Menghabiskan Waktu

Aku belum keluar, kok. Lagian gak berani, tadi 'nanya' cuma gabut aja.

Cakra mendesah lega.

Sambil menyetir, ia menghubungi Hanum karena benar-benar khawatir dengan istrinya itu, dan untungnya Hanum langsung mengangkatnya.

"Emangnya kamu mau kemana? Tunggu aku, ya. Sebentar lagi aku nyampe kok." ujar Cakra.

Enggak tau- ringis Hanum di sebrang sana. Ia memang tidak tahu, karena tidak punya tujuan.

"Ya udah kamu tunggu aku. Nanti kita jalan-jalan keluar, ya." kata Cakra yang diiyakan Hanum.

Panggilan tidak Cakra matikan hingga ia sampai di basemen. Barulah setelah itu Cakra mengakhiri panggilannya dan segera naik melalui lift.

Sesampainya di lantai 15- yang dimana unit apartemennya berada di lantai tersebut, Cakra langsung men-tap sandi menggunakan kartu acces, lalu membuka pintunya.

Cakra mendesah lega.

Entahlah, perasaannya langsung terasa plong saja saat melihat keberadaan Hanum, apalagi senyuman kecil gadis itu yang terpatri untuknya?

Cakra segera menghampiri istrinya itu yang sedang duduk di sofa, lalu mencium kening Hanum, membuat Hanum terkejut.

Sudah Hanum bilang kan, bahwa ia belum terbiasa dengan perlakuan manis Cakra? Ia tidak menyangka Cakra akan menjadi sosok suami yang semanis ini. Padahal, masa kenal mereka saja bisa dibilang belum lama. Tapi Cakra tak ada jaim-jaim nya.

Cakra mengulurkan tangan kanannya membuat Hanum menatap bertanya. Otak Hanum nge-blank.

"Gak mau Salim?" Cakra gemas melihat ekspresi polos istrinya, lantas membuat tangannya reflek menarik pelan ujung hidung Hanum.

Hanum mengerjap, pipinya bersemu. Kenapa Cakra sangat manis, pikirnya.

Tersadar, Hanum segera meraih tangan Cakra lalu mencium punggung dan telapak tangan suaminya bergantian.

Deg!

Detakan jantung Cakra perlahan menjadi cepat. Padahal yang Hanum lakukan hanya hal sepele, tapi itu membuat hatinya jumpalitan.

Perlahan senyum Cakra merekah, "istri pintar." pujinya mengelus gemas kepala Hanum, membuat Hanum mengulum senyum.

"Jadi, kamu mau kemana?" tanya Cakra yang sudah duduk di samping Hanum.

Melipat bibir, Hanum menggeleng. "Gak tau, aku gak hafal tempat-tempat disini."

"Oke, supaya kamu hafal, nanti kita kunjungi ya tempat-tempat wisata di sini satu persatu." ucap Cakra yang di angguki cepat oleh Hanum. "Tapi gak langsung semuanya ya. Hari ini cukup dua atau tiga tempat aja yang bakalan kita kunjungi. Kamu gak boleh kecapean." kata Cakra.

Jujur, Hanum sangat bahagia diperhatikan seperti ini, tapi, ia juga merasa malu karena belum terbiasa. "Aku ikut apa kata kamu aja." balas Hanum.

"Sip, aku suka istri penurut gini." kekeh Cakra mengelus gemas kepala Hanum yang tertutup kerudung.

Pipi Hanum pun semakin memerah dibuatnya hingga sampai ke telinga.

"Kalo gitu aku mandi dulu, ya. Kamu udah mandi kan?"

"Udah,"

"Oke, tunggu bentar ya. Jangan kemana-mana." sekali lagi Cakra mencium pucuk kepala Hanum, lalu melenggang pergi meninggalkan Hanum yang salah tingkah abis.

"Cakra, turunin aja deh, kamu pasti capek." pinta Hanum. Hanum tidak ekspek, Cakra akan menggendongnya selama mereka keluar, tentu saja kruk milik Hanum ditinggalkan begitu saja di apartement. Sehingga sekarang Hanum hanya bergantung pada Cakra.

Cakra menggeleng, "enggak kok, badan kamu malahan ringan banget. Kamu kurang makan ya?"

Plak!

Hanum menggeplak bahu suaminya, sebal. "Badan aku emang segini, gak kurus gak gendut."

Cakra terkekeh, "becanda kok, yang."

Eh?

"Apa?" tanya Hanum takut-takut salah dengar.

