Bab 3_Harus Menikah?

Sementara itu, di sebuah rumah kecil di pinggir desa, Asiyah tengah melipat baju ketika pintunya digedor dengan kasar.

"Asiyah! Cepat keluar! Anakmu sudah diarak di balai desa!"

Asiyah tersentak dan buru-buru menuju pintu. Begitu membukanya, ia mendapati beberapa wanita desa berdiri dengan wajah muram dan tatapan tajam.

"Ada apa?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Anakmu... Zahira... dia tertangkap basah berduaan dengan seorang laki-laki di rumah kosong!" salah seorang wanita menyampaikan dengan suara penuh penghakiman.

Darah Asiyah seakan berhenti mengalir. Napasnya tercekat, lututnya terasa lemas.

"Apa yang kalian katakan...? Tidak mungkin! Zahira tidak mungkin melakukan hal itu!" ujar Asiyah dengan kakinya yang sudah lemas, dan jantung yang berdegup kencang.

"Kami semua melihatnya. Laki-laki itu bahkan sudah setengah telanjang. Mereka kedapatan berbuat mesum di dalam rumah kosong itu. Para warga sudah membawa anakmu ke balai desa, dan kamu harus ikut kami ke balai desa sekarang juga. Kepala desa dan warga lainnya sudah menunggu."

Asiyah tidak bisa berkata apa-apa. Tangannya bergetar saat ia menutup pintu rumah, sebelum akhirnya mengikuti para wanita yang menjemputnya menuju balai desa.

Suasana di balai desa semakin memanas. Kepala desa dan beberapa tokoh di desa itu duduk di sebuah sofa yang ada di ruangan, sementara warga berdiri mengelilingi Zahira dan Zayn yang dipaksa berlutut di lantai.

Asiyah tiba dengan wajah pucat, melihat putrinya dalam keadaan penuh tekanan. Ia bahkan merasa berat untuk sekedar menelan salivanya sendiri.

"Bu Asiyah," kepala desa berbicara dengan suara berat, "kamu seharusnya sudah tahu apa yang terjadi, bukan?" ujar kepala Desa memastikan.

Asiyah menatap Zahira, lalu kembali menatap kepala desa, "Pak... tolong dengarkan... Zahira tidak mungkin melakukan itu. Saya membesarkannya dengan baik, dia bukan gadis yang seperti itu. Ini pasti ada salah paham. Berikan mereka kesempatan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi!" ujar Asiyah penuh harap.

"Lalu mengapa dia ditemukan dengan laki-laki ini?" tanya seorang pria dengan nada mengejek, "dan kenapa si laki-laki itu tidak memakai baju? Siapa yang bisa menjamin mereka tidak melakukan apa-apa. Dua muda-mudi berpelukan, apakah itu bisa dikatakan tidak berbuat apa-apa?"

"Baiklah, saya persilahkan untuk kedua remaja ini menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi," ujar Kepala Desa, "silahkan!" lanjutnya mempersilahkan kepada Zayn.

Zayn mengangkat kepalanya, "dengar, malam tadi saya dengan sembarang turun dari bus di kampung ini. Dikarenakan saya sangat mengantuk, jadi saya memutuskan untuk tidur di sembarang tempat. Dan rumah kosong itu menjadi tempat pilihan saya untuk tidur, dikarenakan saya tidak menemukan tempat menginap di sini. Jadi, saya pertegas sekali lagi, bahwa saya hanya tidur di sana. Dan kemudian, tanpa saya ketahui wanita ini datang entah dari mana. Saat itu, saya masih rebahan, meski mataku sudah terbuka. Tapi, kejadiannya sangat cepat, sebuah balok kayu hampir menimpanya, dan saya secara spontan menyelamatkannya. Itulah sebabnya kami malah terlihat berpelukan. Mengenai mengapa saya telanjang dada, itu karena tadi malam rumah kosong itu sangat pengap, dan lantainya pun sangat kotor, jadi aku menggunakan jaket dan kaosku sebagai alasnya. Itulah kejadian yang sebenarnya." Jelasnya.

