Melihat sang suami telah berangkat ke kantor. Entah dorongan dari mana, Kirana mengikuti pria itu pergi. Mantan dari Nalendra tersebut mengikuti mobil Rasya dari jarak yang agak jauh agar tidak menimbulkan kecurigaan.
"Loh? Ini kan bukan jalan ke kantor? Emangnya dia mau kemana?".Gumam Kirana, Mobil yang di kendarai oleh Rasya masuk ke daerah kompleks perumahan.
Masih ingin lebih tahu lagi kemana Rasya pergi. Kirana terus mengikuti mobil sang suami dengan sepelan mungkin. Dia mencari aman saja saat ini.
Kendaraan roda empat yang di kendarai oleh Rasya masuk ke dalam gerbang rumah minimalis lantai dua. Kirana menghentikan laju kendaraannya dengan posisi yang agak jauh. Wanita itu turun dan mulai ikut masuk secara diam-diam.
Kirana berharap kali ini ia tidak ketahuan. Entah ini rumah siapa, Kirana juga tidak tahu. Yang pasti dalam benaknya bertanya-tanya untuk apa Rasya datang ke rumah ini.
Tapi tunggu? Kirana ingat sekarang. Apa jangan-jangan rumah ini adalah rumah Ameena? Kalau iya? Untuk apa coba?
"Jadi kamu masih sempat mampir kesini? Buat apa?" Batin Kirana mendadak nyeri. Kirana mengusap perutnya. Sekarang ia sedang hamil, Hamil anak pria itu. Tapi tak sedikit pun Rasya peduli. Atau mungkin pria itu masih itu berasumsi bahwa anak yang ia kandung ini adalah anak pria lain.
Begitu Rasya masuk ke dalam, Kirana berdiri di balik pintu. Ia menggigit kukunya semoga tidak ada orang yang tahu akan keberadaannya sekarang.
"Kak Rasya.." Suara itu? Kirana sangat mengenalnya. Itu adalah suara Ameena. Jadi benar Rasya datang kemari untuk menemui wanita itu.
Kirana masih diam saja, Ia penasaran apalagi yang akan mereka bicarakan.
Bagaimana keadaan mu..
"Baik kak.."
"Aku akan keluar kota selama beberapa hari..Jadi jaga dirimu baik-baik. Kalau begitu aku pergi dulu..
"Tunggu kak..
"Ada apa? "
"Tentang permintaan ku yang semalam kak?.Bagaimana? Apa kakak menyetujuinya? Aku gapapa kok jadi istri kedua, Asal aku bisa selalu bersama kakak..
"Akan aku pikirkan..
Deg!!
Jantung Kirana berdetak lebih cepat mendengar jawaban dari pria yang berstatus suaminya itu. Tak ingin ketahuan menjadi penguntit, Kirana segera pergi dari tempat itu. Wanita itu sedikit berlari takut Rasya mengetahui.
Bruk!
"Aaawwss..." Saking terburu-buru nya. Kaki kirana sampai keseleo. Wanita itu terjatuh ringan hingga dengan cepat ia bangkit kembali.
Kirana mampu bernafas lega ketika ia berhasil masuk ke dalam mobilnya. Dari jarak yang cukup jauh, Kirana dapat melihat mobil Rasya yang sudah pergi.
Wanita itu bersandar. Tiba-tiba saja air matanya menetes. Kenapa dia jadi menangis? Apakah dirinya mulai mencintai pria itu?
"Aku kenapa? Kami menikah tidak berdasarkan cinta. Tapi kenapa hatiku sakit mendengar jawaban itu.."
"Akan aku pikirkan..
Jawaban semacam itu bukanlah sebuah penolakan. Jawaban tersebut adalah jawaban dimana Rasya tidak mau ambil keputusan tersebut dengan terburu-buru. Jawaban itu adalah Jawaban dimana Rasya akan berpikir lagi secara matang. Dan tak menuntut kemungkinan bahwa Rasya tidak akan menolak permintaan Ameena. Bisa saja nanti Jawaban 'Iya' Lah yang akan menjadi Jawaban pria itu.
"Aku tidak tahu, Ini cinta atau bukan. Yang pasti aku tidak mau di poligami.." Wanita mana yang mau di poligami. Siapapun tak akan ada yang mau.
"Semalam kamu udah nuduh aku hamil sama pria lain. Dan sekarang? Huuufftt... Aku rasa aku harus pergi saja. Aku lelah dengan semua ini...
****
"Apa!? Kamu serius mau minggat?" Tanya Aaron kaget begitu Kirana mengatakan akan pergi dari rumah.
"Aku gak minggat kok Ar.. Aku cuma mau pergi..
"Sama aja.." Aaron mengacak rambutnya. Andai saja kemarin ia tidak ngotot ingin mengantarkan sepupunya ini pulang, Pasti sekarang Kirana tak punya pemikiran untuk pergi.
