Bab 5_Permintaan Terakhir Ibu Zahira

"Terlepas bagaimana pernikahan kalian berdua, tapi nyatanya sekarang kamu adalah suaminya anak ibu. Putri semata wayangnya ibu. Anak kesayangan ibu dan almarhum suami ibu," ujar Asiyah dengan suara lembut, seraya tersenyum tipis yang terlihat dipaksakan.

Zayn hanya menunduk. Bukan karena hormat, tapi lebih karena enggan menatap mata wanita paruh baya itu. Ingin rasanya ia membantah, ingin ia berkata bahwa semua ini hanya kesalahpahaman, fitnah, jebakan—apa pun istilahnya. Tapi melihat raut wajah Asiyah yang begitu lemah, tubuhnya yang terlihat mulai renta, ia memilih diam. Ini bukan waktu yang tepat.

"Enam belas tahun lamanya Zahira ini kami besarkan dengan kasih sayang, kami berikan ia pendidikan terbaik yang kami mampu, kami cintai ia sepenuh hati. Bahkan, kami tak rela jika seekor semut menggigit kulitnya..." suara Asiyah tercekat. Matanya berkaca-kaca, menatap jauh seolah sedang memutar kembali ingatan akan masa kecil Zahira.

Zayn mengangkat sedikit wajahnya. Ia menatap wanita itu. Ada sedikit rasa tak nyaman di dadanya. Tapi itu tak cukup untuk mengubah wajahnya yang tetap datar, dingin.

"Zahira itu anak yang baik. Ia tidak pernah mengecewakan kami. Ia benar-benar permata di keluarga ini. Dan sekarang... dia telah menjadi istrimu, Zayn. Itu berarti tanggung jawab kami selama ini—untuk menjaganya, melindunginya—telah berpindah ke tanganmu," suara Asiyah bergetar. Ia lalu menggerakkan tangan Zayn, meletakkannya di kedua telapak tangannya sendiri yang kurus namun hangat.

Zayn diam saja. Hatinya bergolak, tapi wajahnya tetap tenang. Tegar. Seolah tak ada yang masuk ke dalam hatinya.

"Pesan ibu cuma satu, Nak Zayn. Jaga dan sayangi Zahira... lebih dari kami menyayanginya. Bawa dia ke mana pun kamu mau, bahkan ke dalam sarang semut pun ibu ikhlas. Asal kamu jaga dia. Beri dia makan dari rezeki yang halal. Beri dia minum dari minuman yang halal. Dan jangan pernah sakiti dia—tidak dengan ucapan, tidak dengan perbuatan, tidak juga dengan tatapan," ujar Asiyah penuh harap, seraya menggenggam tangan Zayn lebih erat.

Zayn tidak membalas genggaman itu. Tangannya tetap diam, kaku. Ia membiarkan semua ini mengalir seperti air. Seperti jalan takdir yang tak pernah ia pilih sendiri.

"Kamu mau kan, Nak? Kamu mau penuhi permintaan ibu?" tanya Asiyah, matanya penuh pengharapan.

Zayn tak menjawab. Matanya hanya memandangi tikar lusuh di lantai. Kepalanya dipenuhi keinginan untuk segera pergi dari rumah ini, dari kampung ini, dari Zahira. Wanita yang menurutnya pembawa sial itu.

"Ibu percaya kamu laki-laki yang baik. Ibu tahu kamu terpaksa menikahi Zahira, dan kamu tidak mencintainya. Tapi... ibu yakin, kamu masih punya hati. Masih bisa menghargai sakralnya pernikahan," suara Asiyah mulai melemah.

Zayn menggigit bibir bawahnya. Kepalanya menunduk lebih dalam, seolah ingin tenggelam ke dalam dirinya sendiri. Ia tidak tahu kenapa dirinya ada di posisi seperti ini.

Zahira tiba-tiba keluar dari dalam kamar. Ia tertegun melihat ibunya sedang memegang tangan Zayn. Langkahnya pelan mendekati mereka.

"Ibu..." panggilnya lirih.

Asiyah menoleh dan tersenyum, "Zahira ini anak baik, penurut, sabar. Kamu tidak akan rugi memperistri dia," ujarnya lagi, masih menatap Zayn.

Zahira duduk di sisi ibunya. Ia merasa aneh. Ada yang tidak biasa dari ibunya hari ini. Ibunya tampak terlalu lemah... terlalu tenang.

"Ibu, sudah... jangan terlalu memaksanya," ucap Zahira, mencoba melepaskan tangan ibunya dari tangan Zayn.

Namun Asiyah menolak, "kamu ini, Zahira. Bagaimana bisa kamu melarang ibu bicara dengan menantu ibu sendiri?" senyumnya masih tersungging, meski kini matanya mulai sayu.

"Kamu mau ya, Nak Zayn? Ibu mohon..." tanya Asiyah lagi, kali ini dengan suara yang lebih pelan. Napasnya terdengar sedikit berat.

Zayn akhirnya mengangkat wajahnya. Ia menatap Zahira. Gadis itu menunduk malu, pipinya bersemu. Zayn ingin tertawa—sinis, getir. Tapi entah kenapa, sorot mata Zahira menusuknya. Ada ketulusan, ada harapan. Ia tidak tega.

"Baik, Bu... saya bersedia," ucap Zayn akhirnya, pelan dan nyaris tanpa emosi.

Asiyah tersenyum lebar, "terima kasih, Nak Zayn. Ibu ridho dengan pernikahan kalian. Ibu ridho kamu menjadi menantu ibu."

