Beberapa jam bersama Hayley membuat Aaron lupa waktu, seharusnya siang ini dia akan bertemu dengan beberapa investor asing yang akan menanamkan saham mereka di perusahaan.
"Mati aku!" gumam Aaron, ia menepuk jidat dengan kasar dan berdiri tergesa-gesa.
"Ada apa? kau kenapa Mr. Ice?" tanya Hayley bingung, padahal mereka baru saja membicarakan tentang wedding organizer yang Aaron pesan, dan sekarang laki-laki itu tampak sibuk sendiri merapikan berkas di meja.
"Aku ada pertemuan penting siang ini, aku lupa," jawab Aaron. "Bisakah kau ikut denganku sebentar?" tanyanya pada Hayley.
"Kemana? pekerjaanku masih banyak, Mr. Ice. Aku nggak mungkin ninggalin semuanya." Hayley tampak bingung.
"Gampang, aku yang akan membereskan pekerjaanmu." jawab Aaron, ia melangkah keluar dari ruangan. "Ayo cepat!"
"Hah?" Hayley masih berdiri melongo. "Ayo, aku ada pekerjaan penting, karena Alex sedang libur, jadi kamu yang akan jadi sekretarisku," sergah Aaron.
Meskipun ragu-ragu, Hayley tetap mengikuti langkah Aaron menuju lift, Aaron terus sibuk dengan ponselnya saat di dalam lift, dia mencoba menghubungi seseorang.
"Mana bisa nelpon di lift, sinyalnya kan nggak ada," gumam Hayley yang masih terdengar oleh Aaron. Seketika Aaron sadar dan kembali memasukkan ponselnya dalam saku.
Keluar dari lift, Aaron tidak bisa lagi berjalan santai, ia bahkan sedikit berlari dan membuat beberapa pegawai yang melihatnya merasa penasaran, apalagi ada Hayley di belakangnya yang ikut berlari.
"Kayak adegan kejar-kejaran di film aja," ujar Hayley saat mereka sudah sampai di tempat parkir mobil.
"Ini pertemuan penting, kita nggak boleh terlambat," tutur Aaron.
Hayley hanya menurut, ia ikut masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam dengan body ramping, seumur hidup, baru kali ini Hayley bisa naik mobil sebagus ini.
"Mobilmu, keren banget, Mr. Ice. Apa ini mahal?" tanya Hayley dengan polosnya.
"Lumayan," jawab Aaron. "Kau juga bisa membelinya."
"Ah, yang bener? memangnya berapa harga mobil sport seperti ini?" tanya Hayley lagi, dia memperhatikan dengan seksama interior mobil yang sangat mewah.
"Kamu bisa beli mobil seperti ini kalau kerja jadi istri bayaran ku selama 20 tahun." Aaron menjawab sambil menyunggingkan senyum.
Mendengar jawaban Aaron yang tidak mungkin bisa ia lakukan, ia memilih diam. Dia lebih memilih menikmati alunan musik R&B yang di putar dengan lirih, daripada menghitung harga mobil yang tidak pernah ada dalam bayangannya.
(Lamborghini Aventador)
"Kita mau ke mana?" tanya Hayley.
"Kebetulan pertemuan kali ini dalam mode santai, jadi rapat di lakukan di resto milikku, di dekat mall Galaxy."
"Oh ...." Hayley hanya menganggukkan kepalanya.
"Kamu cukup diam dan ikuti perintah dariku, jangan bicara kalau tidak ada yang bertanya," pesan Aaron yang hanya di tanggapi anggukan singkat oleh Hayley.
"Dengar, semua investor yang aku temui hari ini sangat berpengaruh di perusahaan, jadi aku harap kamu juga mendo'akanku agar pertemuan hari ini berjalan lancar," lanjut Aaron.
"Baik, baik. Aku akan diam jika tidak ada yang bertanya, dan aku akan mendo'akan kelancaran pertemuan hari ini. Jadi, tugasku menemanimu datang itu sebenarnya apa?" tanya Hayley kesal.
Aaron tidak menanggapi pertanyaan Hayley, ia sendiri tidak punya alasan kenapa harus membawa Hayley di pertemuan penting ini, biasanya ada Alex yang setia menemani, namun kesibukannya bersama Davina membuat laki-laki silver itu membatalkan ikut dalam acara siang ini.
Sesampainya di depan resto, Aaron langsung turun, dia membawa tas hitam berisi berkas-berkas penting dan laptop, sedangkan Hayley berjalan mengekori di belakangnya.
"Selamat siang, semuanya. Apa saya terlambat?" sapa Aaron ramah pada semua orang yang sudah duduk di kursinya masing-masing.
