Merasa sudah bersalah karena terlalu memusatkan pikiran tentang keadaan Alex, Aaron menurunkan kecepatan mobilnya, ia melaju perlahan menuju rumah sakit yang letaknya tinggal 500 meter lagi.
Sampai di rumah sakit, Aaron menuju meja resepsionis.
"Pasien atas nama Alexavier Bancroft, dimana bisa ku temui." Aaron bertanya pada perawat yang berjaga.
"Sebentar," Perawat itu beralih pada layar komputer. "Masih di tangani oleh dokter, silahkan di tunggu di depan ruangan bedah." imbuhnya.
Pikiran Aaron kalang kabut, ia sama sekali tidak tau tentang apa yang menimpa sepupunya, dan bagaimana bisa dia sampai terluka dan harus masuk ke rumah sakit ini.
Tidak sampai 10 menit Aaron duduk di kursi tunggu, ia melihat Alex keluar dari ruang bedah seperti tidak terjadi apa-apa padanya, laki-laki itu masih berjalan normal dan tersenyum menyapa Aaron.
"Bro, kau tau aku disini?" tanya Alex.
"Bella yang memberitahuku, kamu kenapa, Alex?" Aaron menelusuri seluruh bagian tubuh Alex, dia tidak apa-apa.
"Ah, biasa. Ini semua gara-gara cewek, kau pasti sudah paham, Bro." Alex tersenyum miring.
"Kamu berantem sama cewek?" Aaron terkekeh.
"Angelina, dia menyatakan cintanya, tapi aku menolak." Alex menghempaskan bokong di samping Aaron. "Dia bilang dia hamil," imbuhnya.
"Hamil? lalu, kamu nggak mau tanggung jawab?" Aaron mendelik, menatap sepupunya yang berbicara santai.
"Ah, dia bohong. Wanita licik!" desis Alex. "Tidak mungkin dia hamil."
"Dari mana kamu tau kalau dia bohong, bukankah kalian sering berhubungan?" Aaron tampak penasaran.
"Sudah ku katakan padanya dari awal, aku akan memberi kepuasan padanya, melayaninya dengan penuh pesona. Asal jangan libatkan hati di antara kita." Alex menjelaskan.
"Kamu mengenalku, Bro. Puluhan wanita yang setiap malam bergilir menemaniku, aku tidak pernah sekalipun menumpahkan gairahku di akhir sesi. Percayalah, aku ahlinya." Alex tersenyum sambil menepuk bahu Aaron.
"It's ok, kamu memang ahlinya!" seru Aaron sambil menepuk punggung Alex.
"Woy, hati-hati, punggungku sakit." Alex meringis. "Gara-gara Angelina, aku harus mendapatkan beberapa jahitan di punggung."
"Apa dia mencabik-cabikmu dengan cakarnya?" Aaron terkekeh.
"Dia hampir membunuhku, punggungku tergores pisau dapur. Dia tidak hanya liar di atas ranjang, saat marah pun lebih ganas." Alex tertawa lepas, seakan kejadian yang hampir merenggut nyawanya itu sebuah lelucon.
Usai mendapatkan obat yang di resepkan oleh dokter, Aaron dan Alex berjalan sambil bercakap-cakap di lorong rumah sakit.
Namun langkah Aaron terhenti saat melihat seorang gadis menangis sesenggukan di depan ruang operasi.
"Sepertinya aku pernah melihat gadis itu," gumam Aaron.
"Memangnya siapa?" tanya Alex.
"Tunggu disini," pinta Aaron pada Alex, lalu menghampiri gadis yang duduk berjongkok dengan membenamkan wajah di antara kedua lututnya itu.
Aaron memperhatikan dengan seksama, dia mengenali gadis berpakaian lusuh itu, meski ia belum melihat wajahnya, namun ia tau betul bahwa gadis itulah yang ia serempet di lampu merah saat perjalanan ke rumah sakit ini.
"Kau kenapa?" tanya Aaron ragu-ragu, ia membawa gadis itu duduk di kursi terdekat.
"Aaron, ayo balik kantor!" sergah Alex, laki-laki itu memang tidak suka mengurusi hal-hal yang bukan urusannya.
"Sebentar, Alex. Tunggu dulu," jawab Aaron, lalu kembali mengarahkan pandangan pada gadis itu. "Kau ada masalah? aku minta maaf telah menabrakmu di jalan tadi, ada yang terluka?" tanya Aaron, gadis itu hanya menggeleng lemah.
"Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu," pamit Aaron, ia bangkit dari duduknya setelah memastikan gadis itu tidak terluka akibat ulahnya.
"Tunggu, kau bisa membantuku?" gadis itu mendongak, menatap Aaron dengan wajah berurai air mata. "Aku akan melakukan apapun bagi siapa saja yang bersedia membantu," lanjutnya.
