Angin malam berembus dingin, menusuk hingga ke tulang. Zayn merapatkan jaketnya, matanya nanar menatap jalanan sepi yang hanya diterangi lampu jalan yang temaram.
Suara azan subuh dari surau menggema. Tapi, bukannya dia mencari surau untuk sholat subuh, tapi ia malah mencari tempat untuk tidur.
Di ujung jalan, matanya menangkap sebuah rumah tua yang tampak tak berpenghuni. Cat pada dinding papannya sudah terkelupas, jendela-jendelanya berdebu, dan ilalang tumbuh liar di halaman.
“Cukup bagus untuk tidur beberapa jam,” gumamnya.
Tanpa pikir panjang, Zayn mendorong pintu kayu yang setengah terbuka, melangkah masuk, lalu menutupnya kembali. Di dalam, rumah itu terasa pengap dan berdebu, tapi setidaknya ada atap di atas kepalanya.
Zayn melepaskan jaket dan kaosnya, menggelarnya di lantai kayu yang berdebu sebagai alas tidur. Tanpa peduli dengan keadaan sekitar, ia merebahkan diri dan terlelap seketika.
Sementara itu, di tempat lain, seorang gadis bernama Zahira tengah sibuk dengan kerajinan tangannya. Di Minggu pagi, ia memiliki banyak tugas sekolah, dan salah satunya adalah tugas membuat kerajinan tangan yang bermaterial kayu.
"Ibu, di gudang masih ada kayu atau papan tidak?" tanya Zahira kepada ibunya yang tengah memasak di dapur.
"Sepertinya sudah tidak ada, tapi coba kamu cek kembali," ujar Asiyah, ibunda Zahira.
Tanpa berlama lama Zahira langsung mengecek ke gudang, dan betul saja di gudang tidak ada kayu ataupun papan yang bisa ia pergunakan untuk kerajinan tangannya. Sedangkan ia harus segera menyelesaikan tugas kerajinan tangannya, sebab masih ada tugas sekolah lain yang harus segera ia selesaikan. Sebab, besok, Senin, semua tugas itu harus ia kumpulkan.
Akhirnya, ia memutar otak, dari mana ia akan mendapatkan papan, dan ia menemukan ide. Tidak jauh dari rumahnya, ada rumah tua yang sudah lama kosong, di mana pemiliknya sudah lama mengosongkan rumah itu. Jadi, tanpa pikir panjang ia langsung ke sana untuk mencari kayu untuk kebutuhan tugas sekolahnya.
Setelah berjalan kaki sekitar 3 menit, ia pun sampai ke rumah kosong itu. Suara langkah kakinya terdengar pelan di depan rumah kosong itu. Zahira melangkah masuk perlahan, tangannya sibuk mengangkat rok panjangnya agar tak tersangkut di rerumputan liar.
Matanya menelusuri ruangan yang remang-remang, lalu tertuju kepada beberapa balok kayu yang tersandar di dinding. Dengan hati-hati, ia melangkah mendekat, meraih salah satu balok kayu besar.
Namun saat itu juga, terdengar suara gemeretak di atasnya. Salah satu balok kayu yang besar dan berat tiba-tiba bergeser, siap jatuh ke arahnya.
Mata Zahira membelalak.
Sebelum ia sempat bergerak, seseorang melompat dari arah samping, menerjangnya hingga tubuhnya terdorong ke lantai. Balok kayu itu jatuh dengan suara gedebuk keras, hanya beberapa inci dari tempatnya berdiri tadi.
Napasnya memburu, jantungnya berdegup kencang.
Saat ia mengangkat wajah, matanya bertemu dengan tatapan tajam seorang pria. Tubuhnya yang telanjang dada terasa hangat di atas tubuhnya.
Zayn.
Zahira terkesiap, wajahnya seketika memanas. Ia hendak mendorong tubuh pria itu menjauh, tetapi saat itu juga terdengar suara gaduh dari luar.
Beberapa tetangga desa yang hendak bergotong royong kebetulan melewati rumah tua itu. Mereka mendengar suara berdebum tadi dan mengintip ke dalam.
Dan yang mereka lihat adalah seorang pria tanpa baju sedang memeluk seorang gadis di lantai rumah kosong.
“Astaghfirullah! Apa yang sedang kalian lakukan?" teriak seorang lelaki tua, wajahnya merah padam.
