengakui kalau dirinya sedang menghindari Aaron yang sedang bermesraan bersama Kathrine.
"Emm ... anu, aku ...." Hayley menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, ia bingung.
"Ya udah, gabung sama aku aja, yuk. Kebetulan aku lagi dinner sama mama," ajak Marcel, tanpa menunggu persetujuan Hayley, ia menarik tangan Hayley dengan cepat.
Marcel membawa Hayley duduk bertiga bersama seorang wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda, wanita itu memakai dress panjang bermotif bunga-bunga dengan selendang yang di pakaikan di lehernya, mirip seperti pakaian artis-artis bollywood.
"Perkenalkan, ini mamaku." ujar Marcel, kemudian menatap mamanya yang kebingungan. "Ma, ini temanku, Hayley," imbuhnya.
Hayley mengulurkan tangannya di depan mama Marcel. "Saya, Hayley, tante."
"Oh, iya. Perkenalkan, saya Sharaa, mamanya Marcel." Sharaa menerima jabatan Hayley dengan ramah, ia kemudian mempersilahkan duduk.
Mereka bertiga melanjutkan dengan obrolan hangat dan saling tukar pengalaman di negara ini. Marcel adalah warga negara Pakistan yang sudah setahun ini tinggal di Indonesia bersama mamanya untuk melanjutkan bisnis almarhum papanya.
Meskipun ini adalah pertama kalinya Hayley bertemu dengan Sharaa, mereka berdua seperti memiliki kecocokan dalam hal obrolan, Sharaa merasa nyaman dengan teman yang di bawa Marcel untuk menemani dinner mereka.
"Oh ya, kamu tinggal di mana, Hayley?" tanya Marcel. "Kapan-kapan boleh dong, aku main ke rumahmu."
"Aku tinggal di ...." belum sempat Hayley melanjutkan ucapannya, Aaron sudah berdiri di depannya.
"Hayley, pulang!" perintah Aaron datar, ia menatap tidak suka pada Hayley.
"Aaron," sapa Marcel ramah. "Kok, Hayley di ajak pulang sih, nanti aja biar aku yang nganterin."
Marcel menatap seorang wanita berambut pirang sepinggang yang menggandeng lengan kiri Aaron.
"Apa dia istrimu? maaf, ya. Aku tadi pagi nggak bisa dateng ke acara pernikahan kalian, aku repot jemput mamaku di bandara," papar Marcel, ia menatap hormat pada sepasang kekasih yang ia pikir adalah pengantin baru.
"Oh, tentu saja. Nggak apa-apa kok," jawab Kathrine ramah.
Sedangkan Aaron dan Hayley saling memandang dengan tatapan aneh, Aaron terdesak, ia sendiri bingung bagaimana menjelaskan situasi ini, memang tidak semua orang tau bahwa Hayley adalah istrinya, tapi melihat Kathrine yang selalu menempel di sampingnya saat ini akan membuat siapa saja berpikir bahwa Kathrine lah istrinya.
"Hayley, pulang!" perintah Aaron sekali lagi, tidak mengindahkan Marcel yang merasa keberatan.
"Emm, maaf ya, Marcel, Tante. Aku pulang duluan," pamit Hayley pada dua orang yang menemaninya dalam satu meja.
"Tapi, aku belum punya nomor ponselmu. Nih, tulis nomormu di sini," pinta Marcel sambil menyerahkan ponselnya pada Hayley.
"Maaf, Marcel. Hayley tidak boleh memberikan nomornya ke sembarang orang." Aaron berujar dengan tatapan sengit, ia merasa tidak suka dengan sikap Marcel yang sok akrab pada Hayley.
Kathrine merasa aneh dengan sikap Aaron, ia mengepalkan tangan sambil melirik Hayley dengan tajam.
Tanpa menunggu jawaban Marcel, Aaron langsung menarik tangan Hayley dengan kasar untuk bangkit dari duduknya.
"Sayang, kenapa sih dia di ajak pulang juga. Seharusnya biarin aja dia sama temenmu, kita kan bisa nginep di hotel," sergah Kathrine kesal sambil menggoyangkan lengan Aaron.
Aaron tidak menjawab, ia terus melangkah menuju tempat mobilnya di parkir, Hayley mengekori dalam diam, dia tidak merasa melakukan kesalahan, lalu kenapa Aaron seakan-akan marah padanya.
Aaron membuka pintu mobil belakang. "Masuk!" perintahnya lantang pada Hayley. Lalu membiarkan Kathrine berdiri bengong karena menunggu Aaron membuka pintu mobil untuknya juga.
"Loh, kok aku nggak di bukain juga sih?" Lagi-lagi Kathrine semakin kesal, lalu membuka pintu sendiri dan membantingnya dengan kasar.
Aaron diam, melajukan mobilnya dengan kencang menuju hotel tempat Kathrine menginap. Mereka bertiga diam seribu bahasa, tidak ada yang ingin memulai percakapan saat Aaron sedang tidak enak hatinya.
🖤🖤🖤
(Visual Marcellus Gerarld)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Bilqis Alin
knpa GK di saring dlu Thor klw milih visual jjr saja q GK suka sama visua aronx kyk banci msh coolan Alex sama marcel
2023-07-03
0
Dewi Astuti
biarin tuh si laron mending sm marcel ramah ganteng ibu nya jga ramah
2022-11-26
0
Rahma Atong
ganteng banget 🥰🥰🥰
2022-08-22
0