"Apa?" jawab Aaron.
"Ibuku kritis, aku butuh banyak biaya. Seminggu yang lalu aku di pecat dari perusahaan tempatku bekerja." Gadis itu menghela nafas, menatap penuh harap. "Siang ini ibuku harus menjalani operasi pengangkatan tumor payudara. Jika tidak, maka ...."
"Berapa yang di butuhkan?" tanya Aaron tanpa basa-basi.
"Apa? tidak, Bro. Jangan membuang-buang uangmu untuk gadis jelata yang tidak di kenal, ayo pergi!" sentak Alex, ia menarik paksa lengan Aaron.
Aaron adalah laki-laki dingin, tapi dalam lubuk hatinya paling dalam, ia adalah laki-laki yang penuh dengan welas asih, ia tidak segan membantu orang-orang yang kekurangan, beberapa panti asuhan di kota ini sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai donatur tetap.
"Tunggu, Alex." Aaron menolak. "Berapa yang kau butuhkan?" tanya Aaron lagi pada gadis itu, ia menerima secarik kertas berisi biaya rumah sakit yang harus ia lunasi dan biaya persiapan operasi yang akan di lakukan.
"Baiklah, aku akan membantumu. Semua biaya rumah sakit akan ku tanggung. Anggap saja hutang, kau harus segera mencari pekerjaan untuk segera mencicilnya," jawab Aaron.
"Buang-buang duit," desis Alex, namun Aaron pura-pura tidak mendengarnya.
"Siapa namamu?" tanya Aaron, gadis itu mendongak dengan mata berbinar. "Aku Hayley, terimakasih sudah membantu, aku akan segera mencicilnya." Hayley tersenyum dan menghapus air mata yang mengering di pipinya.
Hayley segera membawa Aaron menuju ruang pembayaran, dengan mudah Aaron melakukan pelunasan semua biaya rumah sakit dan membayar biaya operasi yang akan di lakukan, Haylay sangat senang, berkali-kali ia berterimakasih.
"Ini kartu namaku, hubungi aku jika ada perlu." Aaron menyerahkan selembar kertas kecil, ia tidak menghiraukan Alex yang selalu protes dan komat-kamit di belakangnya.
🖤🖤🖤
Perjalanan dari rumah sakit sampai ke kantor, Alex terus saja berceloteh, ia tidak terima dengan Aaron yang begitu mudah menghamburkan uang untuk membantu orang tak di kenal.
"Maka dari itu, kau akan membantuku mencari tau tentang siapa gadis itu, asal usul, pekerjaan, pendidikan, dan hal-hal lain yang penting," pinta Aaron.
"Sudah ku duga! kau suka sekali menambah pekerjaanku," desah Alex. "Oh, ya, bagaimana dengan Kathrine, dia menolakmu?"
Tanpa Aaron menjawab, Alex sudah pasti tau jawabannya, ia merasa sangat marah sekaligus kecewa dengan penolakan Kathrine, namun tidak ada daya untuk berhenti mencintai kekasihnya itu.
"Kathrine menolakmu, dan kau harus segera menikah, gadis mana yang akan kau tumbalkan, Aaron?" Alex terkekeh, sama sekali tidak menunjukkan sikap prihatin pada sepupunya.
"Anak tunggal pak Johanes, papa menjodohkanku dengannya," jawab Aaron lemah, ia mengendurkan dasi di lehernya untuk memperlancar udara yang masuk ke paru-paru.
"Ellera, gadis cantik, seksi, dan ... menarik. Aku beberapa kali pernah merayunya," gumam Alex. "Namun selalu gagal, dia sudah punya kekasih, Aaron." Mata Alex menerawang jauh ke masa lalu saat beberapa kali menggoda Ellera agar mau bermalam bersamnya.
Alex adalah satu-satunya sepupu Aaron yang paling dekat, Aaron begitu menyayangi Alex meskipun laki-laki itu penuh dengan masalah wanita, bergonta-ganti pasangan adalah hobi yang di gemari Alex, mudah mendapatkan dan mudah mencampakkan.
Kekayaan dan ketampanan adalah hal mendasar kenapa Alex begitu di puja banyak wanita, bahkan kebanyakan dari mereka selalu menawarkan diri dengan gratis hanya untuk bermalam bersama si playboy mesum, Alex.
Aaron Conan Drax
Alexavier Bancroft
🖤🖤🖤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Hikmah Araffah
aron ganteng bgt😭🤩
2023-03-09
1
vivi
Chanyeol nyasar di sini 🤣🤣🤣🤣
2023-03-08
0
susi 2020
😲😲😲
2023-01-09
0