"Apa?" tanya Cakra balik.

"Barusan kamu bilang apa?"

"Yang mana?" tanya Cakra pura-pura tidak tahu, padahal mulutnya berusaha ia tahan untuk tidak tertawa.

"Iiiih yang barusan! Yang akhir!" gemas Hanum memukul-mukul pundak suaminya.

"Apa? Emangnya aku bilang apa barusan? Coba kamu contohin."

"Itu, barusan kamu bilang 'becanda kok, yang' gitu."

"Ooohh itu, gapapa kok sayang." balas Cakra, lantas membuatnya terbahak saat Hanum memukul-mukul pundaknya lebih gemas.

Hanum malu, seluruh wajahnya memerah, hatinya tidak aman, dan jantungnya terasa begitu berdetak cepat bagaikan habis berlari berkilo-kilo meter.

Keduanya terlihat begitu bahagia, sampai-sampai menarik perhatian orang-orang yang ada di sekitar mereka.

Pasangan yang unik, pikir orang-orang itu. Rasa bahagia pun turun menjalar ke hati mereka, membuat mereka merasa haru. Karena di jaman sekarang ini, sangat jarang sekali seseorang yang mau menerima kekurangan pasangannya, apalagi kekurangan dalam bentuk fisik.

Semoga keduanya bahagia selalu, doa tulus itu tersuara kan di hati mereka.

Tempat pertama yang mereka kunjungi adalah Mall di pusat kota.

Mata Hanum menjelajah, melihat satu persatu setiap store yang mereka lewati. Di mulai dari store pakaian branded, tas branded, sepatu branded. Pokoknya hanya sekumpulan barang-barang branded.

Hanum dulu pernah, bahkan sering main ke Mall, kadang bersama sahabatnya ataupun bersama kedua orang tua dan adiknya. Tapi hanya ke store-store biasa, atau store yang banyak di kunjungi oleh kalangan menengah ke bawah.

Tapi sekarang, Hanum rasanya seperti sedang bermimpi bisa melewati tempat yang sering di datangi oleh kalangan atas itu.

Bahkan Hanum rasanya seperti akan masuk ke dunia mimpi saat salah satu store itu seperti mendekat ke arahnya.

Eh?

Hanum tersadar. Bukan store itu yang mendekat, tapi ia yang mendekati tempat itu.

Hanum mengerjap, "kita mau ngapain kesini!?" tanya Hanum panik saat Cakra akan membawanya masuk.

Cakra menoleh walaupun hasilnya ia tidak bisa melihat keseluruhan wajah Hanum. "Kenapa?" tanyanya ringan.

"Kamu mau ngapain bawa aku kesini? Puter balik!" pintanya dengan ekspresi khawatir, lebih tepatnya malu karena salah satu karyawan store pakaian branded tersebut bersiap akan menyambut mereka.

"Kenapa puter balik? Kita kan mau belanja. Kamu harus beli pakaian baru."

"Pakaian aku masih bagus-bagus kok. Lagian pakaian di dalam pasti mahal-mahal. Balik aja yuk. Atau nyari di toko lain aja yang lebih murah-murah." Hanum masih kekeh ingin putar balik.

"Kamu kenapa sih? Takut aku gak mampu beli? Tenang aja, uang aku banyak kok. Kalo mau, aku juga bisa beli store ini sama isi-isinya." katanya terdengar sombong.

"Tapi-"

"Selamat datang di store kami, mas, mbak, silahkan masuk." sambutan karyawan itu memotong ucapan Hanum.

Dilihat-lihat sepertinya karyawan berjenis kelamin perempuan itu terpesona oleh ketampanan Cakra? Senyumannya kelewat ramah terhadap Cakra, sedangkan pada Hanum sedikit terlihat sinis.

Hanum tidak suka. Seraya memicing, ia mengeratkan pelukannya pada pundak Cakra. "Sayang, ke toko lain aja, yuk. Aku gak suka karyawan ini, kegenitan." jujurnya yang terlewat polos di pendengaran Cakra.

Cakra awalnya terkejut mendengar bisikan Hanum yang terdengar menggelikan di telinganya. Namun, tak ayal Cakra terkekeh. Kemudian Cakra melirik karyawan itu yang ternyata memang benar, terlihat kegenitan.

Tak pikir panjang, Cakra pun manut saja, lalu putar balik meninggalkan karyawan itu yang terlihat mencak-mencak dengan raut wajah kesal.

Rasain!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!