"Makasih ya.. Udah nganterin aku.." Kirana duduk di atas sofa setelah beberapa saat wanita itu masuk. Aaron ikut masuk ke rumah peninggalan sang nenek yang masih terjaga itu.
Setiap satu minggu sekali ada seorang yang sengaja di pekerjakan oleh orang orang tua Aaron untuk membersihkan rumah tersebut.
"Lebih baik kau istirahat saja dulu.. Kasihan ponakanku.." Aaron mengusap perut Kirana yang masih rata. Wanita itu tersenyum begitu mendapatkan perhatian dari sodaranya.
Kirana datang ke kota itu dengan menaiki mobil. Selama perjalanan, Aaron istirahat empat kali mengingat Kirana yang tengah hamil muda, Ia sebagai sodara harus ekstra hati-hati.
Namun masih beruntung, Kandungan Kirana baik-baik saja. Wanita itu juga tidak merasa mual atau muntah. Aaron sangat bersyukur untuk itu.
"Baiklah, Aku akan tidur dulu.. Nanti tolong bangunkan aku ya..
"Hm, Aku sudah buat janji dengannya sekitar jam dua siang.. Kau pasti sangat cukup untuk istirahat. Sekarang tidurlah.." Kirana mengangguk. Sekarang ia sudah berada di rumah ini. Wanita itu berjalan ke arah kamarnya dimana dulu ia selalu menginap.
Kirana menutup pintu lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat itu. Sebuah tempat tidur yang terbilang kuno. Karena rumah yang ia tempati memang termasuk bangunan kuno. Walaupun dengan begitu, Disana cukup asri dan nyaman. Sejuk tidak seperti di ibu kota.
Halaman di sekitar pun sangat luas. Kirana selalu betah berada di sana. Dan sekarang ia akan tinggal di rumah ini. Entah berapa lama ia akan tinggal, Kirana belum tahu. Yang penting sekarang Kirana akan menenangkan diri dulu menjaga mentalnya agar selalu baik-baik saja.
"Papa, Mama, Daddy, Umma. Maafkan Kirana ya, Kalau udah jadi istri yang durhaka. Tapi Kirana gak bisa tinggal serumah dengan pria yang belum selesai dengan masa lalunya..".Kirana mendesah panjang. "Kirana juga belum siap memberitahukan tentang masalah ini. Tapi Kirana janji akan datang ke kalian nanti.." Kirana menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya melayang kepada sang suami yang saat ini berada di luar kota.
Entah di kota mana, Karena Kirana tidak tahu kemana pria itu bertugas bersama ayah mertuanya. Apakah sekarang Rasya sedang memikirkan nya? Atau hanya Ameena yang ada dalam otak pria itu? Atau jangan-jangan Nadia?
Ingatannya kembali melayang. Dimana Rasya justru lebih percaya kepada Ameena dan ibunya. Tak tanggung-tanggung, Rasya juga membandingkannya dengan Nadia di hadapan ibu dan anak yang licik itu.
Kirana tidak sakit hati meskipun Rasya belum bisa melupakan Nadia, Wanita yang pria itu cintai. Tapi tolonglah hargai Kirana sebagai seorang istri. Dia juga butuh perhatian, Dia seorang istri yang ingin di anggap.
Bukankah cinta bisa tumbuh dengan seiring berjalannya waktu? Kirana yakin hubungan rumah tangga mereka akan berjalan harmonis jika Rasya bisa berdamai dengan masa lalunya.
Jika di kata belum bisa move on, Kirana juga awalnya sama. Tapi ia bisa berdamai dengan keadaan kalau jodoh sudah di atur oleh Tuhan. Mau seberapa lama kita bersama kalau Tuhan tidak berkehendak, Apa mau di kata?
Namun semua itu tak berlaku bagi Rasya. Pria itu yang lebih mengerti agama tapi dia seolah seperti pria bo-doh yang tidak mengerti apapun.
****
"Hoeekk!! Hoeeekkk...
Pagi hari yang sungguh menyiksa bagi Rasya saat ini. Ia baru saja terbangun dari tidurnya, Dan entah tiba-tiba ia merasakan mual yang luar biasa hingga berakhir muntah.
Pria itu lemas, Padahal semalam dia merasa baik-baik saja.
"Huuufftt... Apa aku salah makan? Tapi perasaan semalam aku belum makan apapun.. " Monolog Rasya. Ia langsung membersihkan diri detik itu juga karena setelah ini dia ada meeting yang penting.
Rasya sudah siap dengan pakaian setelan jasnya. Pria itu terlihat begitu gagah dan tampan. Siapapun pasti akan terpesona.
Sebelum melakukan meeting, Rasya sarapan lebih dulu bersama sang Daddy. Tidak seperti biasanya, Rasya kali ini merasa tidak selera dengan menu enak di hadapannya.
