Kebohongan Pertama

"Hai, kenalin, aku Deviana, panggil aja Devi." ujar pacar Demian, tersenyum ramah seraya mengulurkan tangannya pada Hanum.

Ragu-ragu, Hanum membalas uluran tangan itu. "Aku Hanum." cicit Hanum. Merasa grogi berhadapan dengan kekasih Demian yang ternyata sangat cantik dan tinggi layaknya model.

Sepertinya perempuan ini baik, pikir Hanum. Semoga saja.

"Nama kamu cantik, sesuai sama wajah kamu. Pantes aja Cakra kepincut." kekeh Deviana seraya melirik Cakra yang hanya menunjukkan ekspresi datar- setelah menarik tangannya, yang hanya dibalas ringisan oleh Hanum.

"Mulai sekarang kita temenan, ya? Mau kan?" tanya Deviana semangat yang lebih terdengar mengajak.

Tentu saja Hanum mau, ia senang, akhirnya ia memiliki seseorang yang mau menerima keadaannya selain Cakra dan Demian di kota ini. "I-iya, mau," gagap Hanum, antara senang dan masih tak percaya perempuan modis di hadapannya ini mau mengajaknya berteman.

"Oke, kita temen, sekarang ya," ujar Deviana turut senang.

"Sip, karena kalian udah kenalan. Sekarang waktunya kita makan-makan!" ucap Demian kemudian yang tengah memangku Xavier. " Tapi di restoran mana ya?" tanyanya kemudian.

"Enaknya sih kita makan-makan di sini aja, kayak piknik gitu. Tapi kita gak ada persiapan," balas Deviana.

"Gimana kalo delivery aja?" usul Demian.

Deviana berpikir, "Mmmm... boleh juga tuh! Siniin HP kamu, biar aku aja yang pesen." Demian pun mengulurkan handphonenya tanpa pikir panjang. Sudah terbiasa HP nya di otak-atik perempuan ini.

"Kalo gitu, gue nyari makanan ringan dulu ya, ke supermarket depan. Kasian istri gue belum makan apa-apa selain es krim." sela Cakra yang akhirnya bersuara, membuat Hanum segera meliriknya tanpa berkata.

"Ya udah Sono, lagian dari tadi lu diem aja kek patung pahlawan. Hus hus!" usir Demian kejam.

Cakra memutar bola matanya, kesal. "Jagain istri gue. Awas ya! Kalo sampe istri gue kenapa-napa!"

"Dih protektif ceritanya?" celetuk Demian.

Cakra tak menggubris, ia lantas memberi senyum pada Hanum seraya mengusap kepalanya beberapa kali. "Aku tinggal dulu ya, gak akan lama kok."

Hanum mengangguk ragu. Sejujurnya ia tidak ingin ditinggal Cakra, ia masih kagok pada Deviana, ingin bicara santai dengan Demian pun tidak enak rasanya karena ada kekasihnya saat ini.

Tapi, Cakra kan hanya ingin ke minimarket.

Cakra pun berlalu pergi. Meninggalkan Hanum, Demian, Deviana serta Xavier yang sedang gelendotan memencet-mencet hidung mancung Demian, membuat Demian terkekeh.

Mereka pun akhirnya memilih pindah ke sudut taman lain yang tersedia tempat duduk melingkar yang terbuang dari adukan pasir- menyerupai batang pohong.

"Ngomong-ngomong, lu ngerasa nyaman gak selama di sini? " tanya Demian membuka suara.

"Nyaman kok," jawab Hanum.

"Kalo misal ada yang gak lu suka, ngomong aja sama Cakra, atau kalo enggak sama gue," ujar Demian membuat Hanum segera melirik Deviana.

Deviana yang menyadari tatapan Hanum padanya, tersenyum tenang. "Gapapa kok, kamu santai aja. Aku bukan perempuan cemburuan kok, apalagi kamu kan temennya Demian. Kalo misal kamu mau curhat sama dia, ya silahkan aja." katanya seraya mengusap punggung tangan Hanum, merilekskan.

"Tuh kan. Calon istri gue emang yang paling pengertian." puji Demian membuat Deviana tersipu.

"Oh iya, mana nomor HP lu? Biar gue save,"

"Aku gak bawa HP." ringis Hanum.

"Tapi hafal kan nomornya?"

Hanum mengangguk, lantas menyebutkan satu persatu nomor HP nya.

"Oke, nanti gue telepon. Jangan lupa save."

Kemudian Deviana pun ikut menyimpan nomor Hanum, siapa tahu mereka juga bisa jadi temen curhat.

Disisi lain, Cakra tengah memilah-milah makanan ringan di rak yang terjejer. Beberapa Snack terlihat sudah masuk ke keranjang nya.

Hingga kemudian, ia merasa seperti ada seseorang yang tengah memperhatikannya.

Saat menoleh ke sisi kanan, Cakra tertegun ketika pandangannya bertubrukan dengan mata seseorang yang sangat dia kenali di masa lalu.

"Ara?" bisik nya merasa tidak percaya.