"Maaf ya, Gara-gara kemarin..
"Bukan salah kamu.. Rasya aja yang gampang percaya sama dua bebalu itu. Belum apa-apa dia udah nuduh aku hamil anak pria lain. Siapa yang gak sakit hati coba? Dan sekarang, Wanita itu minta Rasya buat nikahi dia.. Dan Rasya gak marah sama sekali.. Aku gak sekuat itu..." Mata Kirana mulai berkaca-kaca. Sudah dua kali kisah percintaannya seperti ini. Namun yang yang kedua ini rasanya justru lebih sakit.
"Om sama Tante tau?" Kirana menggelengkan kepalanya.
"Jangan kasih tahu mereka dulu ya.. Aku belum siap untuk itu. Aku gak mau mereka sedih denger kabar ini. Biarin aja dulu.. Lagi pula kan mereka hidup di Singapura. Mereka gak akan tahu. Sekarang aku minta tolong ya, Bawa aku pergi dari ibu kota ini.. Selain itu carikan aku kerjaan juga.." Aaron menghela nafas panjang.
"Kiran, Coba pikirkan baik-baik lagi.. Gak semua masalah itu selesai dengan cara lari kayak gini. Masih banyak cara lain.. Aku yakin kok kalau..
"Selama Rasya masih percaya dan peduli sama wanita itu semua gak akan baik-baik saja Ar.. Aku pergi bukan untuk menghindar. Aku pergi untuk jaga mental aku. Aku lagi hamil sekarang. Bayangin gimana stresnya aku kalau setiap liat Rasya lebih peduli sama wanita itu dengan dalih dapat amanah dari mantan kekasihnya yang udah gak ada?? Ayolah.." Kirana menutup wajahnya. Dia menangis disana..
"Okey, Aku Bantu kamu.. Tapi kalau ada apa-apa aku gak mau tahu loh ya.. Aku gak mau kena amuk papa dan mama kamu.." Kirana mengangguk dan tersenyum. Untung saja ada Aaron yang selalu ada untuknya.
.
.
.
Nanti malam aku akan keluar kota bersama Daddy.." Kirana menatap pria itu sekilas dan kembali fokus ke layar ponselnya. Tak ada jawaban yang keluar dari bibir Kirana. Wanita itu lelah, Ia tak mau lagi berdebat.
"Kirana kamu dengerin aku gak sih.." Kesal Rasya yang merasa selalu kirana abaikan. Kirana beranjak dan keluar dari kamarnya. Rasya mengacak rambutnya kenapa dia merasa gusar saat di abaikan seperti ini.
Hey, Tuan! Suami itu adalah imam dan istri adalah makmum. Jangan salahkan istrimu kalau dia abai, Dia hanya mengikuti apa yang suaminya lakukan.
Rasya meraih koper sedang miliknya. Rasya akan berangkat ke luar kota malam ini sekitar pukul tujuh pagi. Ia mulai meraih pakaian yang akan jadi pakaian gantinya nanti..
Di saat pria lain di bantu oleh istrinya beberes. Namun tidak dengan Rasya. Pria itu melakukannya sendiri tanpa ada bantuan dari siapapun.
Waktu berjalan dengan begitu cepatnya. Malam pun telah tiba, Kini Rasya telah siap hendak berangkat.
"Makanlah dulu.. Aku udah pesanin makanan.." Kirana meletakkan makanan yang baru saja ia pesan itu di atas meja.
"Kamu pesen? "Kirana sudah tak lagi menjawab. Rasya menarik nafas panjang agar emosinya terkontrol. Pria itu mulai makan dengan lahap.
Usai makan malam, Pria itu siap untuk berangkat..
"Aku berangkat dulu.. Baik-baik di rumah.." Kirana mengangkat tangannya hendak mencium tangan suaminya. Sayangnya semua itu di salah artikan oleh Rasya.
"Kenapa? minta uang lagi? Memangnya kartu yang kemarin..
"Ya sudah.." Hanya itu, Kirana menurunkan tangannya dan masuk ke kamar mandi. Tak ada niatan untuk mengantarkan sang suami ke pintu depan.
"Kau pergi aku juga akan pergi.." Gumam Kirana akan segera bersiap setelah ini.
.
.
.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Sri Rahayu
dasar Rasya bodoh...begitu memuja Nadia pdhal uda diselingkuhi bahkan punya anak dgn lk2 lain, dan dikadalin ibu dan sdr tiri Nadia...masih aja oon dan ga peka...uda tinggalin aja Kirana biar Rasya nyesel 😡😡😡
2025-04-16
1
Viena Alfiatur Rohman
Bagus Kirana mnding pergi aja biar rssys tahu kebenarannya dan nyesel dulu
2025-04-14
2
Teh Euis Tea
bagus kirana pergi aj dulu, biar rasya nyesel jarna telah mengabaikan km
2025-04-14
1