Hamil?

"Pagi.. Gak mau sarapan dulu. Aku udah masak buat kamu.." Rasya yang baru turun dari kamarnya langsung menuju ke arah ruang makan dimana disana ada banyak menu makanan yang Kirana masak.

Delapan bulan berumah tangga, Kirana tidak menyerah dalam belajar memasak. Ia juga ingin menjadi istri yang baik, Belajar melayani suaminya seperti sang mama.

Rasya duduk di antara kursi itu. Kirana tersenyum karena Rasya baru kali ini mau makan masakannya.

Wanita itu mulai meraih piring hendak menyiapkan makanan untuk sang suami.

"Tidak perlu, Aku bisa ambil sendiri.. " Kirana mengurungkan niatnya. Ia begitu kecewa dengan penolakan dari Rasya. Memangnya kenapa kalau dia yang menyiapkan makan pria itu.

"Ya sudah kalau begitu.. "Kirana pun ikut sarapan bersama suaminya. Meski keduanya tak ada perbincangan apapun. Hidup dalam pernah yang dingin seperti ini tak membuat Kirana bahagia. Walaupun tak bisa di pungkiri Rasya tak pernah menegur apapun yang Kirana mau.

Sebagai seorang wanita dan seorang istri, Kirana juga ingin perhatikan. Terkadang ia merasa iri dengan wanita di luaran sana yang selalu mendapat perhatikan dari suaminya.

"Gimana masakan aku? Aku belajar lagi loh.." Kirana bicara seraya mencairkan suasana yang sepi itu.

"Masakanmu enak, Tapi tolong kalau memasak tambahkan sedikit gula agar terasa lebih gurih. Nadia seperti itu soalnya kalau memasak..." Kirana menghentikan aksi mengunyahnya.

PRAAAANK!!.

Kirana membanting sendok dan garpu di atas piringnya dengan emosi yang bergebu-gebu.

"Bisa gak sih? Kamu itu gak perlu banding-bandingkan aku sama mantan pacar kamu itu.. Apapun yang aku lakuin selalu kamu bandingin sama dia! Capek aku.. Lelah!!" Emosi Kirana sudah tak bisa ditahan lagi. Selama ini ia hanya diam saja ketika suaminya selalu lebih mementingkan orang lain. Kirana juga diam saat pria itu selalu datang ke makam Nadia.

Jangan kira Kirana tidak tahu. Tentu saja Kirana tahu. Bahkan Kirana sudah sejak lama menaruh rasa curiga terhadap Rani dan Ameena. Kirana yakin kalau Ameena itu hanya pura-pura saja.

Sebagai seorang istri, Kirana tidak boleh diam saja. Pasalnya Rasya lebih peduli dengan Ameena. Bagaimana bisa Rasya percaya dengan wanita itu. Sudah jelas-jelas, Orang pura-pura dan sakit sungguhan berbeda. Apa karena amanah dari Nadia yang membuat Rasya buta dan tak bisa melihat semuanya.

"Ada apa?

"Bisa kita ketemu..

"Bisa..Dimana?

"Di Cafe biasa..

Kirana mengatur nafasnya. membuka lemari memilih pakaian yang akan di pakai setelah ini. Namun tiba-tiba perutnya terasa bergejolak. Dengan cepat ia berlari ke kamar mandi.

"Hooeekkk! Hoeeek!!!

Kirana memuntahkan seluruh isi perutnya. Mantan dari Nalendra itu menarik nafas dalam-dalam. Perasaan ia tadi baik-baik saja, Tapi kenapa sekarang tidak enak.

"Ini kenapa lagi sih.." Kirana menghela nafas panjang. Setelah di rasa mendingan, Kirana kembali ke niat awal. Ia akan pergi menemui orang yang sudah lama tidak ia temui.

"Mau kemana?

Langkah Kirana terhenti, Ia menoleh ke arah dimana Rasya masih ada di sana. Kirana pikir, Pria itu sudah berangkat ke kantor tadi.

"Aku mau pergi.. Ada urusan.."Jawab Kirana, Ia pergi tanpa melihat wajah Rasya yang sudah tak bersahabat. Ia seorang suami tapi sama sekali tidak ada harganya di mata Kirana sekarang.

"Mau kemana? Apa kau mau berfoya-foya lagi.. " Lagi dan lagi langkah kaki jenjang Kirana berhenti.

"Aku bekerja untukmu agar kau bisa membeli semua kebutuhanmu Kirana. Tapi bukan berarti kau bisa menghambur hamburkan uang seenaknya.. Aku tidak suka wanita yang boros. " Kirana masih diam dan tidak menyahut. Sikap pria itu semakin dingin setelah kedatangan Ameena dan ibunya beberapa hari yang lalu. Dan lihat? Sejak kapan Rasya melarangnya pergi?