"Omong kosong!" teriak seorang wanita, "lelaki dan perempuan bukan muhrim tidak seharusnya berada di tempat yang sama! Lagipula kalau hanya mengambil kayu, kenapa Zahira harus jauh jauh ke rumah kosong itu? Ini desa bukan kota, mencari kayu tidaklah sesulit mencari permata," lanjut wanita itu dengan nada sengit.

"Betul, itu hanya alasan saja, karena sudah tertangkap basah, apapun bisa dikatakan untuk menghindari hukuman," ucap salah seorang warga lainnya dengan nada marah.

"Kita harus memberi mereka pelajaran!" seru warga lain.

"Betul, alasannya itu pasti ia buat-buat sendiri, dasar anak kota, tidak takut dosa," ujar yang lainnya.

"Anak muda, cepat hubungi orang tuamu, orang tuamu harus tahu kebejatanmu," ujar tokoh yang lain.

Zayn menatap tokoh itu dengan amarah, "sudah ku katakan sedari tadi, aku gelandangan, tidak punya orang tua, tidak punya saudara, dan tempat tinggal. Jadi, jangan memintaku menghubungi siapapun," ujar Zayn.

"Ah, gembel ternyata, pantesan tidak bermoral," ucap salah seorang warga, yang membuat Zayn mengepal tinjunya karena menahan amarah.

Tapi, ia tidak bisa memberitahu siapa ia yang sebenarnya, apalagi sampai orang tuanya tahu, bisa-bisa masalahnya akan menjadi sangat rumit.

Asiyah mulai menangis, tetapi ia menggigit bibirnya, menahan isak. Ia percaya putrinya tidak mungkin melakukan hal itu. Ia percaya kalau kejadian yang sebenarnya adalah apa yang dikatakan oleh Zayn, sebab tadi pagi pun Zahira bertanya kepadanya mengenai kayu untuk kerajinan tangannya, tapi keadaan begitu menekan. Siapa yang percaya kepada putrinya sekarang. Tidak ada, selain dirinya sendiri.

Kepala desa akhirnya bersuara, "hanya ada satu jalan untuk menyelesaikan masalah ini, tanpa melukai siapapun."

Seluruh warga terdiam, menunggu keputusan kepala desa.

"Mereka harus dinikahkan!"

Zahira tersentak, sementara Zayn mengepalkan tinjunya.

"Tidak!" Zahira akhirnya bersuara, "saya tidak bisa menikah dengan seseorang yang bahkan baru kutemui hari ini! Bahkan namanya saja aku tidak tahu."

"Kalau kalian menolak, maka konsekuensinya adalah kalian harus diusir dari desa ini dan diharamkan untuk menginjakkan kaki lagi di desa ini!" kepala desa menegaskan, "berzina adalah hal yang melanggar norma adat dan agama. Dan saya sebagai kepala desa, mewakili seluruh warga yang ada di desa ini mengecam apa yang telah kalian perbuat!" lanjutnya dengan nada tegas sedikit marah.

Suasana menjadi semakin menegangkan. Zahira menoleh ke ibunya, berharap ibunya akan membelanya, tetapi yang ia lihat justru wajah Asiyah yang penuh keputusasaan.

Asiyah mendekati Zahira, menggenggam tangannya, "nak... Ibu percaya padamu... tapi... kita tidak punya pilihan lain..." suaranya parau, hampir tak terdengar.

Asiyah tidak punya siapa-siapapun lagi di dunia ini selain Zahira. Ia tidak punya harta atau tabungan. Jadi, jika mereka di usir, maka bisa dipastikan mereka akan menjadi gelandangan di luar.

Dan ia tidak mau hal itu terjadi, ia tidak akan membiarkan Zahira merasakan pahitnya hidup di jalanan. Apalagi mereka berdua adalah perempuan, sudah pasti kehidupan di jalanan sangat berbahaya bagi mereka, banyak bahaya yang mengancam.