Meja panjang dengan 8 kursi sangat pas untuk 8 orang, Aaron dan Hayley, beserta 6 orang lain sebagai investor.
"Kami sendiri baru sampai, Mr. Aaron. Apa kabar?" tanya salah seorang laki-laki paruh baya, dia adalah Hendro Wijaya, pendiri sekaligus pemilik perusahaan yang bergelut di bidang pertambangan.
"Baik, sangat baik. Terimakasih sudah hadir," ujar Aaron.
"Ah, di mana tuan Alex, apa dia tidak datang?" tanya seorang wanita berusia empat puluhan, ia memakai blus coklat dengan dandanan menor.
"Tidak, kebetulan Alex sedang sibuk, dia hanya menitipkan salam pada kalian," tutur Aaron. "Baiklah, bisa kita mulai meeting siang ini?"
"Tentu saja. Oh ya, siapa dia, Mr. Aaron, sepertinya beberapa kali berkunjung ke perusahaan mu aku tidak pernah melihatnya," Hendro Wijaya kembali bersuara, ia adalah laki-laki yang tidak mengenal umur, selalu saja menggandeng wanita-wanita muda sebagai pasangannya di atas ranjang, karena istrinya sudah meninggal beberapa tahun silam.
"Oh, perkenalkan, dia Hayley Marshall. Pegawai baru sekaligus asisten pendamping Alex. Hari ini dia menemaniku karena Alex sibuk," jawan Aaron tenang.
"Hallo, Nona Hayley. Senang bisa berjumpa denganmu," sapa salah seorang investor muda berbakat, Marcellus Gerrald, kulit putih dengan hidung mancung khas negara Pakistan membuat laki-laki itu tampak terlihat berbeda dengan orang-orang di sekitarnya.
"Senang juga bisa berkenalan langsung dengan kalian semua," ujar Hayley sopan, ia membubuhkan senyum termanis pada semua orang yang ada di sini.
"Ah, cantik sekali," puji Hendro sambil meraih tangan Hayley dan mencium punggung tangannya. Sontak, Hayley kaget dan menepis tangan laki-laki tua itu kasar. Aaron pun tidak kalah terkejut, ia menahan geram dalam dada, namun tetap mampu menguasai diri untuk tidak memaki kelancangan rekan kerjanya.
"Maaf, tuan Hendro Wijaya. Hayley tidak suka di perlakukan seperti itu," tegas Aaron, ia tetap berusaha berkata selembut mungkin agar tidak menyinggung.
"Tentu saja, maafkan atas kelancangan saya."
Suasana tegang kembali mencair, tawar menawar saham dan investasi sudah di mulai, semuanya berjalan dengan baik berkat Hayley yang sangat ahli dalam menjawab sanggahan beberapa investor yang mulai ragu.
Pertemuan dua jam di akhiri dengan keputusan yang sangat memuaskan, membuat Aaron sangat bersemangat dan bangga atas bantuan Hayley.
"Kerja bagus, Hayley," puji Aaron. "Sudah ku duga, kau dan Alex sangat cocok menjadi tim, kalian pintar bernegosiasi."
"No, please! kamu lihat sendiri kan, bagaimana laki-laki berambut putih itu mengejekku, aku bisa kena serangan jantung kalau dekat-dekat dengannya," ujar Hayley dengan wajah melas, ia membayangkan bagaimana nasibnya jika ia dan Alex bertemu setiap hari.
"Lagipula, setelah kita menikah, kamu pasti akan bertemu dengannya setiap hari, dia tinggal bersamaku," ujar Aaron.
"Ya Tuhan, kau harus menaikkan gajiku, Mr. Ice. Kau harus memberiku asuransi kesehatan jiwa jika perlu, laki-laki itu akan sangat mengganggu kewarasanku," seloroh Hayley.
"Oke, sesuai permintaanmu, Hayley," sanggup Aaron. "Aku juga bisa menyediakan pelayanan psikiater bahkan dokter kejiwaan untukmu," imbuhnya.
"Hay! aku hanya bercanda, Mr. Ice." Hayley berdiri dan merapikan kemejanya.
Usai perdebatan tidak penting mereka, Aaron membawa Hayley kembali ke kantornya untuk mengambil barang-barangnya dan mengantar Hayley pulang.
🖤🖤🖤
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Dedew
buahahhha dikira hayley orgil kali ahh🤣🤣🤣
2022-10-13
0
Ndhe Nii
keren ...ada humor nya .. mantull thorr
🤣🤣
2022-05-25
0
Ririe Handay
lucu nih bedua...makin seru ada Alex😅
2022-03-11
0