Kirana tak peduli lagi. Dia lebih memilih untuk pergi karena lelah dengan sikap suami oonnya ini. Sepertinya ia akan mengadukan semua sikap pria itu ke mertuanya saja. Itu lebih baik bukan?

Wanita itu mengendarai mobilnya menunju ke tempat dimana ia dan seseorang telah berbuat janji..

"Dimana dia?.. " Kirana celingukan kesana kemari mencari orang itu hingga pandangan matanya terhenti.

"Aaron..

.

.

.

Setelah sepuluh tahun tidak bertemu. Akhirnya Kirana bertemu juga dengan sepupunya ini. Sebenarnya Aaron telah pulang beberapa bulan lalu. Tetapi pria itu kembali lagi keluar negeri.

Kirana dan pria yang di panggil Aaron itu berpelukan sebentar lalu duduk di kursi tempat yang sudah mereka tempati.

"Kamu kemana aja sih? Dari kemarin-kemarin aku hubungi gak bisa.." Kesal Kirana pada sepupu dari pihak papanya ini.

"Maaf Kiran.. Aku sedang sibuk. Kau tahu kan, Kalau perusahaan papaku yang di sini di serahkan semua padaku.. Inilah alasan ku tidak bisa menemuimu.. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku dulu. Dan baru hari ini aku sempat.." Kirana memutar bola matanya malas. Pria di hadapannya ini memang sangat pintar mencari alasan.

"Ohya, Bagaimana kabarmu. Apa suamimu sudah tidak dingin lagi?" Kirana menghela nafas panjang.

"Mending kita pesan makanan dulu.. aku sangat lapar sekali..

"Ini masih pagi, Apa kau tidak sarapan?

"Aku sudah sarapan tadi, Tapi tiba-tiba aku mual lalu muntah jadi aku lapar lagi.. " Aaron mengangguk, Kemudian pria tampan itu memanggil pelayan.

Keduanya memesan makanan lebih tepatnya hanya Kirana saja sementara Aaron hanya memesan kopi.

Sembari menunggu pesan tiba, Kirana mulai bercerita tentang kisah cintanya. Dari kekecewaan Nalendra sampai pernikahan ini..

"Dia tidak seolah tidak peduli padaku. Dia datar dan dingin.. Kita tinggal bersama bukan hidup bersama.. Aku capek dengan pernikahan yang kurang komunikasi seperti ini.." Sebelah tangan Aaron terangkat mengusap pundak Kirana.

"Kau yang sabar ya.. Jika kau masih kuat memikulnya, Pikul lah.. Tapi jika kau sudah tidak kuat maka letakkan lah.." Kirana mengangguk. Tak lama pesanan Kirana dan Aaron telah sampai..

Begitu makanan itu di letakkan di atas meja. Kirana langsung menutup mulutnya. Aroma makanan yang ia pesan tadi mendadak tidak sedap.

"Kenapa?

"Kenapa aroma makanan ini seperti ini?" Kirana menutup hidungnya. Aroma yang bagi Kirana tidak sedap dan begitu menyengat membuat ia kembali mual.

Jangankan di makan, Di lihat saja Kirana sudah ingin muntah.

"Kau baik-baik saja Kiran? Apa kau sakit?" Kirana menggelengkan kepalanya, Wanita itu berlari ke kamar mandi.

Melihat itu, Aaron menyusul sepupunya itu. Walaupun keduanya hanya sebatas sepupu Aaron telah menganggap Kirana seperti adiknya sendiri. Pria itu ikut khawatir melihat kondisi Kirana yang sedang tidak baik-baik saja.

Seperti tadi pagi, Kirana kembali muntah muntah hebat. Namun untuk kali ini hanya cairan saja.

Usai membasuh muka, Kirana keluar dari kamar mandi nya dengan lemas. Kirana sempat terkejut melihat Aaron yang sudah menunggu nya di sana.

"Kau baik-baik saja? Aku khawatir...

"Entahlah.. Sejak tadi pagi aku mual-mual terus.. " Kirana juga bingung dengan apa yang terjadi padanya.

"Jangan bilang kalau kau hamil??" Tebak Aaron menatap Kirana. Wanita itu membulatkan matanya..

"Ha..hamil??

.

.

.

TBC

Terpopuler

Comments

Viena Alfiatur Rohman

Viena Alfiatur Rohman

Gimana ya nnti reaksi Rasya klo tahu Kkrana hamil.. takut aja gak mau trima

2025-04-12

0

Evi Alvian

Evi Alvian

Fix ini Kirana hamil gimana nanti reaksinya Rasya kalo tau Kirana hamil ya..

2025-04-12

0

Erlangga❤

Erlangga❤

Kirana hamil bneran ini... Smoga aja Rasya bisa berubah

2025-04-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!