Yang lain ikut berdatangan, sebagian menggelengkan kepala, sebagian lagi langsung berbisik-bisik.
Zahira mendorong Zayn menjauh dengan panik, "tidak, Paman! Ini bukan seperti yang kalian pikirkan!” serunya.
Tapi semuanya sudah terlambat.
“Kalian sudah berbuat zina di tempat ini! Kalian harus menikah!” ujar salah satu warga dengan nada marah.
Zahira menatap mereka dengan wajah pucat. Zayn yang masih setengah sadar hanya bisa mengacak rambutnya frustasi.
Sial.
Hari ini ia hanya ingin tidur sebentar. Dan sekarang, dia malah dipaksa menikah.
*****
Akhirnya mereka berdua di arak ke balai desa.
Suasana Minggu pagi yang biasanya tenang di desa itu, kini berubah menjadi penuh keributan. Jalan setapak itu kini dijejali oleh warga yang berbondong-bondong menuju balai desa. Di tengah-tengah kerumunan, Zahira dan Zayn berjalan dengan tangan ditarik kasar oleh para pria desa, sementara teriakan-teriakan kecaman menggema di udara.
"Bawa mereka ke balai desa! Kita tidak bisa membiarkan dosa merajalela di desa kita!" seru seorang pria bertubuh kekar yang tampaknya menjadi pemimpin dalam arak-arakan itu.
Zahira menggigit bibirnya, menahan tangis yang hampir pecah. Ia berusaha meronta dari cengkeraman kuat yang mengikat lengannya, tapi sia-sia. Zayn, yang berjalan di sebelahnya, mencoba tetap tenang meskipun wajahnya menunjukkan kemarahan yang ditahan.
"Kami tidak melakukan apa pun! Ini hanya salah paham!" Zahira berteriak, berharap ada seseorang yang mau mendengarkannya.
Namun, suara wanita tua dari belakang langsung membalas, "tidak ada maling yang mengaku maling! Kau sudah menodai desa ini dengan perbuatan kotor! Tidak menyangka gadis pendiam dengan balutan hijab syar'i sepertimu ternyata adalah perempuan munafik!" ucap wanita itu yang kata katanya bagaikan belati tajam yang menyayat hati Zahira.
Sedari kecil, Zahira dibesarkan dengan pendidikan agam yang kuat oleh ibu dan abahnya. Jangankan berzina, bahkan dekat dengan lelaki pun dirinya tidak pernah. Ia benar benar seperti berlian yang dijaga ketat oleh orang tuanya. Tapi, saat ini, ia bahkan dituduh sebagai wanita munafik, yang bersembunyi dibalik pakaian taqwanya.
Seorang pria menyorongkan tongkat kayu ke punggung Zayn, memaksanya berjalan lebih cepat, "anak muda zaman sekarang memang kurang ajar! Kalau kau memang lelaki sejati, kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu!"
Zayn menoleh, matanya menyala penuh amarah, "gue bilang ini salah paham! Kalian sama sekali tidak memberi kami kesempatan untuk menjelaskan!"
"Diam!" bentak seorang pria tua, "jangan banyak bicara kau anak kota!"
Zayn ingin memberontak, tapi ia sadar saat ini ia tidak bisa melawan warga sebanyak ini.
"Tidak disangka, gadis sepolos Zahira ternyata adalah pemain di belakang," ujar salah seorang wanita lagi, ia masih cukup muda.
"Dasar pengundang bala petaka, apa dia kira jika dia berzina hanya dia saja yang merasakan akibat buruknya? semua orang di desa ini akan dapat bala, kalau ada pezina di desa itu," ujar salah seorang warga lagi.
Semua orang mengarak Zahira dan Zayn dengan wajah penuh amarah dan benci. Terlebih, Zahira adalah anak janda miskin, tentunya hal ini membuat orang-orang di desa semakin tidak bisa mentoleransi kesalahan Zahira.
Langkah mereka terus dipacu hingga akhirnya mereka tiba di halaman balai desa yang sudah dipenuhi oleh warga yang lebih dulu datang. Beberapa wanita mencibir, sementara para pria tampak siap memberikan hukuman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
kadang manusia itu lbh mementingkn egoy ga mau tabayun dulu
2025-04-11
1