Zayn mendengus, matanya berkilat penuh kemarahan. Ia tidak pernah berpikir akan terjebak dalam situasi seperti ini.

"Jadi, kalian menerima pernikahan ini?" tanya kepala desa dengan nada tegas.

"Saya tidak setuju dengan pernikahan ini. Kalian semua tidak bisa memaksa orang lain untuk menikah. Apa kalian tidak melihat, kami ini masih anak di bawah umur, bagaimana mungkin kalian ingin menikahkan kami begitu saja? Terlebih saya ini gelandangan, bagaimana saya akan menafkahi perempuan ini, jika saya menikahinya? Ayolah, semuanya harus berfikiran terbuka dan realistis. Lagipula, kan saya sudah menjelaskan kejadian yang sebenarnya, kenapa kalian tidak bisa mengerti juga?" ujar Zayn protes.

"Heii, anak muda, jangan banyak bicara di sini, kamu sudah menodai anak gadis desa kami. Dan sekarang kamu tidak mau menikahinya? Apa kamu tega melihat ibu dan anak yang miskin ini kami usir dari desa ini, dan hidup terlunta-lunta di jalanan?" ujar pria paruh baya dengan nada serius.

Zayn melirik Zahira, yang menundukkan kepalanya, bahunya gemetar menahan tangis. Setelah beberapa saat, Zayn menghela napas panjang. Ia, merasa otaknya sudah mengebul, tidak bisa berdalih lagi, terlebih wanita di sampingnya tampak telah pasrah dan menyerah. Jika, ia terus melakukan perlawanan, ia khawatir jika ibu dan anak ini akan di usir, dan yang lebih ia khawatirkan adalah dirinya sendiri. Ia tidak mau masalah ini sampai kepada orang tuanya.

"Baiklah," katanya dengan suara berat, "saya akan menikahinya."

Zahira mengepalkan tangannya, air mata jatuh membasahi pipinya. Bibirnya tak lagi mampu berkata-kata.

Tanpa memberi kesempatan lagi, kepala desa langsung memanggil seorang ustaz. Di malam itu juga, di bawah tekanan puluhan pasang mata yang masih menyala penuh amarah dan kecurigaan, Zahira dan Zayn dinikahkan secara mendadak.

Pernikahan yang bukan karena cinta. Bukan karena keinginan mereka.

Tapi karena keadaan yang memaksa mereka untuk menerima takdir yang pahit ini.

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

lanjuut

2025-04-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1_Lari Dari Kejaran Polisi
2 Bab 2_Salah Paham
3 Bab 3_Harus Menikah?
4 Bab 4_Pernikahan yang Tidak Diinginkan
5 Bab 5_Permintaan Terakhir Ibu Zahira
6 Bab 6_Talak?
7 Bab 7_Zahira ikut Zayn
8 Bab 8_Rumah Untuk Zahira
9 Bab 9_Kemarahan Keluarga Rayyan
10 Bab 10_Dua Dunia
11 Bab 11_Nginap di Rumah Istri
12 Bab 12_Nginap di Rumah Istri Part 2
13 Bab 13_Perhatian
14 Bab 14_Cemburu
15 Bab 15_Kencan
16 Bab 16_Ruang BK
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1_Lari Dari Kejaran Polisi
2
Bab 2_Salah Paham
3
Bab 3_Harus Menikah?
4
Bab 4_Pernikahan yang Tidak Diinginkan
5
Bab 5_Permintaan Terakhir Ibu Zahira
6
Bab 6_Talak?
7
Bab 7_Zahira ikut Zayn
8
Bab 8_Rumah Untuk Zahira
9
Bab 9_Kemarahan Keluarga Rayyan
10
Bab 10_Dua Dunia
11
Bab 11_Nginap di Rumah Istri
12
Bab 12_Nginap di Rumah Istri Part 2
13
Bab 13_Perhatian
14
Bab 14_Cemburu
15
Bab 15_Kencan
16
Bab 16_Ruang BK
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!