"Terima kasih, Bu," balas Zayn dingin. Tidak ada senyum di wajahnya. Tidak ada rona haru. Hanya ucapan formalitas.

Zahira masih menatap keduanya dengan campur aduk perasaan. Antara malu, bingung, dan tidak enak hati.

"Ibu lelah... ibu mau istirahat sebentar," ucap Asiyah, perlahan meluruskan kakinya di atas tikar.

Namun tangannya masih menggenggam tangan Zayn. Bahkan ketika tubuhnya mulai berbaring, ia tak mau melepaskan genggaman itu.

Zayn menatap tangan mereka yang saling terkait. Ada sesuatu yang terasa aneh. Tapi ia tidak mengatakan apa-apa.

Perlahan, mata Asiyah tertutup. Napasnya teratur. Damai.

Hening sejenak.

Namun detik berikutnya, genggaman tangan Asiyah melemas. Terlepas begitu saja.

Zayn merasakan sesuatu yang dingin merambat di tangannya. Ia menarik tangannya pelan, menatap wajah Asiyah yang kini benar-benar diam.

"Bu?" suara Zahira pelan, menyadari ada yang tidak beres. Ia segera menggoyang-goyang tubuh ibunya, "ibu...? Ibu..."

Zayn berdiri. Langkahnya mundur. Ia tak tahu kenapa jantungnya berdetak cepat, tapi ia menepis perasaan itu. Mungkin karena kaget.

Zahira panik, "ibu... bangun Bu... jangan bercanda, Bu..."

Ia menggoyang tubuh Asiyah lebih keras. Tapi ibunya tetap diam, tanpa suara.

Zayn menoleh. Matanya tajam menatap ke arah Zahira dan ibunya. Tapi hatinya tetap beku.

"Ibu... bangun, Bu!" jerit Zahira. Ia lalu bangkit, berlari ke pintu, membukanya lebar-lebar.

"Tolong... Ibuku! Tolong!!"

Suara teriakan Zahira menggema.

Beberapa warga yang masih berkumpul di luar langsung berlarian menuju rumah Asiyah.

"Ada apa?"

"Ibuku... ibuku..." isak Zahira tak terbendung. Ia kembali ke dalam rumah, menghampiri tubuh ibunya yang kini kaku.

Seorang ibu yang berprofesi sebagai bidan kampung mendekat, memeriksa nadi Asiyah. Sesaat kemudian, ia menghela napas panjang.

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un..." ucapnya pelan, "Ibu Asiyah telah tiada."

Zahira menjerit, "tidak mungkin!! Tidak mungkin, Bu... jangan tinggalkan aku, Bu!"

Ia menggoyang tubuh ibunya, keras, putus asa. Para warga mulai masuk ke rumah, melihat kejadian memilukan itu.

Namun Zayn... berdiri di sudut ruangan. Menyandarkan tubuh ke dinding. Matanya menatap kosong ke arah jasad Asiyah. Hatinya aneh. Bingung. Tapi ia tak meneteskan air mata. Tak juga bergerak.

Semua ini... terlalu cepat. Terlalu absurd. Terlalu nyata untuk menjadi mimpi.

Ia mengusap wajahnya pelan. Lalu menatap tangannya sendiri—tangan yang tadi digenggam oleh wanita yang kini terbujur kaku.

Masih terasa hangat.

Zayn menghembuskan napas panjang. Ia membalikkan badan, meninggalkan kerumunan yang menangis dan berduka.

Semua ini bukan rencananya. Tapi... inilah yang terjadi. Ia rasanya ia menghilang saat ini juga.

Terpopuler

Comments

Nurhayati Nia

Nurhayati Nia

ya alohh musibah apa lagi yang kau berikan untuk zahira.. sabar ya ndukk tawakal

2025-04-11

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

ya Alkah..blm selesai satu ujian kini datang lg sm ujian yg baru

2025-04-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1_Lari Dari Kejaran Polisi
2 Bab 2_Salah Paham
3 Bab 3_Harus Menikah?
4 Bab 4_Pernikahan yang Tidak Diinginkan
5 Bab 5_Permintaan Terakhir Ibu Zahira
6 Bab 6_Talak?
7 Bab 7_Zahira ikut Zayn
8 Bab 8_Rumah Untuk Zahira
9 Bab 9_Kemarahan Keluarga Rayyan
10 Bab 10_Dua Dunia
11 Bab 11_Nginap di Rumah Istri
12 Bab 12_Nginap di Rumah Istri Part 2
13 Bab 13_Perhatian
14 Bab 14_Cemburu
15 Bab 15_Kencan
16 Bab 16_Ruang BK
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1_Lari Dari Kejaran Polisi
2
Bab 2_Salah Paham
3
Bab 3_Harus Menikah?
4
Bab 4_Pernikahan yang Tidak Diinginkan
5
Bab 5_Permintaan Terakhir Ibu Zahira
6
Bab 6_Talak?
7
Bab 7_Zahira ikut Zayn
8
Bab 8_Rumah Untuk Zahira
9
Bab 9_Kemarahan Keluarga Rayyan
10
Bab 10_Dua Dunia
11
Bab 11_Nginap di Rumah Istri
12
Bab 12_Nginap di Rumah Istri Part 2
13
Bab 13_Perhatian
14
Bab 14_Cemburu
15
Bab 15_Kencan
16
Bab 16_Ruang BK
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!