Perempuan yang ia panggil Ara itu tersenyum padanya dengan mata berkaca-kaca, lantas berlari dan menubrukkan tubuhnya pada dada tegap Cakra. Sehingga keranjang yang Cakra pegang pun terjatuh dan isinya berserakan.

"Caka? Akhirnya kita ketemu lagi. Ara kangen," ucap perempuan itu seraya mendongak menatap wajah yang sangat dia rindukan, lalu memeluk Cakra semakin erat.

Cakra masih dalam keterkejutannya, tubuhnya tiba-tiba saja terasa kaku. Ia tidak siap. Hingga beberapa saat kemudian, Cakra pun tersadar lalu langsung mendorong perempuan itu, yang hampir saja membuat perempuan itu terjatuh.

"Caka?" lirih perempuan itu merasa tidak percaya Cakra sekasar itu mendorongnya.

Tapi Cakra tidak peduli. Ia segera meraih keranjangnya lalu memasukkan kembali snack-snack itu. Tanpa kata, Cakra langsung berlalu ke kasir meninggalkan perempuan itu yang masih diam terkejut.

Selesai membayar, Cakra segera keluar dari minimarket untuk menuju ke mobilnya.

"Caka! Tunggu!" tangan Cakra tergantung saat akan membuka handle mobil, ketika suara itu kembali terdengar.

"Caka, tunggu! Kita harus bicara," pinta Clara seraya meraih pergelangan tangan Cakra, namun, segera ditepis oleh pria itu.

"Gak ada yang perlu kita bicarain lagi. Tentang kita, semuanya udah selesai!" tegas Cakra tanpa mau menatap perempuan di belakangnya.

"Engga, Caka! Hubungan kita belum berakhir! Kita gak pernah putus!" ucap Clara setengah berteriak. "Please, kita harus bicara dulu, Caka," pintanya memohon.

Namun, Cakra masih tidak peduli. Cakra segera membuka pintu lalu masuk ke dalam mobilnya tanpa mempedulikan permohonan Clara yang terus saja minta waktu untuk bicara seraya memukul-mukul kaca.

Cakra memundurkan mobilnya, lalu melajukan mobilnya melesat ke jalan raya. Meninggalkan Clara yang memandang kepergiannya- hampa.

Di dalam mobilnya, ekspresi Cakra masih kaku. Jujur ia terkejut. Kenapa ia harus bertemu lagi dengan seseorang yang beberapa tahun lalu memilih pergi meninggalkannya karena ingin mengejar pendidikan. Yang membuat Cakra marah dan tidak terima, karena perempuan itu pergi dengan pria yang sangat Cakra benci di hidupnya.

"Stop Cakra, jangan pikirin dia lagi, yang harus lu peduli-in sekarang hanyalah Hanum. Ya, hanya Hanum." gumam Cakra memperingati dirinya sendiri.

"Lama banget, dah, tuh bocah. Timbang pergi ke minimarket depan aja kek pergi ke Ancol ngabisin waktunya." celetuk Demian yang sudah merasa kebosanan.

"Sabar, sabar," ucap Deviana.

Demian kemudian meringis, "iya, yang,"

Hanum sendiri sudah merasakan khawatir. Sudah hampir setengah jam, tapi suaminya itu belum juga kembali. Di telepon juga tidak di angkat.

Hingga tak lama kemudian, pria itu pun muncul seraya menjinjing kantong belanjaan berlogo emoticon senyum.

"Buset. Pergi lama-lama belanjanya cuman segitu doang?" celetuk Demian saat melihat ukuran kantong belanjaan itu yang hanya sedang.

Cakra menggaruk tengkuknya, "gue lupa bawa dompet, untung aja ada duit seratus ribu di saku celana gue." tentu saja bohong. Tidak mungkin juga kan ia mengatakan yang sebenarnya?

Untung saja dompetnya tak sengaja ia tinggalkan di dasbor mobil. Jadinya ia ada alasan logis untuk berbohong.

"Ck, pake qris bisa kan? Masa anak orang kaya gak bisa?" siapa lagi kalau bukan Demian yang nyeletuk.

"Hp gue ketinggalan di apart."

Pantes aja di telpon gak di angkat-angkat, pikir mereka.

"Udah-udah, segitu aja cukup kok. Lagian kan ini piknik dadakan." Deviana menengahi, yang di angguki oleh mereka.

Tatapan Cakra bertemu dengan Hanum, lantas ia segera duduk di samping istrinya itu dan merangkul bahunya membuat Hanum salah tingkah karena belum terbiasa. "Maaf, nunggu lama," bisik nya yang dibalas lirikan serta anggukan oleh Hanum.

Entahlah, Hanum hanya merasa sepertinya yang di katakan Cakra bukanlah yang sebenarnya. Seperti ada yang ditutup-tutupi oleh suaminya ini.

Mereka pun akhirnya makan-makan, diselingi dengan obrolan dan candaan yang membuat acara dadakan mereka menjadi seru. Di tambah lagi karena adanya bocah kecil yang semakin membuat acara ini makin menyenangkan.

Pengen punya bocil, batin Cakra.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!