Jangankan memakan, Melihat saja ia sudah mual. Rasya menghela nafas panjang, Pria itu hanya minum jus jeruk yang sempat ia pesan tadi. Sarapan yang awalnya ingin ia makan kini sekarang Rasya kembali memesan menu roti bakar saja.
.
.
.
Sesuai dengan janjinya, Aaron dan Kirana sudah membuat janji dengan seseorang. Tekad Kirana sudah bulat, Ia akan bekerja. Entah akan di jadikan apa dan di bagian mana? Ia masih belum tahu. Yang pasti Kirana akan belajar mencari uang sendiri agar tidak di anggap manja dan suka foya-foya.
"Yuk, Sekarang kita sudah sampai.." Aaron turun dari kendaraan roda empatnya lalu di susul oleh Kirana di belakangnya.
"Nah itu dia orangnya.." Aaron menunjuk ke arah seorang wanita yang duduk di tempat paling pojok. Tampaknya wanita tersebut memang sedang menunggu sembari memainkan ponselnya.
Kirana terdiam, Ia seperti pernah melihat wanita cantik itu tapi dia lupa..
"Ayo.." Aaron menarik pergelangan tangan Kirana lalu membawanya ke hadapan wanita itu.
"Ekheeem!" Wanita yang itu medongak, Ia tersenyum dan langsung menyambut kedatangan orang yang telah membuat janji dengannya itu.
"Oh hay.. Kak Aaron.." Wanita itu berdiri mengulurkan tangannya.
"Maaf, Kami datang terlambat..
"Ohya, Tidak apa-apa.. Aku juga baru saja sampai.." Ucap wanita itu tersenyum manis.
"Ohya, Kenalkan.. Dia adik sepupuku yang aku ceritakan kemarin malam.." Wanita itu mengalihkan perhatiannya terhadap Kirana yang sejak tadi bergelayut dengan pikirannya.
"Tunggu? kamu..Kirana, Ya??" Kirana mulai bereaksi ketika wanita ini mengenalnya.
"Kamu?
"Aku Vera.. Kamu masih ingat aku kan?" Kirana mengerjabkan matanya pelan hingga..
"Aaaa...Kamu Vera? Vera Melinda? " Vera menggangguk dengan senyum bahagianya. Mereka berpelukan.
"Aku gak nyangka aja bisa ketemu sama kamu disini.." Ungkap Vera dengan rasa bahagia yang membuncah. Aaron masih bingung..
"Kalian udah saling kenal?" Tanya pria itu..
"Mending kita duduk dulu. Pesen makan dan minuman dulu. Semua biar aku yang bayar.." Mereka bertiga akhirnya duduk lalu memesan makanan dan kembali berbincang.
"Jadi adik sepupu yang kak Aaron mau kenalin ke aku itu Kirana??
"Iya.. Aku kira kalian belum saling kenal. Eh taunya.." Aaron hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Jadi kak, Dulu Kirana sama aku ini teman deket. Kita kenal pas kuliah.. Dulu aku kuliah di ibu kota. Saat itu perusahaan ayahku lagi berada di ambang kebangkrutan. Aku gak punya uang buat bayar biaya kuliah.. Tapi Alhamdulillah ada Kirana yang bantuin aku.. "Jelas Vera mengingat kebaikan Kirana dulu. Mereka terus berbincang sampai pesanan datang..
Keduanya makan bersama hingga Aaron beralih ke topik pembicaraan tentang Kirana yang ingin bekerja..
"Kamu yakin? Mau kerja sama aku?
"Iya.. Terserah deh Ver, Kamu mau jadiin aku apa yang penting aku butuh kerjaan saat ini..
"Tapi kenapa Kirana? Bukannya papa kamu punya perusahaan gede.." Tanya Vera Heran. Ya, Heran saja. Kirana adalah anak tunggal dari seorang pengusaha besar di luar negeri karena memang sengaja pindah. Tapi kenapa anaknya justru cari kerja? Kan aneh..
"Ceritanya panjang.. Yang penting sekarang aku butuh kerjaan. Aku memang belum punya pengalaman kerja.. Tapi aku janji kalau aku akan kasih yang terbaik.." Vera mengangguk, Ia melirik Aaron sebentar..
"Kebetulan aku butuh asisten. Kamu mau jadi asisten aku?
"Hah!? Kamu serius??
.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Teh Euis Tea
mungkin rasya kena sindrom kehamilan, kiran yg hamil rasya yg ngidam, biar tau rasa dia gimana tersiksanya ngidam udah gitu pake ragu lg kiran hamil sm siapa
2025-04-15
2
Erlangga❤
Kirana tuh mau kerja biar gak di katain wanita manja dan suka foya2 trauma dia sama pria yg bndingi2n
2025-04-15
1
Evi Alvian
Syukurlah Kirana kerja dengan orang yg saling mengenal bahkan teman baik pula.
2025-04-15
1